Baca: Kejadian 41:28-37
”Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu.” (Kejadian 41:36)
Bacaan Alkitab Setahun:
Roma 8-10
Ketika masalah muncul, yang diperlukan adalah solusi, pemecahan, jalan keluar. Tetapi, fakta berbicara lain. Ada orang yang tahu masalah yang terjadi, mampu melakukan tindakan yang diperlukan, namun dia bukan mencari solusi melainkan memilih diam (karena merasa tidak berkepentingan, enggan memikul risiko, dll.), atau sibuk mempersalahkan orang lain, bahkan ada yang berusaha agar masalah tetap berlangsung agar bisa memancing di air keruh.
Tetapi, lihat sikap Yusuf. Mesir dihadang masalah besar: paceklik hebat selama tujuh tahun. Yusuf sadar dia budak, narapidana pula. Apa pun yang terjadi, yang ditimpakan padanya selalu yang buruk. Namun, dia lupakan dirinya. Dia hanya memikirkan apa yang baik bagi semua. Maka, begitu melihat masalah, dia mengajukan solusi. Dia mengusulkan agar Mesir menyisihkan sebagian panenan tahun-tahun kelimpahan, menimbunnya di gudang-gudang yang dibangun di seluruh Mesir, untuk menjamin kecukupan pangan di tahun-tahun paceklik (ay. 34-36). Untuk memastikan keberhasilan program itu, dia memohon Firaun menetapkan penanggung jawab di pusat maupun di daerah (ay. 33, 34). Lihatlah! Ketika masalah muncul, hanya satu yang dipikirkan Yusuf: memecahkan masalah demi kebaikan semua.
Dalam hidup, masalah datang silih berganti. Sikap-sikap egoistis tidak mengantar siapa pun kepada kebaikan. Sikap Yusuf mendorong kita untuk selalu bersikap solutif: dalam tiap masalah yang terjadi, selalu mengutamakan upaya untuk menemukan solusi, agar semua menjadi lebih baik. Itulah cinta.
PADA AKHIRNYA, DALAM MASALAH APA PUN YANG MENGHAMPIRI,
HAL YANG PALING PENTING DAN PALING DIPERLUKAN ADALAH SOLUSI