HIDUP DI BAWAH MATAHARI

“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari; ternyata semuanya sia-sia dan usaha menjaring angin.” — Pengkhotbah 1:14

 

Kitab Pengkhotbah menunjukkan kepada kita seperti apa kehidupan “di bawah matahari”—dan yang ditunjukkannya sungguh menyedihkan. Setiap orang berusaha mencari kepuasan di dunia ini. Kita mencoba berbagai cara agar hidup terasa penuh arti, tapi seberapa keras pun kita berusaha, hasilnya selalu mengecewakan. Ada kerinduan alami di hati manusia untuk mencari hal-hal baru dan lebih baik, karena kita berpikir di sanalah kita akan menemukan kepuasan sejati. Tapi pada akhirnya, semua usaha kita berakhir dengan kekosongan. Mengejar kepuasan tanpa Tuhan sama seperti mencoba menangkap angin—mustahil.

 

Coba pikirkan ke mana selama ini Anda mencari makna hidup dan kepuasan.
 

Apakah kamu mencarinya lewat hubungan dengan orang lain? Mungkin Anda sudah menyadari bahwa tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang mampu mengisi kerinduan terdalam hatimu.
 

Atau Anda mencoba memuaskan diri lewat pengetahuan dan prestasi? Anda pun akhirnya sadar bahwa tidak ada teori atau pencapaian yang benar-benar bisa menenangkan hatimu.


Mungkin Anda mencari kepuasan lewat pengalaman hidup dan perjalanan? Namun tak ada tempat, pemandangan, atau petualangan yang benar-benar bisa menghapus rasa kosong di dalam dirimu. Apa pun yang kita kejar untuk menemukan arti hidup, semuanya tak akan mampu memuaskan hati kita sepenuhnya. Cepat atau lambat, kita akan merasa hampa lagi.

 

Apakah ini berarti hidup tidak ada artinya? Tidak! Inilah realitas hidup “di bawah matahari.” Hidup kita seperti kubus Rubik yang kehilangan dua kotak warnanya—tak peduli seberapa sering kita memutarnya, warna-warna itu takkan pernah lengkap. Dunia ini memang rusak sejak awal; ia tidak mampu memberi kita kepenuhan yang sejati.

 

Namun, kabar baiknya adalah ini: Jika Anda menyerahkan hidupmu kepada Tuhan, Sang Pencipta yang di atas matahari, Dia mampu menata kembali setiap kepingan hidupmu yang berantakan. Hanya kasih karunia-Nya yang bisa membuatmu menemukan makna sejati di tengah dunia yang kosong ini. Tidak ada satu pun hal di dunia ini yang bisa memberi kepuasan abadi—hanya Yesus Kristus yang bisa. Dialah satu-satunya yang sanggup menjawab pertanyaan dan kerinduan terdalam hatimu, bahkan ketika Anda terjaga di tengah malam dengan perasaan kosong.

 

Kerinduanmu akan kepuasan, makna, dan tujuan hidup—semuanya hanya bisa dipenuhi oleh Allah sendiri. Seperti yang pernah dikatakan Agustinus, seorang teolog pada abad ke-5:
“Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu, ya Allah,
dan hati kami tidak akan pernah tenang sebelum beristirahat di dalam Engkau.”

 

Kita diciptakan untuk hidup bagi Allah. Maka, apa pun yang Anda kejar di bawah matahari—entah cinta, prestasi, atau kesenangan—semuanya hanya akan berakhir hampa jika tidak berpusat pada Kristus. Tetapi ketika Anda menyerahkan seluruh hidupmu kepada-Nya, Anda akan menemukan sukacita dan kepuasan sejati yang tak bisa diberikan oleh dunia ini. Bersama Yesus, perjuanganmu bukan lagi sia-sia. Dalam Dia, segala kerinduan hatimu akan menemukan tempat beristirahatnya.

 

Ketenangan jiwa yang sejati itu tersedia untuk Anda kapan saja—dan hanya bisa ditemukan di dalam Allah yang sepenuhnya memuaskan. Apa pun yang Anda miliki atau tidak miliki, apa pun yang sedang Anda kejar “di bawah matahari,” pastikan kepuasan terdalam Anda bersumber pada Tuhan. Sebab di dalam Dia, segala pencarian berhenti—dan segala kerinduan hati menemukan jawabannya.

 

Refleksi

Bacalah Matius 11:25-30 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 19-21; 2 Petrus 3