DI MANA MENEMUKAN KEBAHAGIAAN?

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Mazmur 1:1-2

 

Di zaman modern ini, kita sering berpikir manusia seharusnya sudah tahu bagaimana caranya bahagia. Banyak buku, seminar, dan konten yang berbicara soal kebahagiaan dan bagaimana cara mencapainya. Namun, faktanya kebahagiaan sejati tetap langka. Cukup lihat berita atau kehidupan sekitar, kita bisa sadar bahwa masih banyak orang merasa kosong dan kebahagiaan sejati itu langka.

 

Alkitab sudah menyinggung hal ini. Mazmur 1 diawali dengan kata “berbahagialah”. Demikian pula, kata pertama yang keluar dari mulut Yesus dalam Khotbah di Bukit adalah “berbahagialah”. Pada dasarnya, Dia berkata, Berbahagialah orang yang lemah lembut, murah hati, dan membawa damai (Matius 5:3-11). Artinya, Tuhan peduli pada kebahagiaan kita, tapi cara-Nya berbeda dengan dunia.

 

Menurut ayat pembuka Mazmur 1, kebahagiaan berkaitan erat dengan cara kita berpikir dan cara kita memandang kehidupan. Kalau kita ingin hidup dalam perkenan Tuhan dan menikmati kebahagiaan yang hanya dapat Dia berikan, kita tidak boleh mengadaptasi pola pikir dunia yang tidak bertuhan. "Nasihat orang fasik" di ayat ini mengacu pada tujuan orang fasik—pepatah, prinsip, dan pola perilaku mereka. Hikmat duniawi seperti itu menjanjikan kebahagiaan dan berkat, tetapi pada kenyataannya itu semua semu; kita selalu mencari tetapi selalu tidak mendapatkan apa-apa. Kebahagiaan ditemukan dengan menolak menjaring angin bahkan saat dunia memanggil Anda untuk melakukan hal itu.

 

Namun, jalan menuju kebahagiaan abadi bukan hanya dengan menolak nasihat yang menyesatkan; tetapi juga dengan merangkul keindahan kebenaran. "Yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN." Ayat ini mengatakan membaca dan memikirkan firman Tuhan bukanlah tugas atau kewajiban tetapi sumber sukacita, suatu kesenangan. Mengapa? Karena lewat firman-Nya kita semakin mengenal Allah—Pencipta, Penjaga, dan Juruselamat kita. Apa pun kesenangan sesaat yang disajikan dunia ini kepada Anda, berpeganglah pada firman Tuhan saja sebagai sesuatu yang dapat menyegarkan jiwa Anda (Mazmur 19:7). Tidak ada hal lain yang dapat mendatangkan sukacita sejati, tulus, dan abadi bagi hidup Anda.

 

Refleksi

Bacalah Matius 5:3-11 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

  1. Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  2. Bagaimana saya bisa lebih mengasihi Allah?
  3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 97-99; Galatia 2