MEMBERIKAN PIPI YANG LAIN

Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Matius 5:38-40

 

Perkataan Yesus ini sudah tidak asing lagi, tetapi juga sangat menantang, dan kita harus berhati-hati agar tidak membuat ayat ini kehilangan kuasanya dengan menafsirkannya dengan seribu cara yang berbeda. Namun, kita juga perlu memastikan untuk memahami apa yang tidak diperintahkan di sini. Ayat-ayat ini tidak menganjurkan kepasifan apatis, meskipun beberapa orang menekankan hal itu. Jadi, bagaimana kita harus menafsirkan apa yang Yesus katakan?

 

Penting untuk membandingkan ayat Alkitab satu dengan yang lain. Pengajaran dalam ayat ini berbicara tentang hubungan antarpribadi, bukan tentang peran negara dalam perang atau pelaksanaan keadilan (Roma 13:1-7). Intinya adalah membedakan antara godaan untuk membalas dendam secara pribadi dengan tanggung jawab kita untuk menjunjung kemuliaan Allah dan aturan hukum. Yesus tidak ingin kita acuh terhadap kebenaran atau keadilan. Namun, Dia juga tidak ingin kita dikuasai oleh keinginan untuk melindungi hak kita sendiri atau mengejar balas dendam pribadi.

 

Daud memahami perbedaan ini ketika dia mengutuk orang-orang dalam mazmur-mazmur yang penuh kutukan (misalnya, Mazmur 5:11). Dia tidak berusaha untuk melakukan balas dendam pribadi. Sebaliknya, dia melihat kemuliaan dan keagungan Allah dan pemberontakan besar-besaran dalam budaya dan berkata kepada Allah, Demi kemuliaan dan kehormatan nama-Mu, tolong tangani keadaan ini.

 

Demikian pula, meskipun Paulus menulis bahwa kita tidak boleh membalas dendam (Roma 12:19), dia juga mengakui adanya pemisahan antara pembalasan dan keadilan. Di Filipi, dia dan Silas dituduh melakukan tindakan yang melanggar hukum dan diseret ke penjara. Kisah Para Rasul 16 mencatat bagaimana, ketika para hakim mencoba membebaskan mereka dengan diam-diam, "Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar." Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka” (Kisah Para Rasul 16:37-38). Mereka takut karena mereka tahu apa yang telah mereka lakukan adalah ilegal. Namun, tidak ada dendam pribadi dalam apa yang Paulus lakukan. Sebaliknya, dia menegakkan supremasi hukum. 

 

Kita akan lebih mudah melangkah jika kita bisa membedakan antara membalas dendam secara pribadi dan menyerahkan keadilan kepada hukum yang berlaku. Kita perlu rendah hati untuk percaya bahwa Tuhan akan bertindak adil dalam hubungan kita dengan orang lain, sambil tetap berani memperjuangkan kebenaran, kemuliaan nama-Nya, dan menjaga keadilan hukum. Namun, tantangannya tetap ada: tanpa mengabaikan keadilan, kita diminta untuk memberkati mereka yang telah menyakiti kita dan berbagi dengan mereka yang telah mengambil sesuatu dari kita. Bagaimana ini bisa kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari?

 

Refleksi

Bacalah Roma 12:13-21 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Kejadian 27-28Roma 9:16-33

Truth For Life – Alistair Beg