SUDAH KAYA
Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi. Yakobus 1:9
Sepertinya paradoks untuk mengatakan bahwa seorang “saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi”. Kita seharusnya bertanya, “bermegah bagaimana?” Jika hidup dipandang hanya dari perspektif waktu, kekayaan, dan status, maka tidak ada kedudukan tinggi bagi orang yang rendah. Namun ketika kita memandang hidup dengan hikmat ilahi, mengingat kekayaan mulia yang Yesus berikan, kita melihat bahwa orang percaya yang hidup tidak menentu di anak tangga terbawah anak tangga sosial ekonomi sebenarnya memiliki kedudukan yang penting dan aman hanya karena mereka berada dalam providensia Allah.
Dua kisah Alkitab masing-masing menggambarkan bahayanya memandang keadaan yang rendah tanpa hikmat dan berkat hikmat di tengah kemiskinan.
Dalam 2 Raja-raja 5:15-27, Gehazi, hamba Elisa, mengejar Naaman yang kaya, berusaha mendapatkan uang untuk dirinya sendiri. Namun, Elisa menegur Gehazi, yang pada dasarnya dia menantang Gehazi untuk tidak meremehkan kedudukannya sebagai seorang hamba, tetapi untuk percaya bahwa Allah akan menjaganya. Karena kurangnya kepercayaannya kepada Tuhan, Gehazi dan keturunannya menjadi penderita kusta. Kisahnya mengingatkan kita akan bahaya keserakahan, kedengkian, dan rasa tidak tahu berterima kasih.
Sementara itu, Rut sangat miskin. Setelah pindah ke Betlehem setelah kematian suaminya, dia dan ibu mertuanya, Naomi, tidak punya apa-apa untuk dimakan selain sisa-sisa gandum yang bisa Rut kumpulkan dari ladang yang sudah dipanen. Ketika dia diperlakukan istimewa oleh Boas, "sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: ‘Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?’" (Rut 2:10). Karena dia merendahkan dirinya di hadapan Boas dan—yang lebih penting—di hadapan Tuhan, dia dapat menerima kebaikan hati Boas sebagaimana mestinya, tanpa prasangka apa pun. Alih-alih tergesa-gesa mencari lebih banyak kekayaan materi, dia tergesa-gesa bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya.
Kisah Rut mengajarkan kita sesuatu yang lain. Sebagaimana Boas adalah kerabat dan penebus Rut, demikian pula Yesus adalah Penebus yang menumpahkan darah-Nya bagi pria dan wanita seperti Rut, yang diremehkan dan diabaikan. Paulus mengingatkan kita bahwa ketika kita dipanggil, “menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang” (1 Korintus 1:26). Yesus telah datang kepada mereka yang berada di anak tangga terbawah tangga rohani—Anda dan saya—dan telah membuat kita mengajukan pertanyaan yang sama seperti Rut: Mengapa Engkau menunjukkan minat yang begitu besar kepadaku?
Pesan Yakobus bukanlah bahwa kita akan menjadi kaya dengan menerapkan hikmat. Sebaliknya, dia ingin kita melihat bahwa jika kita berpikir tentang kehidupan dari sudut pandang yang tepat, kita akan menyadari bahwa kita sudah kaya melebihi apa yang dapat kita bayangkan. Hikmat Allah datang kepada kita dalam kemiskinan kita untuk menunjukkan betapa besarnya semua yang kita miliki di dalam Kristus; dan dalam kelimpahan kita untuk mengingatkan kita bahwa satu-satunya kekayaan yang penting adalah apa yang kita miliki di dalam Kristus. Ketika Anda memahami hal ini, Anda dapat melihat keadaan apa pun yang kurang ideal dan melanjutkan perjalanan iman, dengan mata tertuju pada semua yang menanti Anda di surga, di mana harta Anda yang sejati berada.
Refleksi
Bacalah Yakobus 1:9-15 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 20-22; Kisah Para Rasul 13: 26-52