UCAPAN SYUKUR YANG PENUH ANUGERAH

 

Dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Kolose 1:11-12

 

Hampir semua orang menghargai hadiah yang bagus. Keluarga, kebebasan, waktu luang, tempat tidur yang hangat, dan minuman yang menyegarkan semuanya membuat hati kita bersyukur, dan kita semua secara alami dapat mengekspresikan setidaknya sejumlah rasa terima kasih untuk mereka. “Terima kasih” adalah ungkapan yang kita pelajari sejak kecil.

 

Revivalis asal Amerika, Jonathan Edwards, membedakan antara apa yang dia sebut sebagai “ucapan syukur yang alami” dan “ucapan syukur yang penuh anugerah.” Ucapan syukur yang alami dimulai dari hal-hal yang diberikan kepada kita dan manfaat yang menyertainya. Setiap orang mampu bersyukur secara alami. Namun, ucapan syukur yang penuh anugerah sangatlah berbeda, dan hanya anak-anak Allah yang dapat mengalami dan mengungkapkannya. Ucapan syukur yang penuh anugerah mengakui sifat, kebaikan, kuasa, kuasa, dan keagungan Allah, apa pun karunia atau berkat yang telah Dia berikan. Kita punya alasan untuk bersyukur kepada Allah entah itu hari yang baik atau hari yang buruk, entah kita bekerja atau menganggur, entah berita harian yang kita dengar menggembirakan atau menyebalkan, entah kita benar-benar sehat atau menghadapi diagnosis parah. Ucapan syukur seperti itu hanya ditemukan melalui kasih karunia, dan itu merupakan tanda sejati Roh Kudus ada dalam kehidupan seseorang. Ucapan syukur yang melimpah memampukan kita menghadapi segala sesuatu dengan kesadaran bahwa Allah terlibat secara mendalam dalam kehidupan dan keadaan kita, karena Dia telah menjadikan kita sebagai objek kasih sayang-Nya yang istimewa.

 

Ketika Jonathan Edwards meninggal akibat vaksinasi cacar, Sarah, istrinya, menulis kepada putri mereka, “Apa yang harus ibu katakan? Allah yang kudus dan baik telah menutupi kita dengan awan gelap.” Perhatikan kejujuran di dalamnya. Tidak ada kemenangan yang dangkal. Namun suaminya tidak diambil secara kebetulan; kekuasaan Allahlah yang menentukan waktu yang tepat untuk membawa pulang Jonathan dan memberinya upah kekalnya. Maka Sarah melanjutkan, “Tetapi Allah hidup; dan dia memiliki hati ibu… Kita semua diberikan kepada Allah: dan di situlah ibu berada dan senang berada di sana.”

 

Di tengah kesedihan, kita tidak akan pernah bisa mengucapkan kata-kata seperti ini sebagai ucapan syukur yang wajar, yang tidak akan membantu kita dalam kehilangan. Refleksi seperti itu hanya dapat mengalir dari rasa syukur yang melimpah. Anda mungkin sedang menghadapi keadaan yang sulit atau bahkan memilukan saat ini; dan jika tidak, maka harinya akan tiba, karena ini adalah dunia yang telah jatuh. Namun pada saat-saat seperti itu, Anda dapat berpegang teguh pada kasih Allah dan memilih untuk mempercayai kebaikan Allah, yang diungkapkan dengan paling jelas di kayu salib. Bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, Anda dapat merasakan sukacita kehadiran-Nya dan selalu punya alasan untuk bersyukur kepada-Nya. Ada kekuatan, kehormatan, dan penyembahan dalam kemampuan kita untuk berkata, “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21).

 

Refleksi

Bacalah Roma 11:33-36 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Ayub 38 – 40; 1 Korintus 13

Truth For Life – Alistair Beg