Pembacaan : Amsal 6
Bacaan Alkitab Setahun : Nehemia 13
Dapatkah orang membawa api dalam gelumbung baju dengan tidak terbakar pakaiannya? Atau dapatkah orang berjalan di atas bara, dengan tidak hangus kakinya? Demikian juga orang yang menghampiri isteri sesamanya; tiada seorangpun, yang menjamahnya, luput dari hukuman. (Amsal 6:27–29)
KEBEBASAN YANG DIBATASI. Dengan membatasi diri dalam hal-hal seperti hubungan seksual di dalam pernikahan, pola makan dan olahraga yang sehat, tidur yang teratur, kerja yang teratur, bermain yang terukur, dan berbicara yang bijak, seseorang dapat mencapai kebebasan sejati. Analogi yang digunakan dalam pernyataan tersebut adalah api di pangkuan seseorang, yang jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat menyebabkan kebakaran yang merusak. Begitu pula, kebebasan seksual yang tidak terkendali atau dilakukan di luar pernikahan dapat menyebabkan kerusakan dalam hubungan dan melanggar tatanan yang ditetapkan oleh Allah.Dalam perspektif ini, membatasi hubungan seks dengan pernikahan tidak hanya sebagai aturan yang dibuat untuk membatasi seseorang, tetapi lebih sebagai cara untuk menghormati rancangan Allah dan menjaga kehidupan yang sehat dan bermakna. Dengan mengendalikan dan membatasi diri dalam hal-hal tersebut, seseorang memperoleh penguasaan diri yang lebih baik dan pada gilirannya mencapai kebebasan yang sesunguhnya.Dietrich Bonhoeffer menulis, “Tidak ada yang dapat mempelajari rahasia kebebasan selain melalui kontrol.”
Bagaimana kita menerima kebebasan dari batas-batas yang ditetapkan Allah? Salah satu caranya dengan memahami bahwa pelayanan-Nya adalah tentang memberikan kebebasan yang sempurna. Pada saat yang sama, pemahaman kita tentang kebebasan itu diperdalam dengan melihat bagaimana Juruselamat kita, Yesus Kristus, membatasi diri-Nya sendiri untuk kita, yang merupakan sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh manusia. Dalam hal ini, Yesus membatasi diri-Nya dalam bentuk manusia untuk mengasihi kita dan akhirnya memberikan diri-Nya sebagai korban penghapus dosa. Melalui tindakan ini, Yesus menunjukkan kepada kita betapa besar kasih Allah kepada umat manusia. Dia rela membatasi diri-Nya, mengalami penderitaan, dan mati di salib untuk memberikan kita kebebasan dari dosa dan kematian. Dalam menghayati pengorbanan ini, kita diberi dorongan dan motivasi yang besar untuk hidup dalam kebebasan yang Allah berikan. Kita menyadari bahwa kebebasan sejati bukanlah tentang melakukan apa yang kita inginkan tanpa memperhatikan konsekuensinya, tetapi tentang hidup dalam relasi yang benar dengan Allah dan sesama manusia.
Pikirkan semua cara Anda menerima hilangnya kebebasan yang lebih kecil untuk mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya..
Doa: Tuhan Yesus, Engkau tidak hanya membatasi diri-Mu untukku tetapi mau menjadi budak, “mengambil sifat seorang hamba” (Filipi 2:7). Jadi, bagaimana bisa aku menganggap perintah-Mu tentang seks, uang, dan kekuasaan sebagai beban? Mampukan aku untuk dapat menghidupi Firman-Mu. Amin