Baca: Markus 4:35-41
Lalu murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?” (Markus 4:38b)


Bacaan Alkitab Setahun: 
Matius 27-28



Jika api liar terlihat mulai menyala bahkan menjalar, orang pasti segera mencari alat pemadam kebakaran. Tiba-tiba hujan deras, orang akan lari mencari payung atau tempat berteduh. Manakala topan badai di danau Galilea menyerbu, apa yang paling dicari para nelayan pada saat itu? Jawabannya ialah jangkar! 

Di mana jangkar itu terletak? Di buritan kapal, di situlah mereka biasa menyimpan alat itu. Tetapi, kali ini, tepat di atas tilam yang di kolongnya tersimpan jangkar itu, tubuh Yesus sedang pulas tertidur. Bisa dipahami ketidakmengertian dan kejengkelan para nelayan itu, sampai terlontar ucapan "Engkau tidak peduli" (ay. 38). Sebab, selain Dia tidur—sementara semua yang lain sudah panik—mereka juga terhalang untuk mengambil jangkar. Sesungguhnya, Yesus bukannya tidak peduli. Dia ingin para murid-Nya belajar beriman—yaitu merasa aman pertama-tama bukan karena alasan yang lain, melainkan karena tahu, Yesus ada di dekat mereka. 

Tanpa disadari perasaan aman kita sering bersumber dan bergantung pada benda-benda atau orang-orang tertentu. Kita merasa aman kalau benda/orang itu ada di dekat kita. Angka besar di buku tabungan. Telepon genggam super pintar. Seorang kerabat berkantong tebal. Teman yang berkedudukan. Kenalan dekat yang seorang pendeta ternama. Kawan yang banyak punya koneksi dan pengaruh besar. Merekalah yang membuat kita tenang, bukan? Bagaimana dengan Tuhan? Sudahkah kehadiran-Nya sanggup menenteramkan dan membuat kita merasa aman—seperti yang dirasakan Raja Daud (Mzm. 62:6)?


DALAM BANYAK PERKARA SUMBER RASA AMAN
ADALAH BAROMETER IMAN KITA