Teguh Dalam Ketidakpastian

TEGUH Week 1 "Teguh Dalam Ketidakpastian"

Pembacaan        :  Yohanes 1: 1 – 5, 9 - 14 

Keadaan yang kita hadapi di depan mata sangatlah tidak stabil dan penuh ketidakpastian sehingga banyak orang mengalami stres, depresi atau overthinking ketika menghadapi masa depan, bahkan orang Kristen pun tak luput mengalami hal tersebut. Oleh sebab itu sebagai orang percaya yang telah mengenal Injil Kristus, kita perlu berakar dengan kokoh kepada Sang Firman, sehingga memiliki landasan kokoh dalam menghadapi masa depan yang tak menentu.

          1. SIAPAKAH SANG FIRMAN SEJATI? 

Yohanes 1:1

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Dalam nats ini rasul Yohanes ingin berbicara pada orang yahudi dan orang yang bukan Yahudi.. in the beginning.. atau pada mulanya.. ia menggunakan awal frasa yang sama dengan kitab Kejadian.. untuk mendapat perhatian dari orang Yahudi.

Pada Yoh 1:1 dijelaskan oleh penginjil Yohanes bahwa firman merupakan awal dari segala sesuatu (Logos), yang muncul bersama dengan Tuhan (bisa didefinisikan orientasikan dekat dengan Tuhan”. Kalimat “bersama dengan Tuhan” di ayat kedua juga diulang sekali lagi dengan tujuan menjelaskan kepada pembaca bahwa keberadaan firman sejak semula bersama dengan Tuhan. Serta logos tidak hanya “menjadikan” atau mencipta secara keseluruhan tapi juga mempunyai peran “menjadikan” hidup manusia. Dalam kata lain “menjadikan” dipahami sebagai “mencipta” pada teologi dimengerti sebagai pengertian come into being. 

Kejadian 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Yohanes 1:1

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Mengapa rasul Yohanes disini juga menggunakan istilah firman disini dengan logos, karena disini rasul Yohanes juga ingin berbicara juga dengan orang non yahudi yang dipengaruhi budaya helenisme..  Karena dimasa itu istilah logos juga banyak digunakan oleh filsuf-filsuf Yunani karena berkaitan erat dengan Yudaisme. Filsafat yunani melihat logos dengan memainkan peran yang luas sebagai esensi tatanan dunia ilahi dan prinsip yang menciptakan dunia. 

Herklitus (sekitar 500 SM) adalah seorang penulis Yunani yang pertama kali menggunakan gagasan logos sebagai sebuah prinsip. Dia bertujuan untuk menetapkan suatu prinsip yang sangat baik di dalam dunia yang terus menerus berubah yang kemudian menyebutnya dengan kata Logos. Logos dianggap sebagai sesuatu yang mempersatukan hukum atau akal yang dianggap sebagai pola yang sangat stabil dalam dunia yang dipahami terus berubah.

Philo dari Alexandria, seorang filsuf dan teolog Yahudi yang hidup pada abad ke-1 Masehi, memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pemikiran tentang Logos. Philo menggabungkan tradisi filsafat Yunani dan ajaran-ajaran Yahudi. Logos sebagai perantara antara Allah dan manusia. Yang membawa hikmat dan kebijaksanaan Allah kepada dunia. Logos sebagai agen utama dalam penciptaan dunia, Logos terlibat dalam proses penciptaan.Logos sebagai perantara antara Allah yang Transenden dan dunia yang tercipta. 

          1a. Pandangan-pandangan yang keliru tentang Sang Firman (Logos)

Pembedaan antara Logos dan Rhema.

Pembedaan logos dan rhema mirip konsep teologi liberal dari Neo-Ortodoks atau Bartianisme.  Ada seorang tokoh bernama Karl Barth, pandangan ini di populerkan Charles Farah. Logos dipandang sebagai firman yang disampaikan;  sementara rhema, firman yang mengena di dalam hati seseorang. Pembedaan antara logos dan rhema semacam ini adalah pembedaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kalau manusianya menerima, meresponi, tersentuh, dan mendapat berkat, barulah logos berubah menjadi rhema.  Jelas konsep semacam ini bertentangan dengan firman Tuhan.  Ketika firman Tuhan disampaikan, itu adalah firman Tuhan yang berkuasa, baik diterima atau tidak diterima, tetap firman Tuhan tidak mungkin kembali dengan sia-sia. Alkitab tidak pernah mengajarkan pembedaan antara Logos dan Rhema, ini hanyalah sinonim atau interchangeable ( bisa dibolak balik )

Docetisme 

Ajaran ini mengajarkan bahwa Yesus terlihat mempunyai tubuh manusia, tetapi itu bukan betul-betul tubuh. Mengapa ada orang yang bisa mempunyai pandangan seperti itu? Karena mereka dilatarbelakangi oleh filsafat Yunani Gnotisme yang menganggap bahwa Allah yang suci / murni tidak bisa menyentuh matter (= zat / bahan). Yang materi itu jahat, tetapi yang sifatnya roh itu suci 

Arianisme.

Dalam pandangan Arianisme, Logos dianggap sebagai makhluk pertama dan terbatas. Meskipun Arianisme menganggap Logos sebagai makhluk yang sangat mulia dan sempurna, tetapi tetap menekankan ketidaksetaraan posisinya dengan Allah Bapa. Allah Bapa tetap dianggap sebagai yang tak tercipta dan tak terbanding. Dalam Konsili Nikea pada tahun 325 Masehi, di mana ajaran-ajaran Arianisme dianggap sebagai ajaran sesat. Konsili ini menetapkan konsep Trinitas sebagai ajaran resmi Gereja, yang menyatakan bahwa Allah Bapa, Logos, dan Roh Kudus adalah satu dalam esensi, meskipun ada dalam tiga pribadi yang berbeda. Saksi Yehuwa dengan tegas mengatakan bahwa Yesus Kristus bukan Allah, melainkan hanya suatu allah yang memiliki kuasa diatas manusia biasa pada umumnya. 

Unitarianisme.

Yesus Kristus dianggap sebagai manusia yang luar biasa, nabi, guru, atau mesias, tetapi bukan pribadi keilahian yang setara dengan Allah Bapa. Ini adalah pandangan-pandangan yang keliru tentang logos atau sang firman.. sebenarnya masih banyak lagi pandangan-pandangan yang keliru, nestorian, sabelianisme.. dsb.. dan perlu dimengerti bahwa ini adalah pandangan-pandangan yang keliru yang masih ada di sekeliling kita.

Bagaimana Pandangan Yang Benar ?

Sang Firman (Yesus) memiliki posisi yang setara dengan Allah Bapa, Sang Firman bukan hanya sekedar ide (hikmat) yang keluar dari pikiran Allah Bapa, namun Ia adalah pribadi kedua Allah Tritunggal yang ada sejak kekekalan.

Sang firman bukan subordinat dari Allah Bapa, tetapi saat ini banyak yang menyerang dengan, mengapa Sang Firman atau Yesus mau taat dengan kehendak Bapa? Kalau taat pada kehendak Bapa artinya kan ada hirarki disana, artinya ada level tertentu, karyawan nurut kepada boss, karena ada status dan jabatan disana, kalau Yesus taat kepada Bapa artinya Yesus lebih rendah dari Bapa. lalu bagaimana menjawab serangan ini?

Kesetaraan dalam Penciptaan - Kejadian 1:26 (TB): "Lalu berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita

Kesatuan Tritunggal - Yohanes 17:21 (TB): "Supaya mereka semua satu, sama seperti Engkau, Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga satu di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku.”

Satu hakekat, tiga pribadi dengan peran yang berbeda yaitu Allah Bapa yang merancangkan rencana penebusan. Allah Putera yang mengeksekusi rancangan penebusan. Dan Allah Roh Kudus yang memastikan rancangan dan eksekusi penebusan yang dilakukan untuk orang percaya tidak gagal. 

Ini kabar baik dan pengharapan bagi kita, menunjukan rencana allah tritunggal dalam kehidupan orang percaya tidak pernah dan tidak bisa gagal. Rencana kita bisa gagal, rencana pengembangan bisnis kita bisa gagal, rencana masuk kampus terbaik kita bisa gagal, rencana liburan kita bisa gagal, tetapi rencana keselamatan Allah bagi kita umat pilihan tidak bisa gagal.. Roh kudus yang menjamin dan memeteraikan sehingga tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah..

Yohanes berbicara tentang Pre Eksistensi dari Logos/Yesus. Co Eksisten - Menunjukan kesetaraanya dengan Bapa. Self eksisten - artinya Dia tidak bergantung pada apapun, Dia adalah sumber dari segala sesuatu.

Mengapa memahami hal ini adalah hal yang sangat penting, Singlair Ferguson mengatakan “ Kristologi adalah permasalahan mengenai hidup dan mati. Salah langkah bisa berdampak fatal. Jika ini adalah kebenaran dulu kala maka begitu juga hari ini.”

          1b. Yesus adalah Firman (Logos) yang berinkarnasi menjadi manusia.

Yesus turun kedunia bukan membawa agama dan kitab suci, tetapi membawa Diri-Nya sendiri. Untuk apa Yesus yang adalah Allah sejati harus menambahkan natur manusia sejati pada natur illahi-Nya? Yesus Allah sejati merengkuh kerapuhan dalam natur manusia, supaya kita yang rapuh tidak merasa mengalaminya sendiri karena Yesus pernah mengalami yang kita alami. Dia pernah mengalami setiap hal yang kita alami. Dia pernah dicobai di padang gurun.. Itu mewakili apa yang kita alami hari-hari ini.

Di dalam natur manusia-Nya memungkinkan Dia untuk turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, karena dia telah dihadapkan pada kelemahan-kelemahan juga. “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibr 2:18). Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “dicobai” memiliki arti “untuk diuji”. Jadi, saat kita diuji dan dicobai oleh berbagai situasi kehidupan, kita mengetahui bahwa Yesus mengerti dan turut merasakannya karena dia telah melalui pencobaan yang sama.

Dalam natur manusia Dia merasakan cobaan-cobaan yang berkaitan dengan kebutuhan eksistensial dan fundamental. Pencobaan yang dialami Yesus mengikuti tiga pola yang umum dialami semua menusia. Pencobaan pertama mengenai keinginan daging (Mat 4:3-4), termasuk di dalamnya adalah semua keinginan fisik. Pada saat itu Yesus lapar, dan Iblis mencobai Dia untuk mengubah batu-batu menjadi roti, namun Dia menjawab dengan mengutip Ulangan 8:3. Ini merupakan gambaran tentang godaan kebutuhan mendasar yang dialami oleh semua orang, kalau sudah terdesak kebanyakan dari kita mencari jalan pintas

Pencobaan yang kedua mengenai keangkuhan hidup (Mat 4:5-7). Iblis mencoba menyalahgunakan ayat Alkitab untuk mencobai Dia (Mzm 91:11-12).  Tapi, Yesus menjawabnya dengan ayat Alkitab lainnya untuk meluruskannya (Ul 6:16), dengan menegaskan kalau menjadi sebuah kesalahan bagi-Nya untuk menyalahgunakan kuasa yang diberikan pada-Nya. ini merupakan gambaran tentang godaan penerimaan yang kita alami. 

Pencobaan yang ketiga mengenai keinginan mata (Mat 4:8-10). Jika ada jalan pintas untuk menjadi Mesias, yang tidak memerlukan upaya pengorbanan di kayu salib, maka inilah jalannya. Iblis telah menguasai kerajaan dunia (Ef 2:2). Merupakan penghiburan besar bagi kita bahwa Yesus mengambil rupa dan daging kita. Melalui pribadi Yesus Kristus kita mengerti bahwa Dia adalah Allah yang transenden tetapi juga imanen.

          2. MENGAPA PERLU BERAKAR DENGAN TEGUH KEPADA SANG FIRMAN SEJATI? 

Yohanes 1:4-5
4 Dalam DIA ada HIDUP dan HIDUP itu adalah terang manusia.
5 Terang itu BERCAHAYA di dalam KEGELAPAN dan kegelapan itu TIDAK MENGUASAINYA.

“Dalam Dia ada hidup”. Maka kata Yunani "zoe" yang diterjemahkan sebagai "hidup" di sini, mengacu pada kehidupan abadi Sang Firman (Yesus) yang tidak diciptakan, kehidupan ilahi yang unik dimiliki oleh Tuhan. Kata ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus adalah sumber kehidupan yang sejati dan kehadiran-Nya membawa terang kepada manusia.

Kata "terang" (Yunani : phòs) dalam ayat ini berarti sinar/cahaya yang menerangi. Dengan kata lain, hidup yang ada di dalam Kristus adalah terang manusia. Artinya, sumber hidup yang ada di dalam Kristus memberikan terang/menerangi manusia yang hidup di dalam gelap. Di sini, ada kaitan erat antara Hidup (kekal) di dalam Kristus dan terang manusia. Sang Firman itu yang akan menerangi area-area yang gelap dalam kehidupan kita, melalui sang firman itulah kita tahu keberdosaan kita, sehingga kita menyadari bahwa kita membutuhkan juruselamat anugerah.

Ketika Kristus itu Pribadi Allah yang Hidup, maka ada harapan terang bagi manusia. Sebaliknya, ketika Kristus tidak hidup, maka manusia terus berada di dalam kegelapan. Berarti, ada dua kualitas hidup manusia. Pertama, hidup yang berada di dalam terang dan hidup yang berada di dalam kegelapan. Anak-anak Tuhan dapat menikmati terang di dalam hidupnya karena ada Kristus yang berkuasa di dalam hidup mereka. Di dalam terang yang Kristus berikan tersebut, mereka tidak lagi menjadi hamba dosa, tetapi mereka lebih mencintai apa yang Tuhan cintai dan membenci apa yang Tuhan benci.

Seringkali pikiran kita cenderung memikirkan hal sementara ketimbang memikirkan kehidupan kekal, sehingga Sang Firman berinisiatif datang ke dunia untuk memberikan hidup kekal dan menerangi kegelapan hati serta pikiran umat pilihan-Nya. Seringkali kita berpikir bagaimana untuk sukses, berpikir menikah dengan orang kaya, berpikir bagaimana menambah aset, bagaimana untuk terlihat keren dan mampu. Itu bukan tidak boleh, tetapi berapa banyak orang jadi kuatir, overthinking, insomnia, bukankah hal-hal itu yang justru membuat kita takut dan kuatir dalam menghadapi hari esok? Sebagai orang percaya kita perlu sadar bahwa pengharapan kita bukan terletak pada situasi yang kita alami saat ini melainkan pada apa yang Kristus telah lakukan.

Pengharapan kita bukan pada anak yang memperhatikan kita di hari tua nanti, bukan pada seberapa banyak tabungan yang kita miliki. Bukan pada sesuatu yang kita hadapi, tetapi pada Kristus yang setia mendampingi. Masalahnya kita seringkali berfokus pada hidup yang sementara ini, kita hanya fokus dengan persoalan yang kita alami. Kita perlu kembali mengarahkan hati dan pikiran kita hanya pada salib Kristus.

Yohanes 8:12 

Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Kalau kita sadar memiliki hidup kekal, buat apa kita bingung, takut, dan khawatir tentang apa yang kita hadapi hari esok? Kalau dulunya mereka memberontak terhadap setiap perintah Allah, sekarang, setelah terang Kristus itu masuk ke dalam hidup kita, maka mereka menjadi pelaku-pelaku firman Allah yang taat dan setia kepada panggilan dan perintah-Nya. Sebaliknya, hidup yang berada di dalam kegelapan adalah manusia yang terus memusatkan hidupnya hanya pada dirinya sendiri (humanisme), materi (materialisme), manfaat/daya guna (utilitarianisme), kesenangan (hedonisme). Akibatnya, hidup mereka terus dikuasai oleh kegelapan dan menemui jalan buntu yang tidak mereka sadari.  Akhirnya, banyak dari mereka yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, karena stres. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki terang Kristus di dalam hidup kita, di mana kita tidak lagi mendasarkan hidup kita pada kehendak kita, tetapi kehendak Allah yang berdaulat. Tidak peduli segelap apapun masa depan yang akan kita hadapi, tetapi kita yang dalam Kristus dapat memiliki pengharapan sejati.  

Kita perlu untuk terus ingat bahwa kebenaran Firman Tuhan lebih tinggi daripada realita-fakta yang kita hadapi. Mungkin realita atau keadaan kita tidak berubah, kalau kita melihat dengan kacamata Injil maka mengerti bahwa, Tuhan lebih tertarik merubah hati kita, ketimbang mengubah keadaan kita. Yang kita butuhkan bukan iman yang besar - tetapi iman yang benar, karena iman yang benar menuntun pada perbuatan yang benar. Agar kita dapat teguh menghadapi ketidakpastian meka kita perlu berakar pada sang Firman.

          3. BAGAIMANA SUPAYA KITA DAPAT TEGUH DALAM MENGHADAPI KETIDAKPASTIAN?

Yohanes 1:12 

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Jika hari ini kita dapat menerima-Nya, sesungguhnya itu adalah karya Roh Kudus yang memampukan kita. Tetapi supaya kita dapat tetap teguh maka berita Injil tidak pernah mengajarkan iman yang statis-pasif, namun iman yang dinamis dan terus aktif. Injil mengajarkan bahwa iman yang sejati, bukanlah sebatas pengetahuan secara kognitif, bukan juga sekedar perasaan semata, tetapi iman yang menyerahkan dan mempercayakan seluruh hidup kita kepada Allah dan itu terwujud atau terejawantahkan di dalam perbuatan kita. Itulah makna percaya yang sesungguhnya. Itu sebabnya pentingnya disiplin rohani. Bukan untuk mendapat perkenanan dari Tuhan.. Tetapi supaya terus berakar dalam pengenalan akan Kristus. Firman itulah yang memampukan kita untuk tetap teguh dalam ketidakpastian dan Roh Kudus yang mengingatkan serta memampukan melalui Firman yang telah kita renungkan. 

GOSPEL CONNECTION

Yohanes 1:14 

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam (Eskenosen) di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Sang Firman yang kekal berdiam (berkemah) di dalam kita, menyertai dan memberikan kekuatan untuk menghadapi ketidakpastian hari esok. Sang Firman rela turun ke dunia menjadi daging  supaya kita yang masih ada dalam daging tidak bergumul sendiri dan  bertumbuh semakin serupa Kristus. Rela turun ke dunia mengalami penolakan supaya kita umat pilihan-Nya dapat diterima Allah Bapa dalam Kristus. Rela turun kedunia untuk menerangi dunia yang gelap karena dosa supaya kita umat pilihan-Nya dapat mengenal Dia dan semakin serupa Kristus. 

Pertanyaan Reflektif
Selama ini sudahkah kita mengenal Sang Firman itu dengan sungguh? Apakah kita hanya sekedar tahu atau sudah mengalami perjumpaan dengan Pribadi Sang Firman?

Hal apa yang seringkali menjadi hambatan kita untuk berakar kepada Sang Firman?

Gospel Response

  • Bertobatlah dari rasa khawatir yang disebabkan karena terlalu memikirkan dan fokus pada hal-hal yang sementara ketimbang hal-hal yang bernilai kekal
  • Ingatlah bahwa Yesus Kristus (Sang Firman) yang kekal rela menderita turun ke dunia supaya kita yang harusnya binasa mendapat hidup kekal

IMPLIKASI

Karena Sang Firman telah tinggal dalam kita maka …

  • kita dimampukan untuk teguh dalam menghadapi ketidakpastian.
  • kita memiliki pengharapan kekal dalam Kristus.
  • kita tidak perlu kuatir dan takut dalam menghadapi hari esok.
  • kita dimampukan untuk hidup serupa Kristus.