Dalam bulan yang kedua belas -- yakni bulan Adar --, pada hari yang ketiga belas, ketika titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka. – Ester 9:1
Haman dan para pengikutnya yakin bahwa pada hari ketiga belas bulan kedua belas, seluruh orang Yahudi akan dimusnahkan. Ketetapan itu sudah diumumkan ke seluruh kerajaan: orang Yahudi pasti akan dilenyapkan. Tetapi ketika hari itu tiba, justru sebaliknya yang terjadi: orang Yahudi berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka. Haman dan kawan-kawannya telah menghabiskan waktu hampir setahun penuh hanya untuk menentukan hari terbaik agar orang Yahudi dibunuh (Est. 3:7). Maka tidak heran penulis kitab Ester menekankan bahwa pembalikan besar itu terjadi “tepat pada hari yang dipilih Haman sendiri.”
Ini hanyalah salah satu dari beberapa pembalikan besar yang terjadi dalam kitab kitab Ester. Sebelumnya, Haman pulang dari perjamuan bersama raja dan Ratu Ester dengan penuh kesombongan, seolah ia berada di puncak dunia. Ia menceritakan kepada istri dan sahabat-sahabatnya tentang "besarnya kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki” (Est. 5:11). Namun, pada hari yang dipilih Haman sendiri, kesepuluh anak laki-lakinya—yang menjadi kebanggaannya—mati terbunuh (Est. 9:7–10). Keluarganya jatuh dan hidupnya runtuh dari puncak kehormatan menuju kehancuran.
Sebaliknya, pengalaman Mordekhai justru berkebalikan. Ia yang awalnya orang biasa dan tidak dianggap penting, akhirnya menjadi orang kedua paling berpengaruh setelah raja. Awalnya ia hanyalah “seorang Yahudi di benteng Susan” yang duduk di pintu gerbang istana (Est. 2:5). Tapi di akhir kitab Ester, tertulis bahwa Mordekhai “menjadi ternama di istana raja, dan semakin berkuasa di antara orang Yahudi” (Est. 9:4).
Mordekhai dan Ester tidak bersukacita atas kehancuran musuh-musuh mereka. Namun, mereka menari dan merayakan bersama komunitas Yahudi (Est. 9:18), karena mereka menyadari bahwa semua pembalikan keadaan ini adalah karya Allah, dan itu sungguh ajaib di mata mereka (Mzm. 118:23). Seolah-olah kita bisa mendengar mereka menyanyikan lagu sukacita seperti:
“Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari,
kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita,
supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri.
TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu” (Mzm. 30:11–12).
Allah adalah Allah yang membalikkan keadaan. Dia bisa mengubah kutuk menjadi berkat. Tidak ada situasi yang terlalu mustahil bagi-Nya. Salib Kristus adalah bukti terbesar bahwa Allah sanggup membalikkan keadaan yang paling kelam menjadi kemenangan.
Kalau saat ini Anda sedang menghadapi keadaan yang tampak tanpa harapan, berserulah kepada Allah untuk meminta pertolongan. Mungkin perjalanan Anda masih panjang dan penuh air mata, tetapi Dia berjanji akan menyertaimu dan menolongmu. Bila Anda pernah mengalami pembalikan keadaan karena pertolongan Tuhan, luangkanlah waktu untuk bersyukur dan menyanyikan pujian bagi-Nya. Sungguh, Allah itu baik!
Refleksi
Bacalah Ester 9:1-19 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Amos 4-6; Yohanes 7:28-53