MEMANDANG DIRI SENDIRI DENGAN BENAR

Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Roma12:3

 

Tidak ada seorang pun yang kebal terhadap dosa meninggikan diri. Untuk menemukan buktinya, cukup masuk ke ruang kelas taman kanak-kanak mana pun. Dalam kelompok kecil anak-anak ini, tidak lama lagi akan ada seseorang akanmemuji diri mereka sendiri karena bisa membangun menara balok tertinggi atau menggambar potret keluarga terbaik—dengan kata lain, menganggap diri mereka lebih tinggi dari yang seharusnya.

 

Terus menerus membandingkan diri kita dengan orang lain adalah cara pikir duniawi. Pandangan yang berlebihan terhadap diri sendiri adalah dosa yang mengerikan—ini adalah dosa merendahkan orang lain dan mengabaikan kedudukan kita di hadapan Allah. Namun, jawabannya tidak terdapat dalam sikap merendahkan diri sendiri. Walaupun terlihat seperti kebalikan dari meninggikan diri sendiri, tetapi sebenarnya itu adalah kesombongan karena muncul dari membandingkandiri dengan orang lain. Kita masih fokus pada diri sendiri.

 

Cara orang Kristen memandang diri sendiri harus didasarkan pada pikiran yang diperbarui oleh Allah (Roma 12:2). Dengan perspektif ini, kita menemukan nilai diri kita dalam anugerah dan rahmat Allah. Signifikansi, identitas, nilai, dan peran kita semuanya didasarkan pada siapa Allah dan apa yang telah Dia lakukan untuk kita, bukan berdasarkan siapa kita atau apa yang telah kita lakukan untuk Dia.

 

Kita diingatkan akan perspektif diri yang tepat ini ketika kita menyanyikan “Memandang salib yang agung, Raja mulia mati di sana.” Memandang salib berarti berfokus pada Injil—kebenaran bahwa orang lain telah mati menggantikan kitadan menanggung hukuman kita. Dengan melakukan hal ini, kita menyadari bahwa “Kemuliaan pada diriku hanya kehinaan belaka.” Salib mengangkat dan menurunkan kita pada saat yang sama, dan ini membebaskan kita dari kebutuhan untuk meninggikan diri dan memampukan kita untuk mengakui jalan-jalan yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Inilah artinya  “menguasai diri.”

 

Oleh karena itu, gereja harus sangat berbeda dari dunia dalam cara kita memandang diri sendiri dan orang lain. Ketika kita berkumpul, dipersatukan oleh Injil, semua hal yang berhubungan dengan identitas kita, meskipun tidak relevan, kehilangan makna utamanya, dan kita menggunakan karunia-karunia kita bukan untuk menyenangkan diri sendiri melainkan untuk melayani orang lain.

 

Lihatlah salib, di mana Juruselamat Anda mencurahkan darah dan mati bagi dosa-dosa Anda karena Dia mengasihi Anda. Tidak ada ruang bagi Anda untuk merasa sombong. Anda tidak perlu membandingkan diri Anda dengan orang lain. Sebaliknya, Anda dapat menggunakan semua yang telah Dia berikan kepada Anda untuk melayani orang lain tanpa pamrih dan penuh sukacita.

 

Refleksi

Bacalah 1 Korintus 4:1-7 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yeremia 34 – 36: Matius 26:47 - 75

Truth For Life – Alistair Beg