Baca: 1 Raja-raja 3:9
“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” (1 Raja-raja 3:9)

Bacaan Alkitab Setahun: 
Yeremia 7-10



Jabatan pemimpin sering kali dipandang sebagai pengatur segala hal, karena jabatan tersebut memberikan kekuasaan yang besar. Kesalahan dalam memahami arti pemimpin ini justru menghilangkan arti tanggung jawab, yang pada akhirnya tidak dapat membangun apa pun. Padahal sebenarnya, menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan. Dia melayani, supaya dapat membangun kehidupan yang dipimpinnya. 

Demikian juga yang menjadi sikap Salomo ketika menjadi raja atas Israel. Sekalipun menjadi raja, Salomo tetap memandang dirinya sebagai hamba di hadapan Allah. Dengan rendah hati Salomo mengakui keterbatasannya sebagai manusia, sehingga Salomo mengakui bahwa tidak ada satu orang pun yang pantas menghakimi umat-Nya. Atas hal itulah, maka Salomo memohon kepada Allah untuk diberikan hati yang bijaksana. Permohonan Salomo ini menunjukkan ketulusan dan kesungguhan hatinya untuk melaksanakan tanggung jawabnya memimpin bangsa Israel, bukan sebagai penguasa, melainkan sebagai pelayan. Karena kehidupan pelayanan tidak akan terbangun tanpa kebijaksanaan. Dengan ketulusannya untuk melayani tersebut, Salomo juga menunjukkan bahwa kebijaksanaan terletak pada hati yang mau merendah untuk melayani. 

Setiap manusia memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu, tanggung jawab tersebut haruslah kita emban dengan sikap bijaksana. Salomo menunjukkan, bahwa kebijaksanaan hanya bisa dilakukan dengan kerendahan hati untuk melayani. Supaya dengan demikian, kita dapat membangun kehidupan yang baik.


KERENDAHAN HATI ADALAH DASAR DARI KEBIJAKSANAAN