KEBENARAN DAN KASIH
Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. 1 Tesalonika 2:10-12
Tidak diragukan lagi bahwa kehidupan dan pekerjaan Paulus telah mengubah dunia. Namun, apa yang menggerakkan hatinya dan membuatnya tetap teguh dalam panggilannya? Surat pertamanya kepada jemaat di Tesalonika memberi kita wawasan yang luar biasa tentang apa yang membuat Paulus bersemangat. Dia jelas berkomitmen pada kebenaran dan kasih—pada kebenaran firman Allah dan pada kasih bagi umat Allah. Keduanya berjalan berdampingan dan mendorong pelayanannya untuk maju. Paulus tahu bahwa keduanya harus seimbang, tidak bisa yang satu lebih daripada yang lain, atau akan terjadi ketidakseimbangan. Kebenaran tanpa kasih itu keras dan dapat menghasilkan pelayanan yang dimotivasi oleh keuntungan pribadi. Kasih tanpa kebenaran tidak berakar dan menghasilkan pelayanan yang menyimpang dari Injil.
Paulus tidak tertarik pada gengsi, kekayaan, atau popularitas. Dia hanya ingin melihat sesama orang percaya "hidup sesuai dengan kehendak Allah." Dia rindu melihat kedewasaan rohani.
Dalam pemikiran dan tulisan Paulus, hidup sesuai dengan kehendak Allah berarti hidup dalam kesadaran bahwa kita telah diangkat ke dalam kerajaan Allah oleh kasih karunia. Kita tidak dapat membangun kerajaan lain. Kita tidak boleh berusaha untuk membangun kerajaan kita sendiri atau gereja kita atau pelayanan kita, atau berfokus pada kesuksesan atau reputasi. Lebih dari sekadar keterikatan kepada individu atau lembaga, perhatian kita yang terbesar haruslah untuk melihat dalam kehidupan kita sendiri, dan dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita, pengabdian kepada Yesus Kristus—komitmen untuk berpegang teguh pada kebenaran-Nya dan hidup dengan kasih-Nya.
Yohanes Pembaptis mencontohkan kerendahan hati ini ketika dia menyatakan tentang Kristus, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30). Dia tahu bahwa dia hanyalah seorang hamba Allah, yang hanya menerima apa yang “dikaruniakan kepadanya dari sorga” (ayat 27) dan tidak ada yang lain. Pendamping pria di sebuah pesta pernikahan tidak menarik perhatian pada dirinya sendiri atau menginginkan pengantin wanita untuk dirinya sendiri, tetapi justru bersukacita atas sukacita pengantin pria. Dengan cara yang sama, sukacita kita haruslah dalam Kristus yang mengejar dan memenangkan pengantin wanita-Nya, gereja—entah Dia memakai kita dengan cara yang signifikan atau tidak.
Saat Anda membuat keputusan, saat Anda menanggapi kemunduran, saat Anda peduli terhadap orang lain, saat Anda melayani, apakah keinginan terbesar Anda hanyalah untuk “hidup sesuai dengan kehendak Allah”? Apakah Anda ingin menjadi orang yang memiliki kebenaran dan kasih? Biarlah dikatakan tentang Anda, sebagaimana dapat dikatakan tentang Paulus, bahwa Anda mengasihi kebenaran Allah dan bahwa Anda sungguh-sungguh mengasihi umat Allah.
Refleksi
Bacalah Efesus 4:1-6 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Kejadian 25-26 : Roma 9:1-15
Truth For Life – Alistair Beg