MENERIMA KETERBATASAN KITA

Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat … maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Pengkhotbah 8:16-17

 

Kita semua ingin jawaban. Dalam ketidakpastian hidup yang tak berujung, dan terutama ketika keadaan terasa kacau, kita mendambakan kepastian. Kita mencari para ahli untuk mendapatkan bimbingan: ahli medis, ahli sosial, ahli politik, dan sebagainya. Namun, meskipun banyaknya para ahli adalah sesuatu yang unik untuk zaman kita, pencarian kepastian bukanlah sesuatu yang unik. Di setiap zaman, manusia telah mencari semacam rima atau alasan untuk memahami peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah dan pengalaman hidup mereka masing-masing. 

 

Kita menemukan contoh kuno dari pencarian ini dalam kitab Pengkhotbah di Perjanjian Lama. Penulisnya bercerita tentang usahanya untuk memahami "segala yang terjadi di bawah langit", membulatkan hatinya untuk "memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan" (Pengkhotbah 1:13,17). Namun pada akhirnya, dia menyimpulkan bahwa "manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari." Kebanyakan orang sampai pada kesimpulan yang sama tanpa banyak usaha—yang kita butuhkan hanyalah cukup lama menjalani hidup dan mengamati dunia di sekitar kita. Tanggapan yang bijaksana terhadap kebenaran ini adalah merendahkan hati dan hidup dengan terang firman Allah. Dengan kata lain, kita mengakui bahwa meskipun Allah tidak mengizinkan kita mengetahui semua yang kita ingin ketahui, Dia telah memberi kita semua yang kita butuhkan. Kerendahan hati yang sejati mengakui, dan bahkan menerima, keterbatasan ini.

 

Jika kita melihat kepenuhan semua apa yang dilakukan Allah dan tujuan-Nya, itu seperti menatap langsung ke matahari yang sangat terang. Terang yang seharusnya kita hidupi dinyatakan dalam Kitab Suci. Firman Tuhanlah yang menerangi jalan kita: “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh” (Mazmur 119:130). Firman mungkin tidak menerangi seluruh lingkungan kita, tetapi menerangi jalan di depan—jika kita mau berjalan dalam kepercayaan dan ketaatan.

 

Daripada sibuk memikirkan hal-hal yang tidak dapat kita ketahui, kita perlu datang kepada Alkitab dengan rendah hati, penuh harapan, dan secara rutin. Dengan begitu, kita bisa menemukan terang yang Alkitab berikan. Meskipun kita tidak akan sepenuhnya memahami kehidupan, kita bisa memahaminya dengan cukup dan karenanya kitab isa bernyanyi bersama William Cowper:

 

Pikiran Tuhan amat gaib 

dan slalu amat baik

Kalaupun pahit rasanya 

manislah akhirnya

-Dengan Cara-Mu yang Ajaib

 

 

Pandangan tentang hidup di bawah matahari ini akan membantu kita semakin percaya bahwa Allah, pada waktu dan cara-Nya sendiri, akan membawa keteraturan sempurna dari apa yang tampak seperti kekacauan. Dia akan memakai semua keadaan kita untuk menyelesaikan semua rencana-Nya bagi kekekalan.

 

 

Refleksi

Bacalah Pengkhotbah 8 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Kejadian 29-30 : Roma 10

Truth For Life – Alistair Beg