APA YANG HARUS DILAKUKAN DENGAN HATI NURANI YANG BERSALAH?
Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN."…Setelah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: "Suaramukah itu, ya anakku Daud?" Sesudah itu dengan suara nyaring menangislah Saul. Katanya kepada Daud: "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.
1 Samuel 24:-5-7, 17-18
Ini adalah kisah tentang hati nurani — hati nurani yang sensitif, seperti yang ada dalam diri Daud dan hati nurani yang keras, seperti yang ada dalam diri Saul.
Daud tahu bahwa meskipun Roh Allah telah meninggalkan Saul, dia tetaplah raja yang diurapi Tuhan, dan orang yang diurapi Tuhan tidak boleh dihina atau dibunuh (Keluaran 22:28). Karena hati nuraninya peka terhadap Tuhan dan hukum-Nya, dia langsung merasa bersalah oleh apa yang telah dilakukannya saat memotong ujung jubah Saul—meskipun dia bisa saja melakukan yang lebih buruk. Jadi, Daud bertobat atas dosanya di hadapan anak buahnya dan mencegah mereka menyerang Saul (1 Samuel 24:6-7).
Ketika Daud kemudian berbicara langsung kepada Saul tentang mengapa ia tidak membunuhnya (1 Samuel 24:8-15), Saul sampai menangis karena kebaikan Daud. Namun sayangnya, tangisan Saul hanya sebentar. Ia tidak sungguh-sungguh bertobat, karena hatinya sudah mengeras—ia tetap melanjutkan perburuannya terhadap Daud.
Alkitab mengatakan bahwa hati nurani adalah dasar dari diri manusia. Hukum Allah sudah ditanamkan dalam hati semua orang, bahkan sebelum mereka mendengar firman-Nya (Roma 2:14-15). Ketika kita melawan hukum Allah dan mengikuti jalan kita sendiri, hati kita menjadi gelisah oleh rasa bersalah. Saat itulah kita harus memilih: mau mencari pengampunan pemulihan, atau mengabaikan suara hati nurani dan semakin mengeraskan hati?
Hati nurani yang bersalah memang berat, tetapi sebenarnya bisa menjadi anugerah. Walter J. Chantry menulis, “Hati nurani adalah sahabat yang akan menuntunmu ke dalam pelukan satu-satunya Juruselamat yang sanggup membebaskanmu.” Karena itu, kalau hati nuranimu terasa terbeban, jangan berhenti pada penyesalan sesaat. Datanglah kepada Allah dengan bertobat sungguh-sungguh, tinggalkan dosamu, dan mintalah kekuatan-Nya untuk berubah. Di situlah kita menemukan pengampunan. Hati nurani yang bersalah adalah anugerah yang mendorong Anda kepada Allah, hati nurani yang dibersihkan adalah anugerah yang akan Anda terima dari-Nya.
Refleksi
Bacalah Mazmur 25 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 105-106; Galatia 5