Pembacaan : Amsal 24

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Kisah 26 - 28

 

Hai anakku, takutilah TUHAN dan raja; jangan melawan terhadap kedua-duanya. Karena dengan tiba-tiba mereka menimbulkan bencana, dan siapa mengetahui kehancuran yang didatangkan mereka? (Amsal 24:21–22) 

 

KEWARGANEGARAAN. Ayat-ayat ini mungkin terlihat seperti pragmatisme belaka, sebuah peringatan agar tidak menjadi bagian dari pemberontakan yang bisa dipadamkan. Namun 1 Petrus 2:17 (“takutlah akan Allah, hormatilah raja!”) dan Roma 13:1 (“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya,”) menunjukkan bahwa menjadi warga negara yang baik tidak hanya bersifat pragmatis melainkan merupakan bagian dari kehidupan yang bijaksana dan sesuai dengan kehendak Allah. 

 

Pandangan Alkitab terhadap pemerintahan memiliki keseimbangan yang unik. Dalam Roma 13 dan 1 Petrus 2, umat Kristen dipanggil untuk menghormati otoritas kaisar meskipun pemerintah mereka melakukan penyembahan berhala. Yeremia 27:1–7 menyerukan umat beriman untuk berpartisipasi dengan dukungan dalam urusan budaya yang bersifat pagan. Namun, kita juga melihat perlawanan sipil dari bidan Ibrani (Keluaran 1:17), yang mengingatkan kita pada orang-orang yang menyembunyikan orang Yahudi dari Nazi selama Perang Dunia II. Dengan demikian, umat Kristen diharapkan untuk menghormati dan mencintai negaranya, tetapi tidak secara buta. Mereka adalah hamba Allah semata (1 Korintus 7:22) dan karena itu tidak ada yang dapat menjadi tuan mereka selain Allah (1 Korintus 7:23). Hal ini mengikis kecenderungan hati mereka terhadap rasisme dan nasionalisme. Ini karena mereka ditebus dengan darah Kristus yang berharga (Kisah Rasul 20:28; 1 Korintus 6:19–20), sehingga mereka bukan milik diri mereka sendiri.

 

 

Apakah Anda melihat orang Kristen saat ini menunjukkan rasa hormat dan cinta terhadap negara dan menghindari politik ekstrem?

 

Doa: Tuhan, biarkan aku bersukacita atas negaraku, letak geografisnya, dan rakyatnya. Namun biarkan aku mengingat bahwa kemuliaan yang aku lihat dan kegembiraan yang aku rasakan hanyalah gambaran awal dari rumah dan bangsaku yang sebenarnya (Filipi 3:20). Dengan begitu aku bisa merasa bangga dan merasa nyaman dengan negaraku, tanpa mengidolakan atau meremehkannya. Amin.