Pembacaan : Yakobus 4: 1 - 10
Bacaan Alkitab Setahun :
1 Tawarikh 24 - 26
Saya ingin menggunakan pernikahan sebagai studi kasus bagi prinsip yang saya berikan. Tidak satu pun dari kita yang telah menikah, bebas dari konflik dan ketegangan dalam pernikahan. Tidak ada satu pun dari kita yang bisa lepas dari ketidaksabaran. Kita semua pernah bertengkar lalu saling mendiamkan untuk waktu yang lama. Kita semua pernah dikecewakan dalam pernikahan kita. (Jika Anda masih single, terapkan apa yang saya katakan dalam semua hubungan dalam hidup Anda.) Nah, yang harusnya Anda tanyakan adalah, “Apa yang menjadi penyebab ketegangan dan konflik?” Jika Anda membaca rata-rata buku tentang pernikahan Kristen, Anda akan diajak untuk berpikir bahwa semua pertengkaran adalah tentang isu horizontal dalam pernikahan. Jadi kesimpulannya adalah jika Anda cukup pintar untuk mendiskusikan perbedaan gender, perbedaan kepribadian, ekspektasi peran, keuangan, seks, membesarkan anak, diet, dan sebagainya, Anda bisa menghindari sebagian besar konflik.
Di permukaan, kedengarannya semuanya baik, tetapi bukan itu yang Alkitab katakan. Coba renungkan apa yang dikatakan perikop berikut:
Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!” Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu. (Yak. 4:1-10)
Perhatikan cara Yakobus menjelaskan mengapa kita sering bertengkar. Dia tidak berkata, “Semuanya berasal dari orang yang sulit yang hidup denganmu” atau “semuanya adalah hasil dari isu praktis yang harus kalian atasi.” Tidak, dia berkata, pertengkaran kita disebabkan oleh “hawa nafsu” yang masih berperang dalam hati Anda. Dalam konteks ini, hawa nafsu adalah keinginan yang kuat, dan berkuasa.
Saya bertengkar dengan Anda karena saya punya masalah dalam hati. Alih-alih membiarkan hati saya dikuasai oleh Allah dan dimotivasi oleh kehormatan Allah, hati saya dikuasai oleh keinginan, kebutuhan, dan perasaan saya. Karena itulah, saya selalu berkonflik dengan Anda. Lebih lanjut, Yakobus memberitahu kita bahwa konflik manusiawi berakar dalam perzinahan rohani. Ketika kita menempatkan diri kita di tempat yang seharusnya ditempati Allah, hasilnya adalah konflik. Inilah salah satu alasan lain mengapa kita membutuhkan anugerah Allah dalam Yesus.
Jika hati Anda tidak dikuasai oleh kehormatan Allah dan hidup Anda tidak dikuasai oleh rencana Allah, Anda sepertinya agamawi, tetapi yang Anda hidupi bukan iman yang alkitabiah.