Jalan Menuju Pengampunan

THE ROAD TO THE CROSS Week 1 "Jalan Menuju Pengampunan" 

Ps. Michael Chrisdion

 

Pembacaan        :  Roma 5:1-10

 

Berbagai sistem psikoterapi memiliki beberapa masalah yang dianggap sebagai akar masalah yang dimiliki manusia dan mereka coba atasi. Ada kata-kata berbeda untuk akar dari masalah psikoterapi yaitu rasa rendah diri, harga diri yang hancur, citra diri buruk, perasaan gagal, dan seterusnya.

Semua kata yang berbeda pada dasarnya membicarakan hal yang sama yaitu rasa bersalah. Seratus tahun yang lalu merasa bersalah adalah hal yang baik karena itu menunjukkan bahwa kita adalah orang yang beradab. Namun saat ini budaya kita mengatakan bahwa orang yang merasa bersalah adalah orang yang tidak dewasa dan mengalami masalah mental. Sebab itu saat ini  yang populer adalah self love atau self acceptance sebagai cara untuk mengatasi rasa bersalah. Bahkan banyak dari  kita tidak mau mengakui adanya rasa bersalah namun kita tanpa sengaja atau tanpa kita sadari menggunakan rasa bersalah juga untuk memanipulasi orang lain dan juga digunakan pada diri kita. Kita tidak ingin melihat ke dalam begitu banyak masalah dalam hidup kita yang disebabkan rasa bersalah.

Jika kita menganggap banyaknya masalah hidup kita seperti batu, jika  kita membuka batu-batu itu untuk melihat apa yang sebenarnya ada di bawahnya, kita akan menemukan cacing rasa bersalah di bawah batu-batu itu. Saat kita tidak bisa menerima kritik karena  mungkin di kritik itu ada bumbu-bumbunya, tetapi kalau kita mau jujur mengapa kita sangat tidak suka dengan kritik yaitu karena di balik kritik itu sebenarnya ada suara kalau orangorang itu tahu asli kita atau betapa jahatnya hati kita maka ada perasaan bersalah di sana. Apa yang kita lakukan tentang hal itu? Bagaimana kita memiliki kehidupan yang bebas rasa bersalah? Injil memiliki sumber daya untuk mengatasi rasa bersalah yang tidak ada bandingannya.

          1. APAKAH RASA BERSALAH ITU?

Perspektif dunia mengajarkan bahwa perasaan bersalah bukan sesuatu yang objektif namun
sifatnya subjektif dan hanya psikologis (perasaan kita saja). Kita diajari bahwa rasa bersalah adalah suatu perasaan, titik. Rasa bersalah bersifat psikologis, sepenuhnya psikologis. Itu tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, kita telah diberitahu bahwa ini sepenuhnya subjektif, tetapi apakah itu benar? Apakah masuk akal? Apakah teori tersebut berlaku? Apakah masuk akal bahwa kesalahan kita sepenuhnya merupakan suatu masalah ? Ini adalah ide-ide yang tumpang tindih. 

Beberapa orang berkata, “ya, rasa bersalah kita berasal dari standar keluarga yang tidak dapat anda capai.” Yang lain berkata, “tidak, hal ini berasal dari standar yang ditetapkan masyarakat terhadap anda, namun anda tidak dapat mencapainya.” Di satu sisi, hal-hal ini bukanlah hal-hal yang saling eksklusif. Semuanya tumpang tindih.

Orang lain akan berkata, “rasa bersalah datang dari ketidakmampuan anda menyesuaikan ekspektasi dan pilihan anda dengan kenyataan. Jadi masalahnya adalah rasa bersalah selalu merupakan ketidaksesuaian. Kita salah beradaptasi. Kita harus menyesuaikan ekspektasi anda dan anda harus menyesuaikan pilihan dan standar anda dengan kenyataan. Dari situlah rasa bersalah muncul. Itu semua hanyalah perasaan. Itu semua subjektif. Jika anda mampu menangani keluarga dan masyarakat dan melakukan penyesuaian, hal ini akan hilang.” Apakah itu masuk akal? Apakah itu benar-benar yang terjadi? Apakah kita menganggap hal itu benar?

Solusi dunia yaitu jangan beragama (sorga dan neraka tidak ada), ciptakan realitamu sendiri, ciptakan kebenaranmu dan hidupilah kebebasanmu sendiri.Tetapi faktanya orang yang tidak beragama dan menciptakan realita serta kebebasan mereka sendiri tetap terjebak dan hidup dalam perasaan bersalah. 

Orang-orang yang tidak percaya pada dosa. Tentu saja mereka tidak percaya surga dan neraka. Mereka bahkan tidak percaya pada Tuhan. Mereka hidup dalam kebebasan mereka, menciptakan realitas mereka sendiri, namun mereka bangun setiap pagi dengan perasaan bersalah dan rasa malu. Seakan-akan mereka memiliki suara di di dalam batin mereka “kamu gagal”. Ada suara dalam diri mereka yang menyebut “ kamu  pengecut, menyebut kamu bodoh, menyebut kamu pendosa, membuat kamu bobrok, kamu jahat “ dan suara-suara itu membuat hati mereka merasa bersalah.

Perasaan Bersalah Atau Rasa Kebersalahan Kita Bukanlah Sekadar Perasaan Belaka.

Perasaan bersalah dan rasa malu ini dapat ditelusuri awalnya terjadi pada saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. (Kejadian 3: 7&10)

Kej 3:7 & 10
7Maka terbukalah mata mereka berdua dan Mereka Tahu, Bahwa Mereka Telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat...  
Ia (Adam) menjawab: ”Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, Aku Menjadi Takut, Karena Aku Telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

Emil Brunner Swiss Theologian mengatakan “ Rasa bersalah berarti kesalahan (dosa) kita di masa lalu (past), yang tidak pernah bisa diperbaiki, selalu menjadi suatu elemen dalam situasi kita dalam hidup kita di masa kini (present).”

Rasa bersalah adalah perasaan bahwa masa lalu kita menghantui hidup kita yang sekarang, bahwa kita tidak dapat menyingkirkan masa lalu kita. Kita tidak akan pernah bisa mengubahnya. Itulah yang dimaksud dengan rasa bersalah, kesadaran bahwa kita tidak dapat memperbaikinya. Kita bisa mencoba untuk membuangnya. Kita bisa mencoba untuk mengatakan bahwa itu semua subjektif dan tidak objektif sama sekali, dan kita pikir dengan menggunakan psikologi kita bisa berhasil untuk sementara waktu. Namun dosa-dosa kita, seperti Arnold, selalu berkata, “saya akan kembali,” dan dosa-dosa itu selalu muncul kembali karena rasa bersalah adalah perasaan bahwa dosa kita lebih dari sekadar perasaan.

Perasaan Bersalah (Guilt) Adalah Kesadaran Akan Tanggung Jawab Moral Objektif. 

Saat kita gagal dalam moral muncul suatu perasaan bersalah, karena kita memang bersalah. Contoh: reaksi Petrus setelah menyangkal Yesus 3 kali. Karena begitu merasa bersalahnya maka dia kembali menjadi nelayan dan dia tidak mau menjadi murid Yesus, karena apa? Karena merasa bersalah.

Mat 26:74-75
74Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ”Aku tidak kenal orang itu.” Dan pada saat itu berkokoklah ayam. 75Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: ”Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” LALU IA pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Saat kita gagal dalam moral muncul suatu perasaan bersalah, karena kita memang bersalah
(we are guilty). Dalam kesadaran kita akan dosa, seakan ada hutang yang harus dibayar, Alkitab menyebutnya sebagai hutang dosa.

Seakan harus ada restitusi sehingga manusia melakukan perbuatan baik atau melakukan amal. Atau kalau hal ini terlalu menyiksa maka reaksi ekstrem kepada pendulum yang berlawanan yaitu kita mengabaikannya. Kita menggunakan psikologi untuk membuatnya seakan-akan menjadi subjektif yaitu hanya perasaan saja, namun problem yang sebenarnya tidak terselesaikan. Padahal kebenarannya, Alkitab mengatakan bahwa perasaan bersalah kita bukan hanya perasaan atau hal yang psikologis  dan bersifat subjektif, namun sebenarnya bersifat objektif.

Lukas 12:59 TB

Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

             2. BAGAIMANA TUHAN MENANGANI RASA BERSALAH KITA ?

Di penciptaan Tuhan bisa berkata “ Jadilah terang” , “Jadilah kehidupan”, “Jadilah langit”,” Jadilah laut dan Samudra”. Namun untuk pengampunan maka Tuhan tidak bisa berkata “ terjadilah pengampunan” atau “ Hilanglah rasa bersalah.” Karena Tuhan bukan hanya adil namun maha adil. Maka rasa bersalah akibat dosa harus ditangani. Hutang yang terjadi akibat dosa, tidak bisa dibiarkan begitu saja, harus ada yang membayar atau menanggungnya, karena jika tidak, hal itu melanggar keadilan Tuhan yang sempurna. 

6Karena waktu kita masih lemah, Kristus Telah Mati Untuk Kita Orang-Orang Durhaka Pada Waktu Yang Ditentukan Oleh Allah. ...

Bagaimana cara Tuhan menangani rasa bersalah kita yaitu dengan substitusi diri. Inilah inti dari pesan dari kabar baik Injil adalah: The Self Substitution Of God. John Stott mengatakan “ Esensi dosa adalah manusia menggantikan Tuhan dengan dirinya, sedangkan hakikat keselamatan adalah Tuhan menggantikan manusia dengan diri-Nya.” (- John Stott The Cross of Christ, pg. 160)

Jika kita menjalani kehidupan tanpa menghiraukan Tuhan, kita sedang mengambil tempat Tuhan dan sebenarnya menjadi Tuhan bagi diri kita sendiri. John Stott mengatakan “ Manusia menentang Tuhan dengan menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya milik Tuhan. Tuhan mengorbankan diri-Nya demi manusia dan menempatkan diri-Nya di tempat yang selayaknya milik manusia. Manusia mengklaim hak perogatif yang seharusnya dimiliki Tuhan saja. Tuhan menerima hukuman yang seharusnya dijalani oleh manusia.” – (John Stott The Cross of Christ, pg. 160)

7Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati –. 8Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus Telah Mati Untuk Kita, Ketika Kita Masih Berdosa.

Di dalam Kristus, karena kasih-Nya, Tuhan datang dan mengambil apa yang pantas kita terima. Hukum tanggung jawab moral masih berlaku, dan diberlakukan kepada Anak tunggal-Nya, Yesus Kristus. Dengan kasih dan kerelaan maka Yesus yang menderita bagi kita dan membayar hutang kita.

              3. BAGAIMANA KITA DISEMBUHKAN DARI RASA BERSALAH ?

Apa yang harus kita lakukan untuk menerapkan apa yang telah Tuhan lakukan di dalam hati kita sehingga kita disembuhkan dari rasa bersalah dan kita menjalani kehidupan yang bebas dari rasa bersalah? Percaya atau tidak kita semua memiliki masalah dalam menerapkan hal ini dalam kehidupan kita. Banyak orang Kristen ketakutan setengah mati. Mengapa? Masih ada rasa bersalah di sana.Masih sering menghukum diri sendiri. Mengapa? Masih ada rasa bersalah di sana. Kita masih didorong oleh pekerjaan kita. Mengapa? Masih ada rasa bersalah di sana. Banyak dari kita belum tidak tau caranya sembuh dari rasa bersalah. Bagaimana kita menyembuhkan diri kita sendiri dari rasa bersalah? Ada dua cara. Keduanya penting dan bersatu yaitu semakin kita memahami betapa besarnya dosa kita, semakin kita bisa dipulihkan dari rasa bersalah (Guilt). 

Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dikatakan oleh dunia populer. “Cara Anda mengatasi rasa bersalah Anda adalah dengan meminimalkan dosa. Cara Anda mengatasi rasa bersalah Anda adalah dengan berhenti memikirkan dosa Anda. Pengajar Hypergrace berkata.” Anda bukan orang berdosa. Kamu tidak terlalu buruk.” Namun kekristenan mengatakan yang sebaliknya. Semakin kita memahami betapa besarnya dosa kita, semakin kita bisa dipulihkan dari rasa bersalah (Guilt).

8Akan tetapi Allah Menunjukkan Kasih-Nya Kepada Kita (God Demonstrate His Love For Us), oleh karena Kristus telah mati untuk kita, Ketika Kita Masih Berdosa.

Kasih Allah dapat ditunjukkan, dilihat dan terdemonstrasi saat kita sadar bahwa kita orang berdosa. 

Jadi, sebelum kita melihat bahwa kita adalah orang berdosa, kasih Kristus tidak akan dapat kita lihat dan hargai. Semakin kita memahami betapa besarnya dosa kita, semakin kita bisa dipulihkan dari rasa bersalah (Guilt). Semakin besar kita melihat sifat dosa kita, semakin kita bertransformasi. Ketika kita benar-benar memegang salib, yang membuat kasih Tuhan semakin berarti bagi kita, semakin kita ditransformasikan oleh kasih Tuhan itu,  Jadi semakin dalam pemahaman kita akan dosa kita sendiri, kasih Allah bagi kita semakin dapat kita terima.

Jika ada yang mengatakan, “Saya percaya Yesus mati untuk saya,” namun hal itu tidak mengubah hidup kita atau membalikkan keadaan kita. Itu bukanlah sesuatu yang membuat kita menangis saat memikirkannya. Itu bukanlah sesuatu yang menggetarkan dan menggemparkan kita serta membuat kita merasa lega dan berani pada saat yang bersamaan. Apa kita tahu kenapa? Karena kita tidak benar-benar tahu bahwa kita adalah orang berdosa. Apa yang membuat kasih Allah nyata adalah Ia mati ketika kita masih berdosa. Sejauh kita mengetahuinya, sejauh itu, kita melihatnya. baru kita bisa terpesona. Contoh : Perempuan berdosa yang mengurapi Yesus. Simon hanya suka sama Yesus karena Yesus berguna. Perempuan berdosa itu mengasihi Yesus karena menerima kasih Yesus yang besar yang mengasihi dia meskipun dia orang berdosa. (Baca: Lukas 7:36-50) Jangan salah solusi! Justru jangan melupakan dan mengabaikan dosa. Namun akui dan sadari bahwa kita orang berdosa. Di situ kita semakin menghargai kasih Kristus.

Seorang reporter keagamaan dari BBC beberapa tahun yang lalu bernama Gerald Priestland yang pernah melakukan serangkaian program tentang agama, dan di salah satu acara tersebut dia memberikan kesaksian tentang bagaimana dia dibesarkan sebagai seorang Kristen namun selalu menjadi orang yang diliputi rasa bersalah. Cara dia melepaskan diri dari rasa bersalah adalah dengan menyingkirkan agama Kristen. Dalam kesaksiannya, dia berkata, “Saya sering melihat Yesus di kayu salib, dan itu adalah pemandangan yang mengerikan karena saya hanya diberitahu, 'Lihat betapa berdosanya Anda sehingga Anda membuat hal itu terjadi.'” Suatu hari, katanya, di sofa terapis dia menyadari satu-satunya cara agar dia bisa merasa percaya diri dan berani adalah dengan menyingkirkan gagasan bahwa dia adalah orang berdosa, menyingkirkan gagasan tentang salib, dan menyingkirkan gagasan keseluruhan agama Kristen. Begitulah cara dia menjadi pria luar biasa seperti sekarang ini. Sungguh suatu kesalahpahaman!

Bayangkan Anda akan kehilangan rumah karena tidak mampu membayar lagi.. Anda berhutang begitu banyak, Itu semua karena salah urus keuangan dan kebodohan, kesalahan bodoh, namun apa yang terjadi pada menit terakhir, seorang teman Anda datang dengan cek sejumlah jumlah yang Anda butuhkan, menaruhnya di atas meja, dan berkata, “Ini. Ini hadiahku untukmu. Hanya ini yang Anda butuhkan. Anda akan diselamatkan.” Apa yang akan kamu lakukan? Apakah Anda melihat cek itu dan berkata, “Ya ampun, cek itu sungguh pemandangan yang buruk. Apa kamu tahu kenapa? Lihat angka di cek itu, 5 miliar. Itu hanya mengingatkan saya betapa buruknya saya sehingga saya membutuhkan ini. Itu mengingatkanku pada kebodohanku, dan mengingatkanku pada kebodohanku. Itu mengingatkan saya betapa besarnya hutang saya. Aku hanya benci melihatnya. Melihat ceknya saja sudah membuatku merasa tidak enak”? Apakah itu masuk akal? Itulah yang dikatakan Gerald Priestland. Itulah yang mereka katakan ketika mereka berkata, “Mengapa harus melihat salib? Sungguh pemandangan yang buruk. Itu membuatku merasa seperti orang berdosa.” Tidak, dengarkan aku. Angka 5 Miliar tentu saja sudah menghantui Anda. Ini menunjukkan betapa brengseknya Anda. Ini menunjukkan betapa bodohnya Anda. Angka tersebut selama ini menghantui Anda, namun dalam satu tindakan pengorbanan cinta, Anda kini berjaya pada angka tersebut. Angka tersebut menunjukkan betapa teman Anda mencintai Anda saat ini. Nomor yang sama telah diubah. Itu telah berbalik. Angka yang sama yang menghantuimu kini membuktikan betapa dia mencintaimu, dan kamu bangga dengan ceknya. Semakin besar angka yang berasal dari hutangmu, semakin besar kemuliaan pengorbanan cinta Sahabatmu.

Teruslah memandang dan merenungkan dengan sungguh kepada perbuatan-Nya yang luar biasa bagi kita di kayu salib. Dimana kita dibenarkan oleh darah Yesus dan diselamatkan dari murka Allah. 

9Lebih-lebih, karena kita Sekarang Telah Dibenarkan Oleh Darah-Nya, kita pasti akan Diselamatkan Dari Murka Allah.

Ada dua kata di sini yaitu dibenarkan oleh darah Yesus dan karena itu kita diselamatkan dari murka Allah. Ini sekali lagi berbicara tentang substitusi diri. mengapa kita harus terus memandang dan merenungkan dengan sungguh perbuatan substitusi Yesus yang luarbiasa di kayu salib? Di salib,  Yesus bertukar tempat dengan kita. Hukuman kita ditukar dengan pengampunan-Nya. Dosa kita ditukar dengan kebenaran-Nya. Murka Allah atas kita ditukar dengan perkenanan Allah atasnya. Kematian maut ditukar dengan hidup yang kekal. Karena itu kita menerima status baru dimana Martin Luther menyebutnya “Simul Justus Et Peccator”(Orang Benar sekaligus Orang Berdosa). Status kita orang benar di dalam Yesus Kristus (karena karya-Nya di salib) meskipun kita masih bisa berdosa. (Ay. 10)

10Sebab jikalau kita, Ketika Masih Seteru, Diperdamaikan Dengan Allah Oleh Kematian Anak-Nya, lebih-lebih Kita, Yang Sekarang Telah Diperdamaikan, Pasti Akan Diselamatkan Oleh Hidup-Nya!

Dulu kita masih seteru namun melalui kematian Kristus kita diperdamaikan. Apakah kasih-Nya akan berubah sekarang?Apakah kasih-Nya berkurang sekarang? Saat kita sudah percaya Kristus

bahkan saat kita naik dan turun dalam perjalanan iman kita, apakah kasihnya berubah? Dulu kita diselamatkan masih daalm keadaan rusak dan bobrok dan musuh Allah masa sekarang kita sebagai anak-Nya maka kasih-Nya berkurang? Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengurangi atau menambahi kasih Tuhan kepada kita. Kasih-Nya bagi kita sempurna dan utuh.

Pertanyaan Reflektif

  • Apakah kita masih sering dihantui perasaan bersalah?
  • Bagaimana kita menangani perasaan bersalah? Apakah dengan mengabaikannya? Ataukah kita berupaya melupakannya dan menutupinya dengan performa kita?
  • Sebererapa sering kita meminimalisasikan dosa kita? Berpikir bahwa diri kita “lumayan” baik? 
  • Siapa yang kita pandang untuk mengurangi rasa bersalah kita? Diri kita / usaha kita? Atau salib kristus?

Gospel Response

  • Mari bertobat dari merasa diri “lumayan” baik. Bertobat dari upaya mengurangi rasa bersalah kita dengan usaha sendiri atau dengan meminimalisasikan dosa, 
  • Akui dosamu, sadari bahwa kita orang berdosa yang menerima anugerah kasih Allah melalui Kristus. teruslah memandang dan merenungkan dengan sungguh kepada perbuatan-Nya yang luar biasa bagi kita di kayu Salib.

Karena Injil

  • Kita menangani rasa bersalah bukan dengan mengabaikan atau melupakannya namun dengan suatu pertobatan yang sungguh dengan datang kepada Tuhan.
  • Kita tidak menangani dosa dengan usaha sendiri, namun dengan terus memandang dan merenungkan Perbuatan Kristus yang sempurna di Kayu Salib.
  • Kita tidak merasa diri baik dan tidak malu mengaku dosa karena kita orang berdosa yang dikasihi dan dibenarkan Allah di dalam Kristus.