Bacaan Alkitab Setahun:  

Kejadian  43 - 45

 

 

Tidak seperti kasih manusia, yang seringkali fana dan rapuh, kasih Allah tidak pernah gagal, apa pun yang terjadi. 

 

Saya suka Mazmur 136. Saya suka semua Mazmur, tetapi Mazmur 136 membuat saya kagum setiap kali membacanya. Saya suka pengulangan yang membuat mazmur ini menjadi berbeda dari mazmur-mazmur lainnya. Saya suka fakta bahwa Mazmur 136 adalah mazmur sejarah yang karena refrainnya diubah menjadi puisi cinta. Saya suka karena mazmur ini meneguhkan apa yang kita perlu dengar berulang kali  –  bukan hanya sekali atau dua kali tetapi dua puluh enam kali! Menurut saya kapan pun Allah berbicara, Anda dan saya harus merendahkan diri, diam, dan mendengarkan. Namun, menurut saya juga kita harus memperhatikan baik-baik apa yang Allah ulang-ulang, apalagi yang Dia ulang berkali-kali!

Mengapa Allah mengulangi berkali-kali frasa “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” lewat pena sang pemazmur? Ada dua alasannya.

Pertama, tidak ada realita yang lebih radikal dan fondasional bagi cara pandang Alkitabiah dan gambar diri daripada hal ini. Apakah kisah yang Alkitabiah itu? Itu adalah kisah Allah yang penuh kasih datang ke dunia dalam diri Anak-Nya yang terkasih untuk menegakkan kerajaan kasih-Nya lewat pengorbanan kasih yang radikal, mengampuni kita dalam kasih dan membawa kita ke dalam keluarga kasih-Nya dan mengutus kita menjadi utusan kasih yang sama. Seluruh harapan umat manusia yang telah jatuh ada dalam satu hal ini  –  bahwa ada Juru Selamat yang kekal yang tidak pernah berhenti menebus, mengampuni, mendamaikan, mengubah, dan menyatakan kasih. Tanpanya, Alkitab hanyalah buku yang penuh dengan kisah menarik dan prinsip yang membantu tetapi tidak punya kuasa untuk memperbaiki apa yang dirusak dosa.

Alasan kedua Allah mengulang-ulang refrainnya adalah karena kita tidak punya pengalaman dengan kasih seperti ini. Anda selalu akan mulai mengerti sesuatu yang baru bagi Anda setelah mengalaminya secara personal. Semua kasih manusia yang kita alami tidaklah sempurna. Namun, tidak dengan kasih Allah; kasih-Nya sempurna dan kekal. Ini adalah realita paling mencengangkan dalam kehidupan orang percaya. Allah telah menaruhkan kasih-Nya atas kita dan Dia tidak akan menariknya lagi. Tidak peduli seberapa sulit hidup sepertinya dan seberapa lemah Anda, selalu ada alasan untuk terus maju.