Pembacaan : 2 Korintus 4: 7 - 18

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Ayub 9 - 12

                                                                 

Ke mana perginya pikiran Anda, ke mana hati Anda berlari, saat kesulitan datang? Tidak satu pun dari kita yang suka menderita. Tidak satu pun dari kita yang suka menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Kita semua suka kalau rencana kita berjalan dan mimpi kita terwujud. Kita semua ingin hidup yang nyaman dan bisa ditebak. Orang normal tidak menghargai nilai rohani dari kesulitan. Karena itu, cenderung sulit bagi kita untuk tetap berada di halaman agenda Tuhan. Jika tujuan kita hidup kita adalah kebahagiaan jasmani, apa pun definisi kita tentangnya, maka kita akan hidup dalam agenda yang bertentangan dengan Juruselamat kita, tidak peduli apa pun pengakuan teologi kita. 

Banyak orang Kristen hidup di sana. Mereka mengatakan bahwa mereka percaya pada kebenaran Kitab Suci, mereka mengatakan bahwa mereka menaruh kepercayaan kepada Mesias, tetapi mereka hidup dalam keadaan kecewa, kesal, tidak sabar, atau frustrasi yang tidak terucapkan dengan Tuhan. Keadaan ini seringkali dicirikan dengan pertanyaan klasik: “Jika Allah mengasihiku, mengapa Dia ...?” Mari kita bedah pertanyaan ini,

Pertama, tidak ada “jika” dalam kasih Allah. Seperti yang dikatakan pemazmur “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Maz. 118:1). Kasih-Nya tidak rapuh. Kasih-Nya tidak pernah pudar. Kasih-Nya tidak pernah habis. Ini artinya kasih-Nya tidak bisa dipertanyakan. Kedua, cobalah pikirkan isi pertanyaannya. Daripada bertanya, "Hal baik dan bijak apa yang dilakukan Tuhan yang mengasihiku dalam hal yang tampaknya tidak baik dan bijaksana?" pertanyaan itu mengungkapkan keraguan tentang karakter Tuhan. Jawaban atas pertanyaan semacam ini tidak pernah membawa Anda ke mana pun secara rohani. Intinya: Anda dan saya bergumul dengan kesetiaan Tuhan, bukan karena dia tidak setia, tetapi karena kita tidak setia. 

 Anda mungkin berpikir, “Paul, apa maksudmu?” Dari hari pertama, Allah telah jelas mengatakan kasih-Nya bagi kita. Keinginan-Nya adalah membawa kita dalam hubungan dengan-Nya lewat penyelamatan, pengampunan, anugerah yang mengubahkan, dan dalam konteks hubungan itu, kita sepenuhnya dibentuk sesuai dengan gambaran Anak-Nya. Dia tidak pernah berjanji kepada kita bahwa Dia akan memberikan apa yang menjadi definisi pribadi kita tentang kehidupan yang baik. Sebalknya, Dia berjanji akan menggunakan semua yang dalam kekuasaan-Nya untuk menyelesaikan pekerjaan penebusan yang Dia telah mulai dalam hati dan hidup kita. Dia tidak pernah tidak setia. Dia selalu menepati seluruh janji-Nya. Dia akan melakuan apa yang Dia katakan.

Masalah kita adalah kita cenderung tidak setia pada agenda suci-Nya dan dikuasai oleh rencana kita untuk diri kita dan impian kita untuk hidup kita. Pencobaan dalam hidup kita ada bukan karena Dia telah melupakan kita, tetapi karena Dia mengingat kita dan mengubah kita oleh kasih karunia-Nya. Bila Anda mengingatnya, Anda bisa memiliki kegembiraan di tengah apa yang tidak nyaman. 

 

Melalui hubungan dan keadaan yang sulit, Allah bekerja untuk mengekspos hati Anda sehingga Anda akan mencari anugerah yang hanya dapat ditemukan di dalam Dia.