KEBEBASAN DALAM PEMERINTAHAN-NYA
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Yohanes 18:37
Secara alami, kita cenderung percaya bahwa kita memiliki hak untuk mengatur hidup kita sendiri. Kita berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang berhak menyuruh kita melakukan sesuatu atau memerintah kita. Kita ingin menentukan segala sesuatu sendiri—menentukan siapa diri kita dan membentuk masa depan kita. Namun, jalan ini ternyata membawa kita pada keputusasaan.
Ketika kita melihat ke dalam diri, seberapa pun kita telah diajarkan untuk berpikir positif dan percaya pada diri sendiri, kita tetap dihadapkan pada kenyataan akan kebutuhan, kegagalan, kelemahan, dan ketidakmampuan kita. Ketika kita melihat ke luar, kita menyaksikan budaya yang terpecah dan lembaga-lembaga yang rusak. Maka, kepada siapa kita harus berpaling?
Perjanjian Lama mencatat bagaimana bangsa Israel berulang kali memberontak terhadap pemerintahan Allah. Dalam usaha untuk menyerupai bangsa-bangsa di sekitar mereka, orang Israel menuntut seorang raja duniawi (1 Samuel 8:5). Tragisnya, semua raja Israel akhirnya gagal: Saul yang gagah, Daud yang agung, dan Salomo yang bijaksana—semuanya jatuh secara politik, moral, dan rohani. Orang-orang di jalanan Israel pasti pernah berkata seperti yang sering kita dengar hari ini: "Ini bukan seperti yang kami harapkan dari pemimpin kami! Pasti ada seseorang yang lebih baik dari ini!"
Dan memang ada. Dia adalah Yesus—Anak Manusia dan Anak Allah, Sang Pencipta, Pemelihara, dan Raja atas seluruh alam semesta. Sebab “di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu ... Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kolose 1:16–17). Yesus adalah Raja yang sempurna, yang benar-benar layak memerintah. Mazmur 72 menggambarkan Kerajaan-Nya: “Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah” (ayat 7). Dia akan membebaskan yang lemah, yang miskin, dan yang tidak berdaya (ayat 12–13); semua bangsa akan melayani-Nya, dan “kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi” (ayat 19).
Sebagaimana dijelaskan dalam pertanyaan ke-26 dari Katekismus Singkat Westminster, Yesus melaksanakan tugas-Nya sebagai Raja “dengan menaklukkan kita kepada diri-Nya, memerintah dan membela kita, serta mengekang dan menaklukkan semua musuh-Nya dan musuh kita.” Dia datang untuk memerintah atas kita—bukan untuk memperbudak, melainkan agar kita menemukan kebebasan sejati saat menyerahkan kendali hidup kita kepada-Nya. Kita menemukan ketenangan sejati ketika berhenti dari usaha kita sendiri untuk mengatur masa depan kita. “Marilah kepada-Ku,” kata-Nya. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku ... maka jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:28–29).
Yesus adalah Raja yang telah bangkit dan naik ke surga. Klaim-Nya atas hidup kita bersifat menyeluruh. Respons kita pun harus total: taat sepenuhnya atau tidak sama sekali. Kita harus memutuskan—apakah hak Kristus untuk memerintah alam semesta juga akan berlaku atas setiap aspek hidup kita? Hanya ketika kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, kita akan menemukan Dia sebagai perisai dan pembela kita. Saat Anda bertekuk lutut kepada-Nya dalam area kehidupan yang paling sulit sekalipun, dan percaya bahwa pemerintahan-Nya lebih baik daripada pemerintahan Anda sendiri, maka Anda memberikan Dia tempat yang layak—dan di sanalah Anda menemukan kebebasan sejati dan masa depan yang Anda rindukan.
Refleksi
Bacalah Mazmur 72 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 41–42; 1 Korintus 14:1-20
Truth For Life – Alistair Beg