God's Sovereign Grace (Kedaulatan Tuhan)

 

INJIL WEEK 16 "GOD’S SOVEREIGN GRACE" 

Ps. Michael Chrisdion

 

 

Pembacaan : Roma 9 : 1 - 29

Kita telah membahas Kitab Roma 8 yang oleh banyak orang dianggap sebagai pasal yang paling menginspirasi dalam Alkitab serta salah satu yang disukai dan dihafal semua orang. Tetapi Roma 9 adalah pasal yang dilewati banyak orang karena isinya yang susah untuk dicerna sehingga banyak pakar Alkitab memilih untuk tidak membahasnya.

Tetapi ini adalah bab yang sangat penting sebab pasal ini adalah diskusi yang paling luas dalam Alkitab tentang ketegangan antara kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia.  Mungkin kita  sering mendengar istilah-istilah seperti Calvinisme dan Predestinasi dan teologi Reformed. Pasal ini membahas banyak sekali doktrin-doktrin itu. Pertanyaan utamanyanya adalah: “Seberapa besar sebenarnya Tuhan mengendalikan detail sejarah manusia? Apakah Dia memilih orang untuk diselamatkan, atau mereka sendiri yang memilihnya?”

Setiap kali topik ini muncul maka orang-orang selalu langsung ingin tahu tentang  dipihak mana kita berada. Untuk menjawab hal ini tentu kita harus tunduk dengan apa yang Alkitab katakan. Kita percaya bahwa Alkitab tidak berkontradiksi dan mempertahankan ketegangan di antara keduanya. 

Jadi ketika kita membahas dan menjelaskan teks Alkitab yang menekankan kedaulatan Tuhan maka kita bisa terdengar seperti seorang Calvinis atau Reformed. Tetapi ketika kita membahas bagian-bagian yang menekankan tanggung jawab kita yaitu bagaimana kita perlu hikmat di dalam hidup ini untuk menentukan pilihan yang benar,  mengapa kita berdoa dan mengabarkan Kristus, bagaimana kita membuat perbedaan dan dampak dalam sejarah kekekalan orang lain maka mungkin kita bisa terdengar seperti seorang non-Calvinis atau non Reformed.

Namun inilah yang perlu kita semua pahami dimana kalau Roma 9 ada dalam Alkitab maka itu ditulis karena suatu alasan. Bukan kebetulan kalau Paulus memasukkan diskusi tentang kedaulatan Tuhan ini segera setelah deklarasi kemenangannya di pasal 8 tentang komitmen Tuhan yang tak tergoyahkan untuk memenuhi tujuan-Nya dalam hidup kita. Bagaimana kita bisa yakin bahwa apa yang telah Tuhan mulai dalam diri kita akan Dia selesaikan? Bagaimana kita bisa begitu pasti bahwa tidak ada yang menggagalkannya,  bagaimana kalau ada orang yang menantang Tuhan untuk mengagalkannya atau mungkin bahkan kita sendiri dengan kebodohan pilihan kita menggagalkan rencana Tuhan?

Jadi, itulah pertanyaan yang mulai dia jawab di pasal 9: Mengapa orang Yahudi menolak Yesus? Dan, kalau Tuhan seakan-akan gagal dengan mereka, bagaimana kita tahu Tuhan tidak akan gagal dengan kita juga?

Roma 9:4-5
4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. 5Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!

Dalam ayat 4–5, Paulus mengkonfirmasi dan meratapi fakta bahwa Israel yang disebut Bangsa Pilihan Allah, seharusnya percaya. Paulus menyebutkan beberapa hak istimewa secara rohani yang dimiliki Israel yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.

● Tuhan memilih Israel dari sejak Israel belum ada melalui Abraham dan setia akan janjinya untuk membebaskan Israel dari perbudakan Mesir di kitab Keluaran. Paulus berkata bahwa Tuhan membawa mereka keluar dari perbudakan dengan Kuasa tangan  Tuhan yang kuat dan luar biasa. Tuhan melakukan itu buat bangsa Israel tetapi Tuhan tidak melakukannya untuk bangsa lain.

● Israel mengalami banyak sekali mukjizat, manifestasi dari kuasa kebesaran Tuhan, dan itu semua seharusnya adalah bayangan Injil yang tidak dimiliki dan dilihat oleh bangsa-bangsa lain.

● Melalui Musa maka Israel dipercayakan dengan hukum Taurat Tuhan, yang menyatakan karakter dan merupakan refleksi sifat siapa TUHAN itu.

● Mereka memiliki Kemah Tabernakel, di mana Tuhan sendiri berdiam dan itu memiliki segalanya gambaran-gambaran simbol di dalamnya tentang bagaimana keselamatan dan penebusan Allah di masa yang akan datang

Jadi apa yang terjadi? Dan, pertanyaannya: Apakah Rencana Tuhan atas Israel gagal? Dan jika rencananya atas Israel gagal, bagaimana kita bisa yakin bahwa Rencana Tuhan juga tidak akan gagal?

APAKAH RENCANA TUHAN GAGAL?

Paulus menjabarkannya menjadi 4 pertanyaan. kita akan membahas pertanyaan-pertanyaan itu, dan kemudian kita akan memberikan beberapa kesimpulan implikasi dan aplikasi kepada kita :

          1. APAKAH TUHAN GAGAL DALAM PILIHANNYA DAN MENEPATI JANJINYA? TENTU SAJA TIDAK (AYAt 6-13)

Roma 9:6-7
6Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel, 7 dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: ”Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu.”

Dalam ayat 6 ini maka Paulus menjelaskan bahwa tidak setiap orang Yahudi yang lahir dalam ras atau etnis Israel adalah anggota dari Israel sejati.

Roma 9:8-9
8 Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. 9 Sebab firman ini mengandung janji: ”Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki.”

Paulus menggunakan  contoh di  Ayat 9 yaitu Abraham memiliki dua anak laki-laki yaitu Ishak dan Ismail. Ishakmewakili anak perjanjian; sedangkan anak yang satunya menurut daging.  Dan semua keturunan Abraham masuk ke dalam dua kategori tersebut: orang yang menerima janji dan orang yang menolak janji Tuhan.

Roma 9:10-13
10Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. 11Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, – supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya – 12 dikatakan kepada Ribka: ”Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,”13  seperti ada tertulis: ”Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.”

Semakin lebih jelas lagi (ayat. 13), Ishak sendiri memiliki dua putra: satu adalah Yakub yang, meskipun ia memiliki masa lalu yang kelabu, terkenal licik, lihai dan suka menipu tetapi justru menerima janji Tuhan. Yang satunya adalah Esau, yang karena hawa nafsu menukarkan berkat anak sulungnya dengan semangkuk sup kacang merah. Di dalam Perjanjian Baru maka Esau merepresantiskan orang-orang Yahudi yang menolak janji penebusan Tuhan dan memilih untuk hidup dalam hawa nafsu daging mereka.Kedua tipe atau jenis orang ini selalu ada di Israel. Dalam kedaulatan-Nya Tuhan tidak pernah memiliki hubungan dengan Ismail dan Esau.

Jadi, kata Paulus, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa penolakan orang Yahudi terhadap Yesus adalah bukti bahwa Tuhan bisa kehilangan umat pilihanNya. Justru kebalikannya yaitu dari Perjanjain Lama maka Paulus membuktikan dari mula maka Tuhan tidak pernah tidak pernah mengenal mereka. Jadi ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah gagal dalam pilihanNya.

          2. APAKAH TUHAN TIDAK ADIL DALAM MEMBERIKAN BELAS KASIHAN? TENTU SAJA TIDAK (AYAT 14-18)

Roma 9:14-15
14Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! 15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.”

Pertanyaannya di sini adalah apakah Tuhan melakukan sesuatu sesuatu yang salah dengan hanya menunjukkan belas kasihan kepada Yakub. Tuhan mengenal dan melakukan (foreknew dan predestined ) pada Yakub dan tidak melakukan itu bagi Esau).

Mari kita  tinjau definisi  belas kasihan. Paulus menjelaskan bahwa namanya belas kasihan itu tidak ada muatan obligasi atau kewajiban. Bahkan secara ontology maka definisi belas kasihan adalah memberikan sesuatu yang tidak pantas untuk diberikan kepada penerima belas kasihan artinya menerima sesuatu yang tidak pantas kita  terima. Dan jika kita pantas mendapatkannya maka  itu bukan "belas kasihan", tetapi itu adalah keadilan (justice). Kalau kita berbicara tentang keadilan maka kita semestinya orang yang berdosa menerima hukuman murka Allah, tetapi kita tidak menerima itu dan kita menerima belas kasihan Tuhan.  Jadi, jika Tuhan tidak berutang belas kasihan kepada siapa pun, kita tidak dapat mengatakan bahwa tidak adil baginya untuk tidak memberikannya kepada siapapun.

Alasan Paulus seperti ini:

Apakah Tuhan berhutang keselamatan kepada seseorang? Tentu saja tidak! Dan jika Dia tidak berhutang keselamatan kepada siapa pun, maka Dia bebas memberikannya kepada semua, beberapa, atau tidak memberikan keselamatan sama sekali  Tetapi faktanya, “Tuhan tidak akan melakukan ketidakadilan dengan meninggalkan kita semua untuk binasa.”

Apa yang adil adalah bahwa kita semua dibiarkan dalam penghukuman kita karena pilihan kita sendiri (Roma 1-3). Kalau kita sampai mampu untuk mengenal Yesus dan punya hubungan dengan Tuhan itu adalah semata-mata karena kasih karunia. Jadi, Paulus ingin meluruskan pandangan kita mengenai belas kasihan dan keadilan Tuhan. 

John Stott berkata :

“ Cara Paulus membela keadilan Allah adalah dengan menyatakan belas kasihan-Nya. kedengarannya terbalik buat kita, tetapi sebenarnya tidak. Paulus menunjukkan bahwa pertanyaan itu sendiri salah dipahami, karena dasar di mana Allah menyelamatkan orang berdosa bukanlah keadilan melainkan belas kasihan." 

MENGAPA TUHAN TIDAK MEMILIH SEMUA?

Roma 9:16
16Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.

Ketika Tuhan memilih seseorang bukan karena orang itu pantas mendapatkannya, atau karena orang itu hatinya tulus, banyak potensi atau seseorang itu tidak dipilih karena sial. Sesungguhnya tidak satu pun dari kita pantas mendapatkannya lebih dari siapa pun. Pilihannya untuk memberikannya adalah anugerah yang tidak pantas kita terima dari sang pencipta kepada ciptaan.Jadi kesimpulannya maka dengan demikian orang percaya tidak bisa merasa lebih hebat atau unggul dari orang-orang yang tidak percaya sebab semua itu karena anugerahNya.

Namun, ini tidak berarti bahwa pilihan Tuhan itu sewenang-wenang atau seolah-olah Dia memilih orang dengan asal-asalan. Paulus tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan tidak punya alasan di dalam pilihanNya, hanya saja alasan untuk memilih itu adalah misteri dan tentunya tidak sesuai dengan standar kebaikan di dalam kita.

Dalam ayat 17, Paulus memberi kita petunjuk tentang alasan Tuhan sekalipun ini bukan jawaban lengkap tetapi hanya petunjuk.

Roma 9:17-18
17 Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ”Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.” 18Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.

Dalam ayat 17, Paulus memberi Anda petunjuk tentang alasan Tuhan (ini bukan jawaban lengkap, hanya petunjuk). Paulus mengatakan bahwa Tuhan tidak memilih Firaun untuk melawan Tuhan kemudian Tuhan menindas Firaun dengan menunjukkan kuasa dan  kekuatan dan kemuliaan-Nya. Dengan kata lain sebenarnya penolakan Firaun akan Tuhan dan kekerasan hati Firaun itu dari awal sudah terjadi dan itu digunakan Tuhan untuk menunjukkan kuasa-Nya atas kejahatan dan memberikan kepada Tuhan kesempatan untuk menunjukkan kasih-Nya untuk menyelamatkan Umat Israel. Dan ini memimpin kita  kepada pertanyaan ke 3 yaitu :

           3. APAKAH TUHAN DAPAT DISALAHKAN SAAT MEMINTA PERTANGGUNG JAWABAN DOSA KITA? TENTU SAJA TIDAK (AYAT 19-23)

Roma 9:19
19Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ”Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?”

Keberatan banyak orang ketika mendengar mengenai  Firaun adalah Jika Firaun hanya memainkan peran yang seharusnya dia mainkan, bagaimana dia bisa dimintai pertanggungjawaban untuk itu?Bagi banyak dari kita maka pertanyaan kita adalah: “Jika Tuhan adalah orang yang berdaulat akan siapa yang akan percaya dan diselamatkan, lalu bagaimana mungkin Tuhan menghukum mereka yang hanya memainkan peran yang telah Tuhan tugaskan untuk mereka mainkan?” Seperti Firaun, Yudas dan Herodes? Tetapi Paulus 

2000 tahun yang lalu sudah memprediksi pertanyaan-pertanyaan apologetika semacam ini.


Paulus ingin menunjukkan kepada kita bahwa penolakan Tuhan terhadap Firaun itu konsisten dengan pilihan Firaun sendiri. Firaun dari awal memang sudah sombong, penyembah berhala, jahat, kejam dan tidak berperikemanusiaan secara turun temurun. Dan pertanyaan kuncinya: Siapa yang menolak siapa yang pertama?  Apakah Firaun lebih dulu menolak Tuhan atau Tuhan menolak Firaun? Tentunya Firaun yang menolak Tuhan. 
Alkitab memang menulis “Allah mengeraskan hati Firaun ” (Keluaran9:12 ) Tetapi pernyataan itu muncul hanya setelah tulah keenam. Kalau kita perhatikan bahwa setelah 5 tulah pertama maka dikatakan pada waktu mesir dilanda tulah kelima yaitu katak….  “firaun mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 8:15).Jadi Tuhan mengeraskan hati Firaun setelah Firaun mengeraskan hatinya sendiri sebanyak 5 kali! Dan intinya adalah Tuhan tidak bisa disalahkan atas kerasnya hati Firaun. Itu adalah kesalahan dan penolakan dan kekerasan hati Firaun sendiri dan ini konsisten dengan cara penggambaran Alkitab mengenai penolakan suatu bangsa atau seseorang terhadap Tuhan. Ketika Yesus meratapi penolakan orang Yahudi terhadap dirinya sebagai sang Mesias dan sang Penyelamat yang sudah dinubuatkan para nabi maka Dia berkata di Matius 23:37

Matius 23:37
”Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah kitapnya, TETAPI KAMU TIDAK MAU.

CS Lewis berkata “Pintu Neraka itu terkunci dari dalam” . Artinya orang yang masuk neraka itu karena memang mereka menolak Tuhan dan lebih memilih untuk masuk neraka. Jadi kesimpulannya, memang benar bahwa jika ada yang diselamatkan, itu hanya karena Anugerah Tuhan saja, tetapi jika ada yang binasa maka kesalahan ada pada pilihan mereka sendiri. 

Sebagai contoh kita memiliki 5 orang teman yang berencana untuk merampok bank. Mereka adalah teman-teman baik kita dan kita mengetahui rencana perampokan mereka dan kita memohon kepada mereka untuk berhenti dan membatalkan rencana perampokan itu . Kita memohon, berargumentasi serta memberikan presentasi konsekuensi dari perampokan yang akan mereka lakukan. Tetapi tetap akhirnya mereka menolak permohonan, bujukan, dan argumentasi kita serta mendorong kita keluar dari ruangan. Akhirnya di hari H  maka kita menculik satu orang dari lima itu. Dia meronta dan bahkan melawan kita tapi kita sekap dia. Yang lain tetap melakukan apa yang mereka rencanakan yaitu merampok bank, dan mereka dalam proses perampokan membunuh seorang penjaga dan 2 warga sipil. Mereka tertangkap, dihukum, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Tetapi satu orang yang kita culik tadi akhirnya tidak terlibat dalam perampokan itu dan dia tetap bebas dan tidak pernah melakukan tindak kriminalitas itu.Sekarang kita bertanya: Salah siapa ke empat teman kita yang merampok bank itu ditangkap dan dihukum? Bisakah mereka menyalahkan kita? Dan teman kita yang kita culik dan selamatkan dari aksi perampokan di mana dia semestinya masuk penjara juga tapi karena kita culik sekarang dia tidak masuk penjara dan bebas merdeka —Bisakah dia berkata, 'Aku tidak masuk penjara karena aku orang baik dan dengan kehendak bebasku aku menolak godaan untuk melakukan aksi perampokan itu makanya aku sekarang tidak ada di dalam penjara? Itu adalah klaim yang tidak masuk akal karena satu-satunya alasan dia tidak dipenjara karena kita yang mencegah, meluputkan dan menyelamatkan dia  dari tindakannya sendiri yang akan merampok bank dengan teman-temannya tadi.

D. James Kennedy mengatakan :

Jadi mereka yang ke neraka tidak bisa menyalahkan siapa pun selain diri mereka sendiri. Mereka yang ke surga tidak bisa memuji siapapun selain Yesus Kristus. Dengan Demikian, kita melihat bahwa keselamatan dari awal sampai akhir semuanya adalah Kasih Karunia

          4. APAKAH PILIHAN TUHAN TIDAK MENYELAMATKAN SEMUA ORANG TIDAK SESUAI DENGAN KEBAIKANNYA? TENTU SAJA TIDAK (AYAT 20 - 23)

Roma 9:20-21
20 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ”Mengapakah engkau membentuk aku demikian?” 21Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

Pertanyaan dalam ayat ini menjadi pergumulan bagi banyak orang dan yang luar biasa adalah  Rasul Paulus bisa menebak dan bahkan mendengar keberatan banyak orang di pikirannya saat dia menulis surat ini. Karena banyak orang berpikir bahwa  “Allah yang baik” pasti akan menyelamatkan semua orang. Mengapa Tuhan membiarkan seseorang binasa?

Dengan kata lain yaitu jika Tuhan menggunakan kehendak bebas manusia itu sendiri yang memang dari awal menolak Tuhan dan memberontak kepada Tuhan dan itu dipakai Tuhan untuk menunjukkan kemuliaan-nya, dapatkah salah satu dari kita menuduh Tuhan tidak adil? Dan, jika kita berkata, "Tuhan yang baik semestinya tidak seperti itu dan semestinya Tuhan tidak begitu terhadap ciptaan-Nya." Paulus berkata, “benarkah? Kamu pikir kamu sama bijak nya dan sama pintarnya atau lebih bijaksana dan lebih pintar daripada Tuhan?”

Karena kalau kita protes seperti itu maka kita sedang berkata seakan –akan kalau kita yang menjadi Tuhan maka kita akan menjadi Tuhan yang lebih baik daripada Tuhan yang sesungguhnya. 

Rom 9:22-23
22Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan – 23justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan,


KESIMPULAN

Di dalam komentarinya tentang Kitab Roma – Timothy Keller berkata tentang Roma 9

“Jika Tuhan berbelas kasihan kepada semua atau menghukum semua orang, kita tidak akan melihat kemuliaan-Nya.  Di sini Paulus memberikan kita petunjuk yang sangat jelas Untuk pertanyaan yang terbesar: Jika Tuhan bisa menyelamatkan semua orang, mengapa Dia tidak menyelamatkan semua orang?  Dan di sini Paulus mengatakan bahwa jalan yang dipilih Tuhan (untuk tidak menyelamatkan semua orang) pada akhirnya akan lebih menunjukkan kemuliaan Tuhan daripada semua skema lainnya bisa manusia mampu bayangkan."   

Jadi tujuan akhir rencana Allah dalam segala hal,  termasuk keselamatan kita  adalah kemuliaan-Nya. Sebagai contoh yaitu kalau kita berkata bahwa Tuhan ada dipihak kita maka itu bukan untuk kita semata tetapi untuk kemuliaanNya. Tuhan mengasihi kita bukan hanya untuk kita semata tetapi untuk kemuliaannNya. Tuhan menjadi gembala yang baik yang membimbing domba-dombanya bukan hanya untuk dombanya tetapi untuk kemuliaan namaNya dan ini konsisten dengan Alkitab.

Jujur ini bagi kita pribadi susah untuk dicerna, mengapa? Karena kita terbiasa menganggap diri kita dan kepentingan kita sebagai elemen terpenting dan pusat dari alam semesta. Kita sudah terbiasa menganggap bahwa hidup kitalah yang jadi pusatnya itulah sebabnya kita berdosa terus dan itulah sebabnya Tuhan perlu menyelamatkan kita karena pusat dari segala kehidupan dan jagad raya adalah kemuliaan Tuhan. Mari kita ambil petunjuk dari struktur alam semesta itu sendiri maka umat manusia hanyalah organisme rapuh di setitik debu kecil di sudut terpencil galaksi terpencil berukuran sedang yang hanyalah satu dari miliaran galaksi semacam itu. Dan Tuhan adalah pusat dari itu semua.

Ketika kita memandang seluruh ciptaan  maka seakan-akan mereka dirancang untuk berteriak pada kita, “Bukan kamu yang terpenting!” Kemuliaan Tuhan adalah kebaikan terbesar di alam semesta. Dan itu mungkin susah untuk kita terima dan cerna karena kita bertumbuh dan berpikir dalam budaya yang sangat egosentri bahwa kitalah yang jadi pusat dari seluruh alam semesta dan berpikir bahwa kita sangat special dan unik. Maka kita berpikir dunia berputar mengelilingi kita. Sebab itu kita perlu bertobat. Makanya Firman Tuhan berkata sangkal diri. Kalau dunia berkata kasihi diri maka Firman Tuhan berkata sangkal diri dan percaya Yesus.  Sebenarnya alasan mengapa saat Tuhan menjadikan  kemuliaan-nya sebagai tujuan utamanya sebenarnya adalah hal yang paling penuh kasih yang Dia bisa lakukan bagi kita. 

Sebagai Ilustrasi : Para astronom mengatakan itu adalah hal yang baik bagi kita bahwa matahari, bukan bumi, yang menjadi pusat orbit Solar Sistem tata surya. Jika bumi berada di pusat, itu tidak akan pernah memiliki kemampuan gravitasi untuk menahan semua planet di orbit tata surya maka kita semua akan mati  dan tidak ada kehidupan di bumi. Karena matahari 30.000x lebih besar dari bumi, dan karena merupakan sumber panas dan cahaya yang independen, matahari dapat menopang tata surya yang teratur yang memungkinkan kita memiliki kehidupan. Jadi kalau kita bayangkan jika matahari adalah Tuhan, maka hal terbaik yang dapat dilakukan matahari adalah dengan menempatkan dirinya di pusat segala sesuatu. Demikian pula dengan kita dan Tuhan. Jika Tuhan adalah puncak kebahagiaan, maka menjadikan Dia sebagai pusat, menyelamatkan kita untuk dapat hidup bagi kemuliaan-Nya sebagai poros/pusat kehidupan kita. Itu adalah hal yang terbesar dan paling penuh kasih yang dapat Tuhan lakukan untuk kita.

Roma 9:24-26
24yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, 25 seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi Hosea: ”Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku
dan yang bukan kekasih: kekasih.” 26 Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: ”Kamu ini bukanlah umat-Ku,” di sana akan dikatakan kepada mereka: ”Anak-anak Allah yang hidup.”

Dalam ayat 25, Paulus menjelaskan lebih lanjut dan menunjukkan kepada kita bahwa Allah sebenarnya memiliki tujuan yang jauh lebih baik dan penuh belas kasihan dengan membiarkan Israel menolaknya. Penolakan Israel terhadap Mesias, dijelaskan Paulus, memungkinkan kita orang non-Yahudi untuk menerima keselamatan. Dia mengutip nubuatan nabi Hosea di ayat 25 tentang bagaimana Tuhan membuka pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa lain melalui penolakan orang Yahudi terhadap Kristus! Karena Israel menolak Yesus maka banyak orang non Yahudi yang dapat diselamatkan. Itu berarti bahwa bahkan penolakan Israel terhadap Yesus pada akhirnya memiliki tujuan yang lebih besar dan lebih baik yaitu Keselamatan Bangsa-bangsa! Demikian juga dalam kehidupan kita maka suatu hari kita akan melihat bahwa semua tindakan Tuhan atas kita akan memiliki akhir yang baik. 

Jadi pertanyaan tentang mengapa Israel menolak Yesus dan apakah itu kegagalan di pihak Tuhan?  Jawabannya adalah TIDAK. Tuhan tidak salah membiarkan hal itu terjadi atau bahkan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang menolaknya. Jadi, mengapa kemudian Israel menolaknya? Mari kita perhatikan jawaban Paulus di ayat 31.

Roma 9:31-32 (BIMK)
31Sebaliknya, orang-orang Yahudi selalu berusaha mentaati hukum supaya hubungan mereka dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi mereka justru tidak berhasil. 32Mengapa mereka tidak berhasil? Sebab mereka melakukan itu tidak melalui percaya kepada Allah, melainkan melalui usaha mereka sendiri.

Mereka menolak Kristus bukan karena Tuhan menetapkannya namun karena mereka tidak mau merendahkan diri dan tidak mau menerima Injil dari awal. Justru dari penolakan mereka maka Injil dapat disebarkan ke seluruh dunia.Mereka menolak untuk menerima bahwa keselamatan yang hanya dapat terjadi  karena kasih karunia oleh iman dan bukan karena kebaikan atau usaha mereka.Itulah poin yang terbesar.

Injil tidak merubah orang dari yang tidak baik menjadi baik tetapi orang mati menjadi hidup. Itu sebabnya Yesus malah menunjukkan bahwa orang Farisi dengan kebanggaan mereka terhadap hukum Taurat itu adalah kemunafikan di hadapan Allah dan justru mereka dihardik dan disuruh bertobat. Dan mereka tidak mau merendahkan diri untuk mengakui, “ bahwa mereka membutuhkan belas kasihan Tuhan untuk dapat diselamatkan.” Jadi, orang Yahudi menolak Injil karena kesombongannya. Dan sebenarnya kita semua akan menolak Injil kalau kita hari ini bisa percaya itu karena Tuhan yang mencelikkan mata kita dan memampukan kita untuk percaya.

APLIKASI

Kebenaran ini membuat kita humble (rendah hati) karena kita sadar bahwa kita diselamatkan bukan karena Tuhan melihat kebaikan dalam diri kita yang layak diselamatkan tetapi karena kasih karunia Tuhan. Jonathan Edward berkata “Kita tidak berkontribusi apapun dalam karya Keselamatan kecuali dosa yang membuat kita

Perlu untuk diselamatkan” . 

Kebenaran ini juga membuat kita menghidupi anugerah Tuhan (Worship). 

Kolose 3:12-13
Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Semua yang kita miliki dalam hidup ini adalah titipan Tuhan. Dan kesempatan yang diberikan Tuhan adalah kesempatan bagi kita untuk memuliakan Tuhan melalui semua aspek dalam hidup kita.

Kebenaran ini juga membuat kita memiliki Pengharapan Di Dalam Injil (Hope In The Gospel). Kalau kita bisa memberikan hadiah yang terbesar untuk orang-orang yang kita kasihi maka doakan mereka supaya mereka menerima keselamatan.

Kisah 16:14
Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.

Kalau hari ini kita punya kesempatan untuk memberitakan Injil maka beritakanlah itu. Apakah orang itu akan meresponi atau tidak maka biarlah Tuhan sendiri yang membuka hati orang tersebut. Biarlah melalui Roma 9 ini akan menjadi kekuatan bagi kita bahwa rencana Tuhan tidak pernah gagal. Dia yang menyelamatkan maka Dia juga yang akan menopang, mendampingi dan memastikan bahwa rencana Tuhan dalam hidup kita tidak akan pernah gagal. Kalau saat ini ada yang sedang mengalami penderitaan maka Tuhan sedang menyatakan rencanaNya yang besar yaitu menjadi serupa dengan Kristus.