Pembacaan : Mazmur 20
Bacaan Alkitab Setahun :
Yehezkiel 10 - 13
Kita menggunakan kata harapan dengan berbagai cara. Kadang-kadang konotasinya adalah menginginkan sesuatu yang kita tidak bisa kendalikan sama sekali. Kita berkata, “Saya harap kereta segera datang,” atau, “Saya harap tidak hujan pada waktu piknik.” Ada harapan akan sesuatu, tetapi kita tidak mendapatkannya. Kata harapan juga menggambarkan apa yang kita pikir akan terjadi. Kita berkata, “Saya harap dia akan memilih untuk jujur kali ini,” atau, “Saya harap hakim menjatuhkan vonis bersalah.” Di sini harapan menyingkapkan sebuah perasaan moralitas atau keadilan dalam diri. Kita juga menggunakan harapan dalam nuansa motivasional. Kita berkata, “Saya melakukan ini dengan harapan akan membuahkan hasil pada akhirnya,” atau, “Saya menikah dengan harapan dia akan memperlakukan saya seperti dia memperlakukan saya waktu pacaran.” Semua ini untuk mengatakan bahwa karena kata harapan digunakan dalam berbagai cara, penting bagi kita untuk memahami bagaimana kata ini digunakan dalam Kitab Suci atau dalam pengertian Injil.
Harapan yang Alkitabiah lebih daripada sekadar berharap akan sesuatu. Harapan yang Alkitabiah lebih dalam dari harapan moral, meskipun itu termasuk di dalamnya. Harapan yang Alkitabiah lebih dari sekadar motivasi untuk suatu pilihan atau tindakan, meskipun memang demikian. Jadi apakah harapan yang Alkitabiah itu? Harapan yang Alkitabiah adalah ekspektasiyang pasti dari sebuah hasil yang pasti akan mengubah cara hidup Anda. Mari kita “bedah” definisi ini.
Pertama, harapan Alkitabiah adalah keyakinan. Ini karena harapan ini tidak didasarkan pada hikmat, kesetiaan, atau kekuatan Anda, tetapi pada kekuatan, kasih, kesetiaan, anugerah, kesabaran, dan hikmat Tuhan yang luar biasa. Karena Tuhan adalah siapa Dia dan Dia tidak akan pernah berubah, harapan di dalam Dia adalah harapan yang ada di tempat yang baik dan aman.
Harapan juga merupakan ekspektasiyang pasti dari sebuah hasil yang pasti. Yakin bahwa Tuhan akan melakukan semua yang telah Dia rencanakan dan janjikan untuk dilakukan. Anda lihat, kita bisa menyebut suatu janji sebagai sesuatu yang baik selama janji itu bisa ditepati oleh orang yang mengatakannya dan apakah orang itu bisa menepati janjinya atau tidak, tergantung pada kemampuannya. Karena Allah berkuasa atas segalanya, saya tahu bahwa bersandar pada janji-janji anugerah-Nya tidak akan pernah membuat saya merasa kosong dan malu. Saya mungkin tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan saya mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi saya tahu bahwa Allah mengerti dan bahwa Dia mengendalikan semuanya. Jadi meskipun saya bingung, saya bisa memiliki harapan, karena harapan saya tidak bertumpu pada pemahaman saya, tetapi pada kebaikan Allah dan pengaturan-Nya.
Terakhir, harapan sejati mengubah cara hidup Anda. Ketika Anda memiliki harapan yang dijamin, Anda hidup dengan keyakinan dan keberanian yang tidak akan Anda miliki di tempat lain. Keyakinan dan keberanian itu menyebabkan Anda membuat pilihan iman yang tampaknya bodoh bagi seseorang yang tidak memiliki harapan seperti Anda. Jika Anda adalah anak Allah, Anda tidak pernah harus hidup tanpa harapan, karena harapan telah masuk ke dalam hidup Anda oleh kasih karunia, dan nama-Nya adalah Yesus!
Harapan lebih dari sekadar berharap semuanya akan berjalan lancar. Harapan terletak di dalam Tuhan yang memegang segala sesuatu di tangan-Nya yang bijaksana dan berkuasa.