Living a Full Life

TEGUH Week 2 "Living a Full Life" 

Ps. Natanael Thamrin

Pembacaan        :  Yoh 5:19-29

Biasanya di awal tahun banyak orang membuat resolusi. Resolusi awal tahun seperti: karier makin cemerlang, terobosan keuangan, kesembuhan dari sakit penyakit, punya pasangan, hidup sehat, lebih mandiri, rutin perpuluhan, memperluas pertemanan, menabung untuk masa pensiun, mengurangi interaksi dengan gadget, dan seterusnya. Semua resolusi ini baik. Tetapi ada sebagian orang yang merasa jika resolusi yang mereka tuliskan berhasil maka hidup mereka telah utuh. Mereka sudah puas. Tapi benarkah, jika seseorang telah mendapatkan hal-hal yang mereka targetkan maka mereka telah puas, mereka telah living a full life? Namun kalau telusuri hati kita. Apa yang sesungguhnya menjadi pencarian kita, apa yang kita kejar, apa yang hati kita inginkan dari setiap resolusi yang kita buat? Dalam perenungan ini kita akan memikirkan 3 hal penting terkait dengan tema kita yaitu Living a Full Life. 

  1. MENGAPA MANUSIA MENCARI MAKNA HIDUP?

Yohanes 5: 5

Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit (invalid, infirmity, disabled, helpless, powerless).

Perikop ini diawali dengan sebuah kisah penantian dari seorang yang sudah menderita sakit lumpuh Kata sakit disini oleh diterjemahan oleh alkitab versi inggris dengan sangat beragam. Dari invalid (cacat), infirmity (lemah), disabled (cacat), helpless (tidak berdaya), powerless (tidak berdaya). Kita bisa membayangkan bahwa sakit yang berkepanjangan ini membuat orang tersebut bukan hanya sakit secara fisik, tetapi juga frustrasi secara psikis. 

Dia nampaknya benar-benar tidak berdaya – helpless dan hopeless. Terlihat ketika Yesus mengatakan: maukah engkau sembuh? Jawabannya tidak diwarnai antusiasme sedikitpun. Dia justru berkata: Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku. (Yohanes 5:7).

Apa itu resolusi? Mungkin dia sudah tidak lagi berharap untuk membuat sebuah resolusi. Semakin banyak harapan, semakin banyak rasa sakit karena harapan itu tidak terpenuhi. Seorang penafsir yang mengatakan: Sekalipun terlihat putus asa, tetapi orang lumpuh itu tetap mencari dan membutuhkan kesembuhan. Adapun, masyarakat sekarang ini adalah orang-orang yang juga mencari dan membutuhkan ‘kesembuhan’. Mereka yang terabaikan, ditolak, menderita, kesepian, hancur hati dan jiwa mencari dan membutuhkan ‘kesembuhan’. Mungkin mereka terlihat cukup kuat dan utuh, tetapi sebenarnya tidak. Mereka sangat putus asa dalam mencari kesembuhan, pertolongan serta kekuatan.

Melalu kisah orang lumpuh ini menunjukkan secara jelas bahwa setiap manusia sesungguhnya haus akan pencarian makna hidup.Setiap manusia berusaha mencari makna hidup, tetapi sayang manusia seringkali mencari makna hidup di tempat yang salah. Manusia mencari kesembuhan ditempat yang salah. Tidak banyak berubah bahkan sampai sekarang ini. Bahkan orang yang mengatakan dirinya kristen tidak jarang punya kecenderungan untuk mempercayai hal-hal mistis, mencari benda-benda tertentu yang dianggap punya daya magis atau formula doa tertentu yang dianggap punya kekuatan spiritual. Misalnya: beberapa buku-buku yang mengajarkan rumusan doa yang manjur ketika doa-doa yang lain sudah mentok. Beberapa gereja bahkan menjual ‘kain ajaib atau minyak ajaib’ yang katanya sudah diurapi untuk memberi mereka kekuatan ilahi. 

Timothy Keller mengatakan “ Jika ada sesuatu yang menjadi lebih utama-mendasar daripada Tuhan dalam kebahagiaanmu, makna hidupmu, dan identitasmu, maka itu telah menjadi sebuah berhala. 
("If anything becomes more fundamental than God to your happiness, meaning of life, and identity then it is an idol.")

Singkat cerita, ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit lumpuh 38 tahun itu, beberapa orang-orang yahudi menjadi marah dan hendak menganiaya Yesus. 

Yohanes 5:16-18 

16 Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. 17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Kemarahan orang-orang Yahudi disini didasari oleh dua alasan yaitu karena tindakan itu dilakukan pada hari sabat (ayat 16). Dan kedua karena Yesus menyamakan dirinya dengan Allah (ayat 17). Pelanggaran terhadap hukum sabat bagi orang Yahudi merupakan hal yang serius dan memicu niatan menganiaya Yesus. Ditambah lagi menyamakan diri dengan Allah semakin memperuncing masalah yang ada. 

Apa yang menjadi argumentasi Yesus disini? Terlihat bahwa Yesus tidak sedang memberikan kelas pemahaman tentang hari sabat kepada orang-orang Yahudi disini. Pembelaan Yesus sangat jelas bahwa Tuhan bekerja pada hari sabat maka diapun dapat bekerja pada hari sabat. Sesungguhnya dalam pemahaman orang Yahudi, mereka tidak dapat menyanggah hal ini dan harus setuju karena mereka memahami bahwa Tuhan tidak mungkin mengambil satu hari libur di setiap minggunya. Oleh karena itu, jika Tuhan sedang bekerja, maka sah-sah saja jika Yesus bekerja. 

Kita perlu memahami logika Yesus disini. Yesus tidak mengatakan bahwa karena Tuhan bekerja pada hari sabat, maka siapapun bisa bekerja pada hari sabat. Tidak. Justru Yesus ingin menunjukkan otoritasnya setara dengan Bapa. Tetapi karena ini maka orang-orang Yahudi semakin berusaha lagi untuk membunuhnya. Orang-orang Yahudi disini sesungguhnya sedang diperhadapkan dengan sebuah dilema yaitu akankah mereka tunduk pada otoritas Yesus atau justru memberontak dan memilih hidup mandiri?

Dengan bentuk pertanyaan lain: akankah mereka menaati perintah Yesus atau mereka mengabaikan perintah-Nya dan meninggikan aturan-aturan buatan manusia di atas kehendak Allah? Jika kita membaca Injil Yohanes dengan seksama, maka kita akan menemukan dilema atau peperangan batin ini akan terjadi di sepanjang catatan Injil Yohanes. 

Misalnya: ketika kita membaca Yohanes 6 tentang roti hidup. Setelah Yesus menjelaskan kepada mereka bahwa Dialah roti hidup maka orang-orang Yahudi itu bersungut-sungut tentang Dia. Dan singkat cerita mereka akhirnya bertengkar satu sama lain. 

Yohanes 6:52a

Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka.

Artinya ada yang mulai ragu dan meyakini tetapi disisi lain ada yang tetap menolak dan memberontak pada otoritas Yesus. Serupa dengan apa yang dialami oleh orang-orang Yahudi ketika mendengarkan yesus membicarakan firman, maka peperangan keyakinan ini juga setiap hari kita alami. Setiap hari, hati kita berada di medan peperangan. dua kekuatan yang terus berlawanan bentrok setiap hari. keinginan kita untuk memilih hidup mandiri dan berjalan dengan kekuatan pengertian kita sendiri atau kita mau tunduk pada kedaulatan dan otoritas Yesus. 

Lalu apa hubungannya hal ini dengan pencarian makna dalam hidup? Kita tidak menemukan makna hidup karena kecenderungan hati kita selalu ingin hidup mandiri dari Tuhan.

Apa maksudnya memilih untuk hidup mandiri dari Tuhan? Ini adalah ekspresi dari kehidupan manusia yang sudah jatuh di dalam dosa. Sejak kejadian pasal 3 disana kita menjumpai bagaimana manusia terus mencoba untuk hidup mandiri dari Tuhan. Manusia mencoba hidup dengan caranya sendiri. Mungkin kita berpikir bahwa kita tidak melakukan hal itu. Tapi pertimbangkan hal-hal berikut ini: 

  • Apakah kita semakin rindu di pimpin oleh Firman Tuhan?
  • Apakah yang membuat kita merasa aman dalam menjalani hidup? 
  • Apakah yang menenangkan kita ketika mengalami rasa takut dan putus asa? 
  • Apakah kita masih berduka atas dosa?
  • Apakah disiplin rohani semakin penting bagi kita?

Pertanyaan-pertanyaan ini hanyalah sebagian dari hal yang dapat kita tanyakan untuk mendiagnosa hati kita sendiri. Jawaban kita akan menjelaskan kecenderungan hati kita sendiri apakah kita semakin bergantung pada Tuhan dalam hidup atau semakin ingin hidup mandiri dari Tuhan? Tetapi pertanyaan pada poin 1 kita: mengapa manusia mencari makna dalam hidup, belum terjawab. Perhatikan perkataan Agustinus “  Engkau mencipta kami bagi diriMu,
ya Allah, dan hati kami tidaklah tenang sampai beristirahat di dalam-Mu.”

Sesungguhnya manusia selalu mencari makna hidup karena kita dicipta bukan untuk kepuasan di dalam dunia ini, melainkan kepuasan di dalam Allah yang mencipta kita. Kita dicipta untuk kebergantungan pada Allah, bukan kemandirian dari Allah. Tetapi karena dosa, maka pencarian kita akan makna hidup selalu salah arah. Tetapi puji Tuhan, karena Allah tidak membiarkan kita hidup di dalam pencarian makna hidup yang salah arah. Dia mengutus anakNya yang tunggal untuk membuat hidup kita memiliki makna. 

Jika kita kembali pada perikop pasal 5:1-18, di tengah tuduhan dan ancaman yang diterima oleh Yesus oleh karena ketidaksukaan orang-orang Yahudi, Yesus justru memberikan tawaran untuk mereka mengalami hidup yang utuh itu. 

          2. APA YANG DIMAKSUD DENGAN HIDUP DALAM KEUTUHAN?

Yohanes 5:24

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Bayangkan, bagaimana Yesus justru memberi tawaran hidup yang kekal ini kepada sebagian besar dari mereka yang ingin membunuhnya. bukankah ini sebuah gambaran yang menakjubkan dari kasih allah yang begitu besar kepada dunia. Seorang penafsir memberikan gambaran dengan mengatakan: Allah menciptakanmu, tetapi engkau memberontak melawan-Nya. Tanpa menghukummu, Allah justru memulai suatu rencana untuk menyelamatkanmu. (God made you, but you rebelled against him. Instead of punishing you, he put in motion a plan to rescue you.) Matt Carter And Josh Wredberg, Exalting Jesus In John. jika kita kembali dalam ayat 24, maka disana kita menjumpai bahwa Yesus menawarkan hidup kepada mereka. 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup (zoe) yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Yesus mengatakan: barangsiapa yang mendengar perkataan-ku dan percaya kepada ku, ia mempunya hidup yang kekal. Kata hidup di sini menggunakan kata zoe. Yang berbeda dengan bios dan psykhe yang juga dipakai untuk mengartikan kata hidup. Tetapi kata zoe jelas sangat berbeda. Ini bukan hanya tentang keberadaan hidup secara fisik melainkan kualitas hidup. 

Contoh: seorang anak berusia 10 tahun diajak oleh ayahnya pergi ke sebuah tempat dengan pesawat terbang. Ini bukan kali pertama dia naik pesawat terbang. Tapi kali ini pengalaman itu sangat berbeda. Dia duduk di kursi dekat jendela dan melihat-lihat pemandangan yang ada diluar pesawat. Lalu datanglah seorang pramugari dan bertanya: anda mau makan dan minum apa? Tanpa berlama-lama anak itu berkata: saya ingin coke. Pramugari kemudian memberikan minuman itu dan dia kemudian menurunkan sandaran kursinya, mengangkat kakinya dan berkata kepada ayahnya: ini hidup ayah. 

Ilustrasi ini ingin menunjukkan sebuah pesan penting tentang arti hidup. Bukan tentang mendapatkan apa yang diinginkan dan bisa menikmatinya secara fisik. Bukan itu. Sang anak berbicara tentang hidup sebelumnya dan hidup setelahnya. Sebelumnya dia mungkin belum bisa merasakan kualitas hidup seperti yang dia rasakan barusan. Dan dia juga berbicara tentang hidup setelahnya yaitu inilah hidup yang tidak membosankan. Ini menyenangkan untuk dilakukan lagi. Jadi, zoe bukan bicara tentang keadaan hidup, tetapi kualitas hidup. Lalu bagaimana supaya kita dapat mengalami hidup - zoe? 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup (zoe) yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Perhatikan frasa ‘barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku’. Frasa ini menunjukkan 2 hal penting untuk mengalami hidup, mengalami zoe yaitu mendengar perkataan Kristus dan percaya kepada Dia.  Pertanyaannya ialah apa hubungannya mendengar perkataan Yesus dan percaya kepada Yesus lalu mempunyai hidup? 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Yoh 4: 25

Yesus berkata bahwa saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suaranya dan mereka yang mendengarnya akan hidup. Kita mungkin telah berulang kali berkhotbah dan mendengarkan khotbah di acara pemakaman dan tidak pernah ada jenazah yang berkata amin. Jadi bagaimana mungkin orang yang mati dapat mendengar dan menaati Kristus? 

Saya pikir cara terbaik untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan menanyakan pertanyaan lain: bagaimana mungkin orang lumpuh dapat mengangkat tempat tidurnya dan kemudian berjalan? 

Jawabannya: hanya jika sang pemberi hidup memberikan kuasa itu. Selain Yesus Kristus, tidak ada seorangpun dari antara kita, manusia yang berdosa ini dapat memilih kehidupan rohani. Sama seperti orang lumpuh yang tidak berdaya, kita tidak mampu menyembuhkan diri kita sendiri. Hanya ketika Yesus memanggil kita untuk hidup, maka dia menghidupkan kita. Apa artinya? Injil bukan membuat orang baik jadi lebih baik atau orang jahat jadi baik, tetapi Injil membuat orang mati menjadi hidup. Keselamatan sepenuhnya karya Kristus dimana Dia membangkitkan orang berdosa yang sudah mati menjadi anak-anak Allah yang hidup. Dan otoritas Yesus disini lebih dari sekadar menghidupkan orang berdosa yang mati secara rohani. Ini juga mencakup menghidupkan kembali orang yang mati secara fisik. Ayat 28-29 mencatat hal ini. 

Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Sama seperti ketika Yesus berkata orang lumpuh, bangunlah, Yesus juga mempunyai otoritas untuk membangkitkan orang-orang yang sudah mati kelak pada saat kedatangannya yang kedua kali. 

Tetapi untuk menyatakan kebenaran ini, Yesus tidak perlu menunggu terlalu lama karena di dalam Yohanes 11 kita mendapati Yesus membangkitkan lazarus dari kematian. Yohanes 11:43 mencatat: dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: Lazarus, marilah ke luar! Bukankah ini sebuah hal yang sangat luarbiasa. Otoritas Yesus tidak tertandingi. Jelas ini semakin mempertegas bukti keilahiannya yang sejati. Jadi hidup di dalam keutuhan bukanlah tentang segala kebutuhan kita terpenuhi, atau semua resolusi kita tercapai, melainkan kita yang dahulu mati  karena dosa, sekarang ini telah menerima hidup melalui Kristus, Sang Kehidupan. Dan hidup yang telah kita terima dari Kristus bukanlah sebuah afirmasi personal untuk hidup bagi kesenangan diri sendiri melainkan transformasi radikal untuk hidup bagi kesenangan Tuhan. 

Sebuah contoh nyata akan hal ini dari seorang yang bernama Jonathan Edwards. Dari puluhan resolusi hidup yang dia pernah tuliskan disepanjang hidupnya, ada hal yang sangat menarik untuk kita perhatikan: Resolusi pertama: saya akan hidup untuk tuhan . Resolusi kedua: jika tidak seorangpun melakukannya, saya akan tetap melakukannya.  Namun pertanyaannya ialah apa yang memampukan kita untuk dapat hidup bagi Allah disepanjang hidup? 

          3. BAGAIMANA INJIL MEMAMPUKAN KITA UNTUK HIDUP BAGI ALLAH?

Yang memampukan kita hidup bagi Allah adalah Salib Kristus karena pada dasarnya akibat dosa maka tidak ada seorang pun yang mampu hidup bagi Allah jika Allah tidak terlebih dahulu menghidupkan kita. Kita ini semua berdosa dihadapan Allah. Dan jika bisa digambarkan dengan detail akan hal ini, alkitab sudah menyatakannya: 

  • Yesaya 1:6: ‘Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat.’ 
  • Yesaya 1:15: ‘… sebab tanganmu penuh dengan darah.’
  • Amsal 1:16: ‘Karena kaki mereka lari menuju kejahatan,…’ 
  • Roma 3:13: ‘kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa.’ 
  • Amsal 21:4: ‘Mata yang congkak dan hati yang sombong,…’ 
  • Yesaya 6:10: ‘… dan buatlah telinganya berat mendengar,…’ 
  • Efesus 4:17: ‘.. Pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap,…’
  • Yeremia 17:9: ‘betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?’

Katalog keberdosaan manusia dari kaki sampai kepala yang disingkapkan oleh alkitab. Ini semua menunjukkan bahwa kita semua sakit (invalid, infirmity, disabled, helpless, powerless, death). Ada tambahkan satu kata lagi yang saya rasa paling mewakili keberadaan kita yaitu death – mati.  Jadi cukup satu dosa saja maka itu akan mendatangkan hukuman. dan tuntutan allah atas mereka yang berdosa adalah hukuman mati. Jika demikian maka tidak ada yang dapat bertahan pada takhta pengadilan Allah.  Itulah sebabnya, mengapa hanya salib.

Diatas salib kita menjumpai: Sang Kebenaran dipandang bersalah. Dia yang datang menyatakan kebenaran dan membawa kita kepada kebenaran justru menerika hukuman dan dipandang bersalah atas ketidakbersalahannya. Sang Kehidupan mengalami kematian. Dia yang datang membawa kehidupan bagi kita dan menjamin hidup kekal kita justru mengalami kematian yang paling mengenaskan. Sang Hakim adil menerima ketidakadilan. Dia yang adil dan memiliki hak untuk menghakimi setiap manusia justru menerima ketidakadilan dan penghakiman yang paling kejam diatas salib. Salib Kristus merupakan satu-satunya tempat perlindungan bagi semua orang yang akan menghadapi penghakiman. Dan karena salib Kristus, maka kita yang percaya pada-Nya dapat menerima kebenaran dan menemukan bahwa nama kita tertulis dalam kitab kehidupan. 

Sekarang ini, karena salib Kristus - status kita bukan lagi orang-orang berdosa yang mati melainkan anak-anak Allah yang hidup maka kita dapat dimampukan untuk hidup bagi Allah. Karena salib Kristus, maka motivasi hati kita dalam melakukan perbuatan baik bukan lagi supaya menerima keselamatan tetapi karena kita sudah diselamatkan. Karena salib Kristus, kita dimampukan hidup bagi Allah melalui kehidupan yang semakin lama meninggalkan dan membenci dosa. Pada akhirnya karya salib Kristus akan memberikan kita lensa yang baru dalam memandang hidup. 

Kita akan dimampukan untuk meninggalkan cara hidup kita yang lama dan menata ulang setiap aspek hidup kita. Waktu kita melihat seluruh aspek hidup kita dengan lensa salib kristus, maka ketika kita melihat persoalan keuangan, pekerjaan, kesehatan, masa depan, keluarga, penderitaan, seks, pertemanan dan seterusnya maka kita dimampukan untuk melihatnya dengan cara pandang: bagaimana saya memakai semuanya itu untuk memuliakan tuhan dan untuk perluasan pemberitaan injil. Lalu apa yang menjadi respon kita setelah memahami ini? Bertobat dari keinginan hati yang mencari makna hidup diluar Kristus dan kecenderungan dosa yang selalu ingin hidup mandiri dari Tuhan. Pandanglah kepada karya salib Kristus yang telah menghidupkan kita dan yang terus memampukan kita untuk hidup bagi kemuliaan Allah.

Pertanyaan Reflektif.

  • Apa yang selama ini membuat hidup anda terasa bermakna dan berarti? Apakah itu berkaitan dengan hal-hal di dalam dunia yang sementara, ataukah ada dimensi kekal yang memperdalam makna tersebut?
  • Bagaimana kita dapat menguatkan keyakinan kita dalam Kristus untuk mengatasi kecemasan terkait kehidupan di dunia ini dan harapan akan kehidupan setelah mati?
  • Bagaimana otoritas Kristus mempengaruhi cara hidup anda? Cara anda berbicara dengan pasangan anda? Cara anda mendisiplin anak anda? Cara anda menanggapi kritik? Cara anda menghabiskan waktu, uang, dlsb?

IMPLIKASI

Karena Kristus sudah menghidupkan kita maka ..

  • Kita dimampukan menjalani hidup dengan tujuan yang jelas yakni bagi kemuliaan Allah. 
  • Kita memiliki kekuatan untuk berkata tidak terhadap keinginan dan godaan dosa.
  • Kita dapat tenang dan tetap berpengharapan dalam menjalani hidup.