Pembacaan : Matius 18 : 23 - 33

 

Bacaan Alkitab Setahun :

2 Raja -raja 21 - 23

 

Memang benar salah satu dosa terbesar dalam hubungan kita adalah dosa lupa. Mari renungkan perumpamaan Yesus berikut:

 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (Mat. 18:23-33) 

Kita bisa menjadi sangat pelupa. Kita bisa lupa mengingat betapa besarnya kasih dan belas kasih yang telah diberikan kepada kita. Kita bisa lupa bahwa kita tidak pernah layak atau mendapatkan hal terbaik dalam hidup kita, karena semua itu diberikan oleh anugerah. Ini masalahnya: sampai sejauh mana Anda lupa akan anugerah yang telah diberikan kepada Anda, sampai sejauh itu pula Anda tidak bisa memberikan anugerah yang sama kepada orang lain. Sampai sejauh mana Anda lupa bahwa Anda diampuni, sampai sejauh itu pula Anda sulit mengampuni orang lain. Jika Anda gagal memiliki hati yang bersyukur buat kasih yang diberikan kepada Anda secara cuma-cuma, maka Anda akan sulit mengasihi sesama seperti seharusnya.

Memang benar bahwa tidak ada orang yang lebih baik dalam memberikan anugerah selain orang yang sangat percaya bahwa dia membutuhkan anugerah dan anugerah itu telah diberikan secara limpah oleh Allah yang penuh belas kasih. Dia memberikan apa yang tidak bisa kita dapatkan; jadi mengapa kita menolak memberi kepada orang lain sampai mereka memenuhi standar kita? Panggilan untuk mengampuni secepatnya menunjukkan bahwa kita butuh pengampunan. Panggilan untuk memberikan anugerah kepada orang lain menunjukkan betapa kita membutuhkan anugerah.

Panggilan untuk mengampuni di saat yang sama adalah panggilan untuk mengingat dan bersyukur. Ketika Anda ingat betapa dalam Anda telah jatuh, Anda menjadi lebih lembut kepada orang lain yang juga telah jatuh dan Anda ingin memberikan anugerah yang sama kepada mereka seperti yang Anda dapatkan. Kiranya Allah memberikan kita anugerah untuk mengingat dan kerelaan untuk memberikan kepada orang lain apa yang kita telah terima.

“Ampunilah kami akan kesalahan kami, ... seperti kami juga mengampuni ...” (Mat. 6:12). Saya harus selalu mengingat anugerah yang saya terima setiap hari dan memberikan anugerah yang sama kepada orang lain di dalam hidup saya.