PERSEPSI ROHANI
Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Iapun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar." Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar." 1 Samuel 3:7-10
Ketika kita mencoba memahami suatu alat atau teori yang baru, dan ada seseorang yang sudah lebih dulu menguasainya, kita tentu berharap orang itu bersedia membantu kita—bukan malah membiarkan kita mencoba-coba sendiri. Kita akan sangat bersyukur jika orang itu dengan sabar bersedia menjelaskan berulang kali sampai kita benar-benar mengerti.
Hal serupa terjadi ketika Allah memanggil Samuel untuk menjadi nabi-Nya. Ia berhadapan dengan hamba-Nya—lebih tepatnya dua hamba-Nya—yang bingung! Samuel memang melayani di Bait Suci, tetapi ia belum mengalami dimensi iman pribadi. Firman Allah belum diwahyukan kepadanya secara langsung. Karena itu, Allah sendiri yang mengambil inisiatif dan dengan penuh kesabaran terus memanggil Samuel berulang kali. Dari empat kali panggilan Tuhan ini, kita melihat kelembutan dan kebaikan-Nya.
Meskipun Samuel menjadi tokoh utama dalam perikop ini, Tuhan juga bersabar terhadap Eli. Sebagai seorang imam, Eli pun awalnya tidak menyadari bahwa Tuhan sedang berbicara kepada Samuel. Namun, kemudian dikatakan, “mengertilah Eli...” Saat pemahaman itu muncul, kita melihat bahwa itu merupakan hasil dari pekerjaan Allah dalam hati seseorang.
Proses pemahaman yang bertahap ini juga kita temui dalam kehidupan para murid Yesus. Dalam Yohanes 16:12, Yesus berkata bahwa masih banyak hal yang ingin Ia sampaikan, tetapi mereka belum sanggup menerimanya. Namun, Yesus tidak menyerah. Ia terus dengan sabar menjelaskan dan membimbing mereka.
Mungkin Anda merasa seperti Samuel—sudah membaca banyak buku dan mendengarkan banyak khotbah, tetapi belum merasakan dampak yang nyata. Atau Anda merasa seperti para murid—sudah mulai mengerti, namun masih sering bingung dengan banyak hal tentang iman. Tidak peduli sudah berapa lama kita mengikuti Kristus dan membaca firman-Nya, selalu ada hal baru yang bisa kita pahami dan nikmati. Kadang kita bahkan merasa mundur! Namun, kita bisa yakin bahwa Allah adalah Guru yang baik hati, yang sabar membimbing kita.
Karena itu, mari kita bergabung dengan doa sang pemazmur: “Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Mazmur 119:18). Dan marilah kita terus berusaha memahami firman Allah dan maknanya bagi hidup kita—dengan keyakinan bahwa ketika kita semakin mengerti, itu berarti Allah sedang bekerja dalam diri kita.
Refleksi
Bacalah Roma 12:1-3 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 38 - 40 ; 1 Korintus 13
Truth For Life – Alistair Beg