MENGHORMATI BAIT SUCI
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. Lukas 19:45-48
Sejak awal kehidupan-Nya, Bait Suci Yerusalem sangat penting bagi Yesus. Ketika Dia masih bayi, Simeon yang sudah tua telah menggendong-Nya dan menyatakan bahwa Dia adalah keselamatan ajaib dari Allah, di pelataran Bait Suci (Lukas 2:25-35). Sebagai anak berusia dua belas tahun, Yesus mencari rumah Bapa-Nya dan terlibat dalam percakapan dengan para pemimpin agama (ayat 46-49). Penghiburan dan kasih Yesus terhadap rumah Bapa-Nya sangat nyata—dan karena itu juga Dia sedih ketika menemukan perilaku yang tidak hormat di tempat suci itu.
Bait Suci di Yerusalem adalah tempat di mana Allah bertemu dengan umat-Nya. Jadi ketika Yesus menemukan pasar didirikan di halamannya, Dia benar-benar berduka dan marah. Orang-orang yang bertanggung jawab atas pencemaran Bait Suci adalah orang-orang yang sama yang telah mencemooh masuknya-Nya ke Yerusalem. Mereka tidak ragu melakukan penukaran uang di lantai Bait Suci untuk mendapatkan keuntungan yang tidak wajar dan menganggap persembahan makhluk-makhluk ciptaan yang dibawa orang-orang "tidak berkenan" supaya mereka bisa menjual persembahan yang "berkenan" kepada mereka dengan harga yang tidak masuk akal. Cara pelataran Bait Suci digunakan sangat jauh dari maksud Bapa-Nya sehingga Yesus, sebagai Imam Besar Agung, mau tidak mau harus datang untuk memperbaikinya. Pengetahuan Yesus tentang nubuat Perjanjian Lama memungkinkan Dia untuk berbicara dengan otoritas tertinggi dan mengingatkan orang-orang tentang tujuan suci Bait Suci, merujuk pada Kitab Suci yang mereka ketahui dan tidak dapat mereka bantah: "Rumah-Ku adalah rumah doa" (Yesaya 56:7; lihat juga Yeremia 7:11).
Tindakan Yesus berikutnya—menggunakan cambuk yang terbuat dari tali untuk mengusir ternak dan menghentikan pasar yang sedang terjadi (Yohanes 2:15)—tentu saja dibenarkan. Cinta akan rumah Bapa-Nya menguasai-Nya (ayat 17). Namun, kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang Yesus tangisi (Lukas 19:41-44). Cambuk itu dipegang oleh Juruselamat yang meneteskan air mata.
Yesus adalah Anak yang sempurna, yang sangat ingin mendatangkan kemuliaan bagi Bapa-Nya dan yang sangat marah karena kebohongan, keserakahan, dan usaha memperkaya diri yang terjadi di depan mata-Nya, sehingga menciptakan jurang antara Bapa-Nya dan orang-orang berdosa yang membutuhkan kasih karunia. Dia melihat orang-orang yang menolak Allah dan menangis, karena Dia tahu seberapa jauh mereka telah jatuh. Dia melihat orang-orang yang menempatkan penghalang di jalan orang lain untuk bertemu dengan Allah dan marah, karena Dia merindukan Bapa-Nya untuk menerima pujian yang seharusnya Dia terima dan agar orang-orang diselamatkan. Kita juga akan menangisi yang terhilang dan marah kepada mereka yang memutarbalikkan kebenaran untuk tujuan mereka sendiri. Kita akan melakukannya jika kita berdoa meminta cinta yang sama bagi kemuliaan Allah, bahkan saat kita bersyukur bahwa Yesus datang tidak hanya untuk menyatakan cinta-Nya bagi Bapa-Nya tetapi juga untuk menjadi sarana agar kita dapat tinggal di rumah-Nya selamanya.
Refleksi
Bacalah Yesaya 56:1-8 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 22–24; 1 Korintus 8
Truth For Life – Alistair Beg