A King Shows Kindness

A King Show Kindness

Ayat Bacaan:

2 Samuel 9:1-13

Ringkasan Khotbah:

Firman Tuhan bercerita tentang raja Daud yang ingin menyatakan kasih karunia kepada keturunan dari raja sebelumnya, yaitu Saul. Di masa itu, wajar apabila raja yang baru menghabisi seluruh anggota keluarga dari raja sebelumnya. Tujuannya untuk memastikan tidak adanya ancaman, gangguan, dan kudeta terhadap kerajaannya. Namun, berbeda dengan Daud, justru dia mencari bukan untuk menghabisi tetapi mengasihi.

Kisah berlanjut saat Daud mengundang Mefiboset, cucu dari Saul ke kerajaannya. Mefiboset adalah orang yang cacat kakinya. Dia tinggal di Lodebar, daerah yang tandus dan gersang. Tidak ada kebaikan apapun yang dimiliki Mefiboset yang membuat ia layak menerima kasih karunia, tapi ia menerimanya. Harusnya dia ditawan dan dieksekusi, tetapi justru menerima kasih.

Demikian juga dengan kita. Di hadapan Allah, kita adalah manusia yang cacat bahkan mati. Tidak ada kebaikan apapun yang dapat kita usahakan untuk melayakan kita di hadapan Allah. Sama seperti Mefiboset, kita harusnya ditawan dan dieksekusi karena dosa-dosa kita, tetapi justru kita mendapatkan kasih karunia.

Pertanyaan Diskusi:

1. Apa yang ada di dalam pikiranmu tentang kasih karunia? Tips Respons (Ambillah waktu untuk merenungkan apa itu kasih karunia? Ajak anak untuk merenungkan bahwa kasih karunia kita dapatkan bukan karena usaha dan kebaikan kita, tetapi karena pemberian Allah)

2. Bagaimana kasih karunia mempengaruhi sikap kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari? Tips Respons (Misal dalam relasi pertemanan. Kita bisa mengasihi orang lain, bahkan pada orang yang menyebalkan. Karena di hadapan Allah, kita menyebalkan tetapi dikasihi oleh-Nya.

Christ Connection:

Pergumulan terbesar kita adalah dosa. Kebaikan, ketaatan, dan usaha apapun tidak dapat menyelamatkan kita. Namun, Yesus memberikan diri-Nya, menyatakan kasih karunia kepada kita. Kita yang tidak layak, dilayakkan karena kasih karunia. Pergumulan terbesar telah Yesus tanggungkan, agar kasih karunia terbesar dapat kita rasakan. Kita adalah anak-anak Allah, di mana kita hanya perlu menikmati, bukan mengusahakan (Ef. 2:8-9).