DARI KELUHAN MENJADI RASA SYUKUR
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia. Filipi 2:14-15
Bangsa Israel zaman dulu mengalami banyak mukjizat Tuhan—menyeberangi Laut Merah, masuk Tanah Perjanjian, bahkan masa pemerintahan Raja Daud yang luar biasa. Namun, mereka juga sering jadi bangsa yang penuh keluhan. Bayangkan, baru saja dibebaskan dari perbudakan di Mesir, mereka sudah mulai mengeluh soal makanan, minuman, dan kepemimpinan Musa (Keluaran 16:1-9). Padahal mereka seharusnya bersukacita dan bersyukur.
Berabad-abad kemudian, Paulus mengingatkan jemaat di Filipi agar mereka tidak mengalami kegagalan serupa. Ia berkata, "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut." Dia ingin para pembacanya memahami bahwa bukan cuma penting apa yang kita lakukan, tapi juga sikap hati kita saat melakukannya. Kita bisa saja melakukan hal yang benar, tetapi dengan hati yang salah, sehingga sukacita hilang dan orang yang di sekitar pun ikut terkena dampaknya.
Petrus juga menulis hal yang serupa: “Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut” (1 Petrus 4:9). Dia dapat saja mengakhirinya dengan "Berilah tumpangan seorang akan yang lain," dan mereka (juga kita!) akan lebih mudah menaati instruksi tersebut. Namun, kata-kata "dengan tidak bersungut-sungut" menunjukkan seberapa besar pemahaman Petrus tentang sifat manusia. Allah tidak peduli dengan sekadar memberikan keramahtamahan, atau perbuatan baik lainnya, tetapi apakah kita melakukannya dengan hati yang benar? Tuhan tidak hanya peduli kita melakukan kebaikan, tapi juga peduli pada sikap hati kita saat melakukannya.
Coba pikirkan contoh dalam hidup kita. Mungkin Anda memiliki seorang pekerja di rumah Anda yang mengerjakan tugasnya dengan hati yang tidak senang. Mungkin Anda memiliki rekan kerja yang tampaknya hanya dapat menyelesaikan tugas dengan mengeluh. Atau mungkin contohnya adalah Anda, yang diam-diam menggerutu tentang kehidupan yang Tuhan berikan atau tentang pelayanan yang Dia minta Anda lakukan. Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa kita sering kali lebih seperti orang Israel daripada yang kita akui. Kita sering melupakan keselamatan besar yang telah Tuhan lakukan bagi kita, dan kita juga lebih suka menentukan jalan hidup kita sendiri daripada mempercayakan diri kita kepada Tuhan. Namun Paulus memberi tahu kita bahwa ketika kita melakukan segala sesuatu tanpa bersungut-sungut, Allah menjadikan kita “tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela”. Setiap kali kita memilih untuk tidak bersungut-sungut, itu adalah bukti Allah sedang mengubah kita.
Hari ini, ingatlah Allah telah menyelamatkan Anda melalui lautan dosa dan hukuman, membawa Anda kepada keselamatan yang kokoh di dalam Kristus. Anda tidak layak menerimanya, tapi Allah memberi karena kasih karunia. Mari periksa hati kita: saat kita menjalani keseharian, di area mana kita masih mengeluh dan bersungut-sungut? Berdoalah agar kasih karunia-Nya kembali memukau hati Anda dengan kasih karunia-Nya, sehingga keluhan Anda akan digantikan oleh rasa syukur dan pujian kepada-Nya.
Refleksi
Bacalah Mazmur 95 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 91-93 ; 1 Petrus 5