Pembacaan :  Galatia 2 : 15 - 21

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Yohanes  9 - 10

 

Kehilangan orang yang dicintai, bisa membuat Anda sangat kesepian. Mengalami sakit dalam waktu lama, bisa membuat Anda merasa sendirian. Menghadapi kesulitan keuangan yang tidak dapat Anda pecahkan dapat membuat Anda merasa sangat lemah dan sendirian. Mengalami penolakan dari orang yang dicintai adalah pengalaman kesepian. Mempertahankan apa yang benar di tengah budaya yang mengolok-olok moral yang Anda junjung tinggi dapat membuat Anda merasa takut dan sendirian. Berpikir bahwa Anda tidak memiliki apa yang diperlukan untuk menghadapi apa yang tidak dapat Anda hindari dapat membuat Anda merasa tidak siap dan sendirian. Kesepian adalah pengalaman universal dari orang-orang yang hidup di dunia ini. Dosa membawa keterasingan dan pemisahan ke dalam dunia. Dosa menghancurkan persekutuan antara Allah dan manusia, dan dosa juga menghancurkan persekutuan antara manusia dan anggota keluarga, teman, dan tetangganya. Kesendirian ini bersifat spiritual, emosional, relasional, dan kultural. Hampir tidak mungkin lepas darinya.

Drama kesendirian manusia ini ditangkap dengan baik oleh Rasul Paulus, tetapi lebih dari itu. Dia juga menangkap bagaimana kasih karunia Yesus Kristus mendamaikan kita dengan Allah dan, dengan begitu, mendamaikan kita satu sama lain sehingga kita tidak akan pernah sendirian lagi:

Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya “sunat,” yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh,” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat,” karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. (Ef. 2:11-22) 

 

Biarkan kata-kata ini meresap: dari “tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” menjadi “[di]perdamaikan” ... dengan Allah” dan “dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh”. 

Apa itu gerakan kasih karunia? Kita diubahkan dari putus asa dan sendirian menjadi didamaikan oleh Allah, dan karena itu tidak pernah sendirian lagi! Jangan lupa untuk mengingatkan diri Anda lagi hari ini bahwa sebagai anak Allah Anda tidak bisa sendirian, apa pun yang Anda rasakan.

 

Jika Anda adalah anak Allah jangan pernah mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda sendirian—bagi Anda, “sendirian” adalah kemustahilan karena penebusan.