Pembacaan :  Roma 3 : 21 - 31

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Kisah 26 - 28

 

Dosa meninggalkan kita dalam kondisi putus asa—tidak benar dalam segala hal. Seluruh ketidakbenaran kita mendukakan hati Allah. Hal ini dengan sangat baik dicatat dalam Kejadian 6:5-8:

 

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.

   

Ini adalah pernyataan mengejutkan tentang keadaan menyedihkan yang disebabkan dosa. Kita cenderung ingin berpikir bahwa dosa tidak benar-benar sebagai dosa dan sikap atau tindakan kita yang tidak benar, tidak sungguh-sungguh tidak benar. Tetapi satu ungkapan kecil dalam perikop ini mengatakan semuanya. Perikop ini dengan tegas menyatakan mengapa satu-satunya harapan kita adalah kebenaran Tuhan Yesus Kristus. Ungkapan ini sangat kuat dan menenangkan karena merupakan penilaian hati manusia oleh Yang Maha Pencipta dan yang mengetahui hati kita. Ini pernyataan yang saya maksud: “kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.”

Allah tidak berduka karena manusia yang Dia ciptakan kadang-kadang melakukan hal yang salah atau kadang-kadang memiliki pikiran buruk. Dia tidak bersedih karena tanggapan mereka terkadang diwarnai dengan niat buruk. Ini sudah cukup buruk, tetapi yang terjadi lebih buruk. Pengaruh dosa pada manusia adalah total. Dosa mendistorsi semua yang diinginkan dan dipikirkan orang, dan akibatnya semua yang mereka katakan dan lakukan. Memahami hal ini akan membuat kita lebih rendah hati, tetapi dosa membuat kita berada dalam satu kondisi yang tidak diinginkan oleh siapa pun dari kita. Akibat dari dosa adalah tidak ada yang benar dalam diri kita. Tidak ada yang secara alami terpuji. Tidak ada yang bisa kita pegang di hadapan Tuhan sebagai alasan untuk menenangkan kesedihan-Nya dan mendapatkan penerimaan-Nya. Tidak ada.

Tetapi perikop ini memberi tahu kita lebih banyak. Di sini dijelaskan pola Allah mengatasi dosa—penghakiman dan penebusan. Dia akan melenyapkan manusia dari muka bumi dalam tindakan penghakiman yang benar, tetapi Dia akan menebus satu orang dan keluarganya, dan memperbarui janji-Nya dengan mereka. Penebusan Nuh harus menjadi petunjuk kepada penebusan lain, yang mengikuti pola yang sama. Allah akan mengutus Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Yesus itu benar dalam segala hal, namun penghakiman akan dijatuhkan atas-Nya. Dia akan mengalami seluruh beban murka Allah atas dosa, bahkan sampai mati, sehingga kita tidak perlu mengalaminya. Kematian-Nya akan memuaskan murka Allah. Kebenaran-Nya akan diberikan kepada kita. Kebangkitan-Nya akan menjamin kehidupan kita. Kebenaran-Nya adalah satu-satunya harapan kita, karena dosa membuat kita semua menjadi sangat tidak benar.

 

Allah itu kudus, tapi kita tidak. Yesus menjadi kebenaran kita sehingga kita dapat berdiri di hadapan Allah, kudus di dalam Dia.