Jalan Menuju Sukacita Ketekunan

 THE ROAD TO THE CROSS Week 2 "Jalan Menuju Sukacita Ketekunan"

Pdt. Yakub Tri Handoko

Pembacaan        :  Roma 5:1-11

Tema kita berbicara tentang  penderitaan,tetapi kita mulai dengan sesuatu yang menyenangkan lebih dulu yaitu hal-hal baik apa yang terjadi pada kita setelah kita diselamatkan dalam Kristus dengan kata lain hal-hal baik apa yang berubah setelah kita menjadi Kristen? Mungkin orang akan menjawab  saya semakin kaya, semakin sukses, semakin sehat atau semakin ini dan itu. Dan kalau jawaban kita semacam itu maka jangan heran kalau nanti berujung pada kekecewaan. Atau dengan kata lain yaitu jika kita merasa harapan kita kepada Tuhan kandas di tengah jalan itu berarti harapan kita dari awal memang sudah salah jalan.

Berapa banyak orang Kristen yang mengikut Tuhan dengan harapan-harapan yang memang salah sama seperti ketika kita memasuki pernikahan. Kadang kala ada orang yang punya pandangan yang salah dan harapan yang salah di dalam pernikahan, misalnya begini jiwa saya belum utuh saya butuh penerimaan butuh pengakuan. Ada banyak hal yang kita miliki sebelum memasuki pernikahan sebelum jadi Kristen, sebelum bekerja kita semua punya gambaran kalau nanti kita masuk harapannya begini tapi ternyata kita kecewa di tengah jalan Kenapa? Karena dari awal memang sudah salah jalan.  Mungkin kita pernah mendengar orang Kristen kecewa pada Tuhan karena merasa sudah jadi Kristen lama tetapi tidak kaya-kaya dan penyakitnya tambah parah. Kalau kita ikut Tuhan dan harapan kita kandas di tengah jalan berarti mungkin harapan kita dari awal memang sudah salah jalan dan perlu diluruskan. Melalui Roma 5: 1 – 11 ini kita akan belajar bagaimana Tuhan memastikan harapan kita tidak mungkin keliru. 

Bagian ini dimulai dengan salah satu kata penghubung yang baik yaitu kata “ sebab itu” Ini berarti sebelumnya Paulus itu sudah bicara sesuatu dan sekarang sedang pindah transisi  dan mengatakan “ sebab itu kita yang dibenarkan karena iman kita hidup oleh iman. Dengan kata lain sebetulnya Paulus mulai pasal yang kelima ini nanti sebetulnya sampai pasal yang ke-delapan dia menerangkan bagaimana kehidupan orang-orang berdosa yang sudah dibenarkan oleh Allah melalui iman.  Dan kita akan belajar sedikit tentang surat Roma supaya kita lebih bisa memahami maksudnya.  Surat Roma itu temanya ada di pasal 1 ayat 16 dan 17 yaitu  bahwa orang dibenarkan karena iman. Tetapi bagaimana Paulus menjelaskan ini?  Paulus pertama memulai dengan  menerangkan bagaimana kehidupan orang-orang berdosa (1:18-3:20) yang sudah dibenarkan melalui iman dalam Kristus (3:21-4:25).Roma 1: 18  bunyinya adalah sebab murka Allah nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia jadi murka Allah dari surga itu nyata atas semua manusia dan di pasal 3 ayat 20 tema itu diulang lagi bahwa semua orang berada di bawah murka Allah

Jadi pasal 1 ayat 18 sampai pasal 3 ayat 20 temanya sama awal dan akhirnya sama yang intinya memberitahu bahwa orang-orang yang bukan Yahudi berdosa pasal 1 ayat 18 sampai selesai orang-orang Yahudi yang punya Taurat juga berdosa. Tidak ada orang yang bisa selamat karena berbuat bai. Lalu solusinya mulai pasal 3 ayat 21 sampai pasal 4 ayat 25 dimana Paulus menerangkan jalannya yaitu  kalau kamu tidak bisa diselamatkan karena perbuatan baik bukan berarti kamu tidak bisa diselamatkan, karena Allah membuka jalan yaitu pembenaran melalui Iman ketika kita mengakui kita orang berdosa dan beriman kepada Yesus yang mati di kayu salib untuk kita. Maka kita dibenarkan melalui Iman. Sekarang mulai pasal 5 sampai pasal 8 Paulus berkata bahwa kalau kita yang sudah dibenarkan oleh iman maka harus ada sesuatu yang nyata dalam hidup kita. Ketika kita menjadi Kristen maka ada perubahan yang ajaib. Perubahan ajaib apa yang  terjadi?

Kalau kita membaca ayat  ayat 1 dan 2 dikatakan;

“sebab itu kita yang dibenarkan karena iman kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus oleh dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah”

Allah menjanjikan tiga hal dari hasil keselamatan yaitu damai sejahtera dengan Allah, jalan masuk kepada kasih karunia dan pengharapan kemuliaan kekal. Paulus tidak pernah berkata sebab itu kita yang sudah dibenarkan oleh iman kita akan menikmati kekayaan dari Tuhan atau hidup kita akan terus naik dan tidak akan turun. Memang Allah akan selalu memelihara kita tetapi tidak menjanjikan kekayaan dan seterusnya. Jadi teologi kemakmuran bukan hanya salah tetapi juga mengumbar janji yang rendah. Teologi kemakmuran itu salah karena Tuhan tidak pernah berjanji yang ikut Dia akan menjadi kaya raya karena tidak ada. Yesus saja untuk membayar bea bait Allah meminta kepada muridnya untuk mancing ikan dan nanti ikan pertama yang terpancing dibuka mulutnya maka di situ ada uang ada koin Bagaimana kita bisa berpikir kalau ikut Tuhan hidupnya kaya raya? Paulus, kurang apa dia untuk Tuhan namuni hidupnya menderita. Bahkan di 2 Korintus 11 itu Paulus menceritakan penderitaan-penderitaannya dia. 

Dan melalui penderitaan Paulus ini mengingatkan bahwa penderitaan kita tidak ada bandingannya dengan Paulus dan penderitaan Paulus tidak ada bandingannya dengan penderitaan Kristus. Sehingga dengan demikian kita bisa bersukacita dan  tidak terlalu mengasihani diri sendiri. Paulus menderita lebih banyak dan Kristus menderita paling banyak sehingga teologi kemakmuran bukan cuma salah tapi memberi janji yang rendah. Tuhan memberi kepada kita janji yang teguh dan mulia yaitu damai sejahtera, kasih karunia dan pengharapan kekal.  Dan di antara tiga hal ini Paulus fokus pada yang ketiga yaitu pada pengharapan kekal. Itulah yang kita bahas di ayat-ayat selanjutnya.

Bicara tentang pengharapan yang ada di ujung jalan sana maka mungkin kita kadang kala fokusnya bukan pada yang ujung sana tapi fokusnya pada yang sekarang ini yang kita jalani. 

Kita takut menghadapi masa depan  dan bertanya-tanya apakah kita mampu mengikut Tuhan. Sampai pada akhirnya ada pengharapan tetapi ada halangan dan halangan atau ujian terhadap pengharapan itu penderitaan. Makanya di ayat 3A dikatakan “ dan bukan hanya itu saja kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita. “  Di ayat 2A “ di dalam kasih karunia kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah”. Dikatakan kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kalau dalam bahasa Yunani kesengsaraannya bentuknya jamak yaitu “dalam kesengsaraan kesengsaraan kita”.  Paulus menambahkan bukan hanya itu saja kita malah juga bermegah dalam kesengsaraan. Perhatikan kata “ bermegah dalam kesengsaraan kesengsaraan”. Ini maksudnya bahwa kita ini dipanggil bukan untuk menghindari kesenangan. Kalau menghindari kesenangan itu gaya hidup askeptisisme. Bukan dipanggil untuk menikmati kesengsaraan itu gaya hidupnya masokism. Juga tidak atau mencari persoalan itu gaya hidup yang sembrono. 

 

Kita tidak dipanggil untuk menghindari kesenangan, menikmati kesengsaraan atau mencari persoalan melainkan untuk merengkuh penderitaan yang tidak terelakkan. 

Kita senang dengan kata bermegah dalam kesengsaraan-kesengsaraan karena nuansanya itu positif sama seperti kita bermegah di dalam pengharapan. Ayat 2B juga memakai kata “kita juga bermegah” yaitu kata yang sama di dalam penderitaan. Mengapa kita perlu menekankan ini karena biasanya sikap kita terhadap penderitaan itu semua negatif misalnya yang paling lumayan tetapi negatif  yaitu pasrah bongkokan. Ada penderitaan  ya sudah dijalani saja karena kita tidak bisa apa-apa, tetapi tetap ini tidak Kristiani. yang Kristiani itu bukan cuma kita pasif atau merasa sudah dijalani saja, tetapi kita bermegah di dalam kesengsaraan- kesengsaraan kita. Bermegah berarti kita itu welcoming and embracing kesengsaraan-kesengsaraan kita. Karena itulah tempat yang Tuhan sediakan bagi kita sehingga pada akhirnya kita bisa bermegah. Tetapi jangan sampai kita itu suka penderitaan. Kita tidak bermegah karena kesengsaraan tetapi kita bermegah di dalam kesengsaraan. Kita tidak sedang belajar  gaya hidup asketisisme  yaitu menghindari semua kesenangan yang ada di dunia.Gaya hidup ini mulai marak luar biasa abad kelima di dalam sejarah Gereja yaitu ketika kekristenan sudah tidak menghadapi penganiayaan. Orang-orang Kristen bingung bagaimana caranya menderita karena sejak abad keempat ada kaisar yang sudah membebaskan  orang Kristen dari penganiayaan yaitu Kaisar konstantinus. Orang Kristen mulai bergumul  mulai abad keempat yaitu bagaimana cara menderita lalu mulai abad yang kelima bermunculanlah gaya hidup yang asketisisme. 

Namun kalau kita menderita,  bagaimana penderitaan tidak akan menghancurkan pengharapan kita? Kalau kita menderita terus, apakah nanti pengharapan kita bisa berantakan atau kita nanti akan berhenti di tengah jalan dan semuanya berantakan? Jawabannya adalah tidak. Di dalam Tuhan pengharapan kita adalah teguh dan ada tiga alasan mengapa pengharapan kita teguh bahkan di tengah penderitaan.

         1. KARENA ALLAH SEDANG MENGERJAKAN KEBAIKAN (AY 3-4)

 5:3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita  , karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Penderitaan adalah berkat terselubung yang melaluinya Allah sedang mengerjakan ketekunan dan karakter yang semakin menguatkan pengharapan kita. Pada waktu kita berada di bawah kesengsaraan kita menghadapi berbagai macam penderitaan sebetulnya Allah sedang mengerjakan kebaikan atau dengan kata lain di tengah situasi yang tidak baik Allah sedang mengerjakan hal-hal yang baik yaitu membuat kita menjadi tekun. Kata ketekunan di situ kata yang dipakai “hupomone” atau kalau dalam bahasa Yunani kata kerjanya hupomeno itu berasal dari dua kata Ho itu di bawah meno itu tinggal atau mone itu kediaman. Jadi tinggal di bawah seolah-olah ada benda yang berat di sini yang kita pegang. Jadi  Allah sedang melatih kita supaya kita itu tekun. Penderitaan menghasilkan ketekunan dan ketekunan menghasilkan tahan uji. Sebetulnya dalam bahasa Yunani bukan tahan uji tetapi lolos uji.  Mengapa perlu tekankan ini karena beberapa orang di dalam penderitaannya memang tidak mengeluh  tetapi karakternya tidak berubah. Kalau kita berada dalam keadaan yang buruk dan kita tidak keluar sebagai pribadi yang lebih baik maka keadaan kita benar-benar buruk. Harusnya kita dalam keadaan yang buruk kita bukan cuma bertahan tetapi kita keluar sebagai orang yang lebih baik.  Bukan cuma tahan uji tetapi lolos ujian, sehingga pada waktu kita lolos ujian pengharapan maka kita itu semakin mudah, semakin jelas dan semakin kuat karena kita terlatih menghadapi penderitaan demi penderitaan. Sebab itu saat ada dalm penderitaan maka jangan buru-buru meminta kepada Tuhan untuk mengurangi atau menghilangkan penderitaan melainkan berdoalah supaya kekuatan kita ditambahkan. Allah tidak mungkin bekerja hanya separuh jalan.

Seringkali kalau ada penderitaan maka respons kita adalah kita tidak mau menderita dan kita minta Tuhan meringankan penderitaan kita padahal Tuhan sedang mengerjakan kebaikan melalui penderitaan kita.  Kalau belum tuntas dan karakter kita belum muncul, ketekunan belum muncul masa Tuhan akan bebaskan kita dari penderitaan. Kalau Dia melakukan itu berarti Tuhan pekerjaan-Nya tidak pernah beres.  Tuhan itu ingin bekerja bukan cuma separuh jalan, Tuhan ingin melihat hasilnya yaitu kita menunjukkan ketekunan karakter yang teruji dan pada akhirnya pengharapan kita semakin kuat. Jadi jangan minta Tuhan meringankan penderitaan kita tetapi minta Tuhan menguatkan pengharapan kita. Jangan menjadi orang Kristen yang cengeng, merasa paling menderita dan terlalu mengasihani diri.

Ketika menderita jangan kita berteriak Tuhan ringankan penderitaanku,  tetapi berdoalah minta Tuhan memberikan damai sejahtera,  kasih karunia dan  pengharapan kekal. Supaya kita bukan hanya bertahan tetapi keluar sebagai pribadi yang lebih baik.  Jadi mengapa penderitaan tidak akan menghancurkan pengharapan kita yaitu pertama karena Allah sedang mengerjakan kebaikan.

          2. KARENA ALLAH TELAH MENUNJUKKAN KEBAIKAN (AY 5-8)

 5:5 Dan pengharapan   tidak mengecewakan, karena kasih  Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. 5:6 Karena waktu kita masih lemah,  Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka  pada waktu yang ditentukan  oleh Allah. 5:7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,  ketika kita masih berdosa.

Pengharapan itu tidak mengecewakan dalam bahasa yYunaninya “tidak memalukan” atau “tidak membawa aib kepada kita”  karena kasih Allah telah dimanifestasikan secara subjektif yaitu di hati kita maupun secara objektif yaitu di Golgota ketika kita masih lemah, tidak baik dan ketika kita masih berdosa. Ini adalah hal yang luarbiasa yang perlu kita pahami untuk menyadari bahwa kita ini yang lemah berdosa seterunya Allah namun kita ditebus oleh Kristus. Kristus mati pada waktu kita masih berdosa, masih lemah, masih salah dan betapa menariknya Paulus menjelaskan di ayat 7 

 5:7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati-“

Ada banyak orang berani tetapi belum tentu berani mati. Untuk orang yang berani mati itu tentu berani matinya biasanya untuk orang yang baik. Makanya kalau kita lihat film-film ada aktornya yang berani mati untuk orang lain tetapi orang lainnya itu selalu siapa? Keluarganya, orang tuanya, anaknya atau adiknya. Semua yang memiliki kedekatan dengan dia, yang baik dengan dia atau yang dia baik kepada mereka. 

Di ayat ini Tuhan ingatkan bahwa kita ini dulu tidak benar, tidak baik  dan kita ini bukan siapa-siapa tetapi Tuhan mau mati bagi kita.  Kalau kita masih belum bisa melihat betapa luarbiasanya itu mungkin selama ini kita melihat dari lensa yang keliru.  Allah itu mati untuk kita ketika kita dulu masih belum jadi siapa-siapa.  Dan kita bersyukur karena Paulus di poin yang kedua ini fokusnya bukan pada ketekunan kita tetapi pada ketekunan Allah yang mau merelakan anak-Nya mati bagi kita. 

Kepastian pengharapan tidak hanya ditentukan oleh ketekunan dan karakter kita tetapi yang terutama oleh ketekunan dan karakter Allah yang tidak pernah menyerah untuk mengasihi kita.

Kita tidak bisa bayangkan seandainya di taman Getsemani ketika Yesus berkata “ hati-Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya, lalu Dia berkata kepada Bapa-Nya “  Bapa kita batalkan saja rencana ini terlalu berat buat saya. “ Kita tidak bisa bayangkan seandainya Yesus di kayu salib ketika orang lain menghina Dia begitu rupa, Yesus dimana di Alkitab berkata “ Ya Bapa ampuni mereka mereka tidak tahu apa yang mereka berbuat”.  Kita tidak bisa bayangkan seandainya Yesus di kayu salib dan Yesus berkata begini “ ya Bapa mereka belum tahu siapa saya, izinkan saya turun sebentar memperkenalkan diri kepada mereka.” Kita tidak bisa bayangkan seandainya Yesus diolok-olok “katanya Anak Allah,  katanya mampu,  Ayo turun dan buktikan kekuasaanmu. “ Kita tidak bisa bayangkan seandainya Yesus tidak tekun menahan penderitaan menahan rasa malu apa jadinya kita.

Jadi keselamatan kita itu karena ketekunan Allah.  Kita memiliki ketekunan karena didahului oleh ketekunan Allaah.  Kita bisa terus percaya kepada Allah karena Allah telah mengasihi kita dari awal. Dan tiap kali kita merasa penderitaa kita begitu buruk dan kita tidak bisa melihat kebaikan, maka kita perlu ingat bahwa dari peristiwa yang terburuk yaitu salib Allah telah menyediakan pemberian yang terbaik yaitu keselamatan. Tiap kali kita menderita  maka pandanglah Salib Kristus itu karena di situ persoalan terbesar sudah dibereskan. Pandang kepada kubur yang kosong karena di situ ketakutan kita yang terbesar sudah dikalahkan dan sadarkah kita bahwa di dalam Kristus kita memiliki jaminan bahwa masalah dosa dan kematian kekal telah diselesaikan artinya masalah kita di dalam dunia yang sementara ini pun pasti akan ditopang oleh anugerah-Nya.

Tiap kali kita merasa sudah tidak memiliki harapan dan merasa tidak ada kebaikan yang mungkin muncul dari situasi yang paling buruk dalam hidup kita maka lihat kepada salib. Salib adalah peristiwa terburuk tetapi dari peristiwa yang terburuk Allah menghadirkan pemberian yang terbaik dan kita percaya Allah kita tidak pernah berubah. Dia selalu mengerjakan kebaikan dan telah mengerjakan kebaikan bahkan di tengah situasi yang buruk.

          3. KARENA ALLAH PASTI AKAN MENUNJUKKAN KEBAIKAN (AY 9-11)

 5:9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan  oleh darah-Nya,  kita pasti akan diselamatkan dari murka  Allah. 5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,  diperdamaikan  dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya !   5:11 Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.

Dalam kalimat lain yaitu “ yang sudah dibenarkan pasti akan diselamatkan karena Allah yang telah membenarkan dari awal memang tidak mau menjatuhkan hukuman kecuali atas Anak-Nya yang tunggal “ Maksudnya begini, kita dulu ini berdosa orang berdosa seharusnya di hukum, kita dulu memusuhi Allah musuh seharusnya dikejar dan dikalahkan dihancurkan. Tetapi dulu waktu kita itu masih musuh, masih berdosa dan masih melawan Allah, maka yang dilakukan Allah itu bukan menghukum kita. Tetapi yang dilakukan Allah adalah mencari kita. Jadi Allah itu tidak pernah lelah, tidak pernah kalah dan tidak pernah menyerah bukan untuk menghabiskan kita, tetapi untuk mendapatkan kita bagi diri-Nya.  Kalau dulu Allah merelakan anak-Nya maka Dia benar-benar melakukan segalanya supaya kita bisa menjadi milik-Nya. Jadi tidak masuk akal setelah kita menjadi milik-Nya akhirnya kita dibuang. 

Jika untuk mengasihi musuh-musuhnya Allah rela mengorbankan anaknya tidak mungkin yang sekarang sudah menjadi anak-anaknya akan dijadikan musuh-musuhnya

Kalau Allah memang dari awal berniat menghukum kita maka  dari awal Allah tidak perlu bersusah payah untuk menyelamatkan kita.  Dulu kita musuh maka ada alasan yang tepat untuk menghukum kita.  Tetapi kita musuh dijadikan anak dengan cara Allah mengorbankan anak-Nya sehingga sekarang kita menjadi anak-Nya, apakah kita akan dijadikan musuhnya lagi? Tidak. Kalau dari awal Allah berniat menghukum kita maka  Dia tidak melakukan apa-apa sudah cukup untuk kita. Kita pasti akan dihukumnya.  Tetapi kita bersyukur Allah pasti tidak akan menghukum kita dan itulah pengharapan kita. Allah akan memampukan kita di dalam semua prosesnya untuk bertekun.

Jangan minta Tuhan membebaskan kita dari kesengsaraan kita atau  meringankan penderitaan kita. Tuhan belum selesai bekerja di dalam hidup kita. Kristus telah menderita bukan supaya kita tidak menderita melainkan supaya kita tidak menderita sendirian saja dan kita semakin memahami kedalaman cinta-Nya.  

Apakah kita pernah berada dalam situasi ketika kita seperti mau mati rasanya dan kita berkata rasanya Death is better than Life. Pada saat kita merasa seperti orang mau mati rasanya maka kita semakin paham sebesar itu pula rasa sakit dan rasa takut yang Tuhan ambil untuk mendapatkan kita.  Karena di taman Getsemani Dia berkata hatiku begitu sedih seperti mau mati rasanya.  Apakah kita pernah dikhianati oleh orang-orang yang dekat dengan kita pada masa-masa kita paling membutuhkan kita justru ditinggalkan oleh orang-orang itu. Kalau kita merasa sakit maka kita paham sebesar itu pula rasa sakit rasa kecewa yang Kristus ambil untuk mendapatkan kita karena di taman Getsemani ketika Dia berkata hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya berdoalah bersama Aku, tetapi murid-murid_nya tidur dan waktu Dia ditangkap semua murid-Nya melarikan diri.  Kita pernah dipermalukan di depan umum dan kita merasa sakit luar biasa mau berteriak aku tidak layak dipemalukan di depan umum seperti ini.  Rasa sakit sebesar itu pula rasa sakit yang Kristus ambil ketika Dia ditelanjangi benar-benar tidak ada sehelai benang pun di tubuh-Nya. Di atas kayu salib  Dia mengami kehancuran seksual dimana Dia dipermalukan di depan orang banyak. Ketika kita merasakan semua itu maka Kristus mau berkata engkau tidak pernah sendirian saja dan aku sedang mengajar engkau untuk memahami kedalaman cinta-Ku kepadamu. 

Dan ketekunan kita dijangkarkan pada pengharapan di dalam Kristus. Kita mungkin terseok-seok di tengah jalan tetapi kemenangan sudah tersedia di akhir perjalanan kita seperti kapal yang bisa diombang-ambingkan oleh gelombang, tetapi selama kapal itu diikatkan pada jangkar pada sauh yang kuat maka dia hanya bergoncang-goncang namuni tidak akan tenggelam dan tidak akan terlepas dan hanyut di samudera yang luas.  Begitu pula  ketekunan kita bukan didasarkan pada kita sendiri, bukan didasarkan pada usaha kita. Ketekunan kita didasarkan pada pengharapan yang pasti di dalam Kristus Yesus. Itulah sebabnya kita boleh terseok-seok namun kita tidak akan pernah kandas di tengah jalan karena Tuhan setia kepada kita. Dan nanti kitab isa merenungkan apa yang sebenarnya yang menjadi sumber sukacita kita dalam menghadapi pergumulan? Bukan karena kita masih punya dana cadangan, bukan karena kita masih punya banyak kenalan, bukan karena kita masih memiliki beberapa orang yang bisa diandalkan dan bukan karena kita memiliki kemampuan. Tetapi karena kita punya pengharapan yang kuat di dalam Kristus.  Saat kita  terseok-seok boleh berhenti namun jangan mundur dan berhenti. Tidak apa-apa berkata Tuhan aku lelah,  karena besok pagi rahmat-Nya selalu baru menyegarkan kita.

Mari kita menyerahkan pergumulan kita di hadapan Tuhan serta bersyukur untuk kesengsaraan-kesengsaraan yang kita hadapi karena Tuhan sedang mengerjakan kebaikan. Bersyukur karena kesengsaraan kesengsaraan itu tidak pernah meruntuhkan pengharapan kita dan tidak pernah merenggut sukacita keselamatan itu.