SARUNGKAN PEDANGMU

 

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" Yohanes 18:10-11

 

Penangkapan Yesus di Taman Getsemani mengungkapkan ketundukan-Nya kepada Bapa. Ketika para prajurit datang menjemput-Nya, Yesus telah memutuskan untuk meminum cawan penderitaan—kematian-Nya di kayu salib—supaya menjadi cawan keselamatan bagi kita.

 

Namun siapa di antara murid-murid yang turun tangan, seolah-olah diberi isyarat? Tentu saja, Simon Petrus yang terburu nafsu. Dia menghunus pedangnya! Petrus tidak asing dengan tindakan dan kata-kata yang berapi-api. Dia telah berusaha berjalan di atas air menuju Kristus. Dia telah mencoba untuk menegur Kristus. Dia telah menawarkan diri untuk menyerahkan nyawanya demi Kristus. Namun, segera setelah membela Yesus, dia dengan takut menyangkal bahwa dia mengenal Yesus.

 

Reaksi Petrus saat melihat gurunya ditangkap dapat dimengerti, tetapi tindakannya salah. Meskipun Petrus bersedia membela Kristus, dia sebenarnya melawan Kristus. Dia melawan kehendak Allah, yang telah menetapkan bahwa Yesus akan menjadi korban penebusan dosa. Teladan Petrus memberi kita sebuah pelajaran penting; seperti yang dikatakan Calvin, “Marilah kita belajar untuk mengendalikan semangat kita. Dan karena daging membuat kita gatal untuk melakukan lebih daripada yang diperintahkan Allah, marilah kita belajar bahwa semangat kita akan menjadi buruk ketika kita berani melakukan apa pun di luar firman Allah.”

 

Mengetahui tindakan Petrus perlu diperbaiki, Yesus turun tangan dengan mengajukan pertanyaan retoris: “bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” Dia menegaskan bagian dari kehendak Allah yang baru saja Dia doakan, tindakan yang kemudian membuat Dia berseru di kayu salib, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Melalui penderitaan-Nya, kemuliaan-Nya diperbesar, dan keselamatan ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang yang percaya. Petrus tidak bisa menciptakan jalan yang lebih baik daripada jalan ini, dan dengan dengan menolak mengikuti jalan ini dia sedang melakukan kesalahan.

 

Ketika ketidaksabaran berupaya mengganggu rencana Allah, kita harus belajar menyarungkan “pedang” kita. Kita harus percaya pada rencana Allah, menunggu waktu-Nya, dan bertindak sesuai perintah-Nya. Semakin kita mengenal Kitab Suci—mengetahui gambar besar, janji-janji, dan kebenaran yang terdapat di dalamnya—semakin kita memahami rencana-Nya. Namun, akan ada saatnya ketika jalan-jalan-Nya sangat misterius bagi kita dan kita tergoda untuk mempertanyakan ke mana Dia memimpin kita. Mungkin Anda sedang melakukan hal itu saat ini.

 

Ingatlah kata-kata Kristus kepada Petrus: “Sarungkan pedangmu itu.” Percayalah pada tangan kasih Allah, taati perintah-Nya, dan ikuti petunjuk-Nya. Dia yang “memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2), dan kisah yang Dia tuliskan lebih mulia daripada yang dapat Anda bayangkan atau arahkan sendiri.

 

Refleksi

Bacalah Mazmur 23 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Imamat 15-16: Ibrani 11: 20-40

Truth For Life – Alistair Beg