ALLAH, GIDEON, DAN KEMULIAAN
Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku. … Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya." Hakim-Hakim 7:2, 7
Ada banyak orang yang jenius dalam bidang militer—seperti George Washington, Napoleon, atau Julius Caesar, yang karena kecerdasan strateginya membawa mereka memenangkan peperangan yang akhirnya memengaruhi sejarah dunia. Kisah Alkitab tentang Gideon mudah diingat karena sejumlah alasan, tetapi pertunjukan kejeniusan militer bukanlah salah satunya. Bahkan, sebagian besar kisahnya dimaksudkan untuk menyampaikan poin bahwa kemenangan Gideon tidak bergantung pada kekuatan atau strateginya.
Bayangkan adegannya: Israel menghadapi penindasan oleh orang Midian, dan Allah memanggil Gideon, dengan segala keraguannya, untuk membawa pembebasan. Musuh itu sangat besar, “seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya” (Hakim-Hakim 7:12). Gideon memanggil pasukannya yang berjumlah 32.000 orang—pasukan yang besar tetapi kekurangan personel. Tidak ada yang dapat mempersiapkan Gideon untuk apa yang Tuhan katakan selanjutnya: "Orang-orang yang menyertaimu terlalu banyak." Bahkan setelah dia mengirim 22.000 orang pulang, jumlah itu masih terlalu banyak.
Kisah itu menjadi lebih aneh ketika kita membaca metode Tuhan untuk mengurangi jumlah pasukan dari 10.000 menjadi 300 orang: siapa pun yang menggunakan tangannya untuk minum diizinkan untuk tinggal dan berperang, sementara sisanya dipulangkan. Beberapa orang telah menjelaskan ujian minum air ini sebagai cara Allah untuk mengidentifikasi jenis prajurit yang tepat untuk pertempuran, tetapi itu tidak tepat sasaran. Tuhan tidak mencari jenis orang tertentu; yang Dia cari adalah jumlah. Dia mengurangi jumlah pasukan menjadi sangat sedikit, sangat jelas tidak mampu, sehingga ketika kemenangan datang, ke-300 orang dan seluruh Israel akan tahu bahwa Allah yang melakukan ini.
Dan begitulah yang terjadi. Gideon membawa pasukannya untuk berperang, dan Allah memberikan kemenangan. Membaca kisah tersebut, jelas bahwa kemenangan ini tidak memerlukan keterampilan militer apa pun. Bahkan, pertempuran dimenangkan tanpa seorang pun orang Israel menggunakan pedangnya (Hakim-Hakim 7:22). Yang dibutuhkan hanyalah kebaikan Tuhan.
Apakah Anda menganggap aneh Allah menggunakan metode-metode yang tidak biasa seperti itu untuk mencapai tujuan-Nya? Lihatlah hidup Anda sendiri. Tujuan Allah bagi Anda adalah untuk menjadikan Anda serupa dengan Kristus, untuk memuliakan diri-Nya melalui Anda, dan untuk memakai Anda untuk menyebarkan Injil. Ketika Anda melihat kembali hidup Anda, bukankah Allah telah menggunakan beberapa metode yang tidak biasa untuk mencapai tujuan-tujuan ini? Allah menggunakan 300 orang untuk mengalahkan orang Midian karena kelemahan pasukan itu memperlihatkan kekuatan-Nya. Dengan cara yang sama, Dia menggunakan kelemahan, penderitaan, dan usaha kita yang tidak maksimal untuk menunjukkan kuasa-Nya yang penuh kasih karunia. Allah selalu menggunakan hal-hal yang lemah di dunia ini untuk mempermalukan yang kuat (1 Korintus 1:27)—dan hidup Anda tidak terkecuali. Biarlah kisah tentang 300 orang itu memberi Anda keberanian untuk menaati Allah tanpa rasa takut atau kompromi—bukan dengan kekuatan Anda sendiri, tetapi karena kekuatan-Nya.
Refleksi
Bacalah Hakim-Hakim 6:11-16 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 4-6; Kisah Para Rasul 9:23-43