MASALAH DI DALAM

Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. – Wahyu 2:14

 

Tekanan luar yang memaksa kita untuk menyesuaikan diri bukanlah satu-satunya bahaya yang mengancam iman kita. Jemaat di Pergamus memang berhasil menolak godaan Iblis dan arus pluralisme (Why. 2:13). Namun, mereka gagal menjaga diri dari masalah yang muncul di dalam komunitas mereka sendiri.

 

Meskipun ada sebagian yang tetap setia, jemaat ini tetap bersalah karena membiarkan sebuah ajaran sesat yang menggabungkan penyembahan berhala dan perbuatan seksual yang tidak bermoral. Rujukan pada “ajaran Bileam” di sini bukan merujuk pada sebuah buku atau sistem ajaran tertentu. Sebaliknya, itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada tindakan nabi palsu Bileam dalam Perjanjian Lama. Ia menasihati para perempuan Midian untuk menggoda orang Israel sehingga dapat menyusup dan membawa kehancuran di tengah umat Allah (Bil. 31:16).

 

Salah satu penafsir mencatat bahwa tujuan Bileam adalah melemahkan Israel melalui serangan tidak langsung terhadap moralitas mereka: “Makanan kafir dan perempuan kafir menjadi senjata ampuhnya untuk meruntuhkan kekokohan Hukum Musa.”

 

Bileam kemudian menjadi gambaran bagi para guru palsu yang mengikuti contoh hidupnya, mempromosikan gaya hidup “antinomian”—yakni penolakan terhadap hukum moral Allah. Kata antinomian berasal dari bahasa Yunani anti (“melawan”) dan nomos (“hukum”): “melawan hukum.” Ini menggambarkan hidup bebas tanpa batas, yang mengesampingkan segala yang Allah nyatakan mengenai kekudusan, kemurnian, dan rasa takut akan Tuhan—yang justru merupakan permulaan hikmat (Mzm. 111:10; Ams. 1:7; 9:10).

 

Sebagian orang percaya di Pergamus telah sepenuhnya menerima ajaran tersebut. Namun sebagian lain dalam jemaat membiarkan ajaran itu bertumbuh. Artinya, dengan membiarkannya, mereka pun sama bersalahnya. John Stott menulis bahwa “Kristus yang bangkit, Gembala Agung jemaat, berdukacita baik oleh penyimpangan umat-Nya maupun oleh sikap masa bodoh pemimpin-pemimpin rohani dalam menjaga kemurnian mereka.” Dengan tidak menegur ajaran sesat itu, mereka gagal menjalankan tanggung jawab mengawasi kawanan domba Allah. Mereka yang mengajarkannya ditegur karena menyesatkan jemaat, tetapi mereka yang membiarkannya juga ditegur karena tidak sungguh-sungguh mempedulikan kekudusan hidup dan perilaku jemaat.

 

Jika Iblis tidak dapat merusak gereja melalui tekanan dari luar, ia akan mencoba melakukannya melalui kompromi dari dalam. Karena itu, berjagalah. Akan selalu ada “pembimbing rohani” yang dengan mudah mengatakan bahwa tidak apa-apa menuruti keinginan Anda dan mengikuti kata Anda. Namun itu bukanlah Kekristenan sejati. Inilah sebabnya gereja harus terus waspada terhadap ajaran yang tidak sesuai Injil. Kekristenan bukanlah sekadar moralitas atau sekadar kasih tanpa kebenaran, tetapi kehidupan yang tunduk kepada Kristus dan percaya bahwa setiap perintah-Nya adalah baik bagi kita.

 

Kita perlu memeriksa hati: Apakah ada kompromi kecil yang mulai kita biarkan? Adakah ambisi atau keinginan tersembunyi yang bertentangan dengan ketaatan kepada Kristus? Batu sandungan apa yang mungkin kita taruh di jalan orang lain karena sikap atau dosa kita? Dan yang lebih penting: Apakah Tuhan sedang memanggil Anda untuk berani menegur, mengingatkan, atau menolong saudara seiman agar hidup mereka kembali selaras dengan Injil?

 

Kekudusan gereja kita—dan kekudusan kita sendiri—harus menjadi perhatian kita bersama. Dalam terang Injil, kita menjaga kekudusan bukan karena kekuatan kita, tetapi karena Kristus sudah menjaga kita terlebih dahulu melalui salib-Nya. Dari anugerah itu, kita dipanggil untuk saling menegur, saling membangun, dan menjaga tubuh Kristus agar tetap setia kepada-Nya.

 

Refleksi

Bacalah Yudas 1:1−25 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 19-21; Lukas 2:22-52