DI SURGA DIA BERDIRI

Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. Ibrani 7:24-25

 

Karya pengorbanan Yesus sebagai Imam Besar kita sudah selesai, sebuah karya yang hanya terjadi sekali untuk selamanya. Namun, mengapa Dia sanggup “menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah”? Karena, pertama, peran Kristus sebagai Imam Besar Agung kita adalah solusi bagi pemberontakan kita. Jauh di lubuk hati, kita masing-masing tahu bahwa kita telah menolak ketergantungan kepada Allah, dan berusaha untuk mandiri. Dalam upaya menjalani hidup kita secara mandiri, kita menyingkapkan bahwa hati kita yang keras kepala itu selalu berfokus kepada dirinya sendiri. Kita dengan sombong berpikir, “Saya tidak butuh pembela. Saya tidak butuh siapa pun untuk melakukan apa pun atas nama saya. Saya bisa menangani ini sendiri.”

 

Namun, terlepas dari kenyataan bahwa kita telah memberontak terhadap Allah, Dia mencari dan menyelamatkan kita. Yesus mendatangkan rekonsiliasi dengan menangani keterasingan kita dari Allah, yang memiliki dua sisi: kita terasing dari diri sendiri oleh dosa kita dan dari Allah oleh murka-Nya. Yesus telah membayar hukuman atas dosa-dosa kita; Dia telah memuaskan murka Allah dengan mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang tak bercacat. 

 

Kedua, Yesus menyelamatkan "dengan sempurna" karena Dia telah menghancurkan pengaruh yang digunakan Si Jahat untuk memenuhi kita dengan rasa takut. Dalam Ibrani 2, penulis menjelaskan, "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut" (ayat 14-15). Melalui kematian-Nya, Yesus telah membebaskan kita dari cengkeraman Setan, membebaskan kita dari apa yang seharusnya menjadi ketakutan terbesar kita: kematian itu sendiri. Ketika Setan berusaha menuduh kita di hadapan Bapa, Yesus seolah-olah mampu menunjukkan bahwa perkataannya kosong—bahwa dia tidak punya apa pun untuk dikatakan terhadap kita. Dan karya keimamatan Yesus masih berlanjut dengan Dia terus menerus bersyafaat bagi kita. Di dalam Yesus, kita memiliki seorang Imam yang mencurahkan kasih karunia-Nya atas hidup kita hari demi hari melalui perantaraan surgawi-Nya. Ketika Yesus menikmati berada di hadirat Bapa-Nya hari ini, saat ini juga, Dia tidak mempersembahkan kurban, melainkan berbicara sebagai pembela kita di hadapan Bapa. Kita dapat membayangkan Dia berdiri di samping Bapa-Nya, berkata, Dia adalah milik-Ku. Aku mati untuknya. Dia ditutupi oleh darah-Ku dan dibalut dalam kebenaran-Ku.

 

Jadi, “Ketika Setan menggoda saya untuk putus asa, dan memberi tahu saya tentang kesalahan saya di dalam / saya ke atas melihat dan melihat Dia di sana, yang mengakhiri semua dosa saya.” Oleh karena itu, “Saya tahu bahwa selama di surga Dia berdiri, tidak ada kuasa yang dapat menyuruh saya pergi dari sana.” (Charitie Lees Bancroft, “Di Hadapan Takhta Allah” (1863).

 

Yesus, Imam Anda yang kekal, berdiri di hadirat Bapa-Nya hari ini, berbicara tentang Anda dan untuk Anda. Tidak ada yang perlu ditakutkan. 

 

Refleksi

Bacalah Ibrani 7:23 – 8:6 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 20 – 21; 1 Korintus 7 : 20 - 40

Truth For Life – Alistair Beg