Pembacaan : Pengkhotbah 1

Bacaan Alkitab Setahun : Ulangan 8-10

 

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? (Pengkhotbah 1:2–3)

 

KESIA-SIAAN. Dalam terjemahan yang lebih tua, kitab Pengkhotbah dimulai dengan “Kesia-siaan, kesia-siaan—semuanya sia-sia.” Terjemahan modern menerjemahkan "kesia-siaan" sebagai "tidak berarti", meskipun kata yang lebih tua mungkin lebih baik. Penulisnya mengamati bahwa kita mencapai begitu sedikit dari tujuan kita, dan tujuan yang kita capai hampir tidak memuaskan seperti yang kita pikirkan. Sepertinya tidak ada keuntungan. Intinya sangat suram sehingga banyak yang bertanya, "Kenapa kitab ini dimasukkan dalam Alkitab?"

 

Jawabannya ada pada frasa di bawah matahari. Inilah yang hari ini kita sebut eksperimen pikiran. Penulis mengajak kita membayangkan mencoba hidup hanya di bawah matahari —tanpa Allah atau kekekalan di luar dunia ini. Jika hanya dunia ini yang ada, dapatkah kita menemukan makna? Eksperimen memiliki dua manfaat. Pertama, ini akan menunjukkan kepada kita bahwa, sampai tingkat tertentu, dunia ini dipisahkan dari Allah oleh dosa umat manusia, sehingga dunia ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan oleh karena itu, bahkan orang-orang beriman menghadapi banyak masalah kehidupan. “Kesia-siaan." Ini juga menunjukkan bagaimana penolakan terhadap Allah dapat membuat hidup semakin tidak berguna.

 

Apa yang Anda anggap sia-sia atau tidak berguna dalam hidup Anda? Bagaimana menambahkan Allah ke situasi itu mengubahnya?

 

Doa: Tuhan, ketika kesia-siaan hidupku mulai menguasai, aku menyadari itu karena aku hanya melihat apa yang ada “di bawah matahari” dan bukan kemuliaan kekal yang disediakan untukku (2 Korintus 4:17 ). Mampukan aku untuk mengarahkan pandanganku bukan pada apa “yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,” (2 Korintus 4:18). Amin.