KEMBALI KE KITAB SUCI

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Ibrani 4:12

 

Bagi para pembaca asli kitab Ibrani, metafora dalam ayat ini kemungkinan besar mengingatkan mereka pada gladius, yaitu pedang pendek Romawi. Pedang ini memiliki ujung berbentuk huruf “Y” yang menyerupai lidah dari logam. Dengan gambaran inilah penulis kitab Ibrani menggambarkan firman Allah. Dalam kitab Wahyu, Yesus juga menggambarkan firman-Nya yang penuh otoritas sebagai “pedang yang di mulut-Ku” (Wahyu 2:16).

Entah itu menembus hati nurani, membuka topeng kepura-puraan, menghancurkan kebohongan Iblis, atau memberi dorongan yang kita butuhkan, firman Allah cukup tajam untuk menjawab setiap kebutuhan jiwa kita.

Yesus menunjukkan kepada kita betapa cukupnya Kitab Suci untuk menghadapi segala situasi. Dalam menghadapi godaan, Dia tidak memakai kuasa-Nya secara ajaib, melainkan kembali kepada Kitab Suci untuk menjawab tipu daya Si Jahat (Matius 4:1–11; Lukas 4:1–12). Bahkan setelah kebangkitan-Nya, saat dua murid berjalan dengan putus asa menuju Emaus, Yesus menguatkan hati mereka bukan dengan mukjizat, tetapi dengan firman Allah. Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang diri-Nya dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa hingga kitab-kitab para nabi (Lukas 24:27).

Mengapa Yesus tidak langsung menunjukkan tangan-Nya yang tertusuk paku saja? Karena Ia tahu bahwa kesempatan melihat luka-luka-Nya hanya terbatas pada saat itu dan pada beberapa orang saja. Tetapi akan ada banyak generasi setelah mereka—generasi yang tidak berjalan bersama-Nya secara fisik. Namun, mereka tetap dapat melihat siapa Yesus melalui Kitab Suci. Kebenaran firman Allah yang hidup dan tidak pernah salah itu cukup bagi umat-Nya di setiap zaman dan di setiap tempat.

Kita hidup di tengah zaman ketika banyak keyakinan yang dulu kokoh kini mulai goyah. Kepercayaan terhadap Kitab Suci perlahan-lahan terkikis. Hanya sedikit yang benar-benar memegang teguh otoritas dan kecukupan Alkitab untuk memenuhi tujuan Allah. Mungkin kerusakan ini tidak tampak jelas dalam satu generasi, tetapi seiring waktu, akan tampak buah pahit dari kemerosotan iman: keraguan, ketidakpedulian, dan kesibukan akan hal-hal yang salah.

Berhati-hatilah terhadap segala sesuatu yang membuat Anda mulai meragukan otoritas tunggal dan kecukupan mutlak Kitab Suci. Waspadai saat-saat ketika hati Anda sendiri mencoba menumpulkan kuasa firman Allah—baik dengan mengabaikannya, jarang membacanya, atau enggan menerapkannya dalam hidup.

Sebaliknya, bukalah kembali Alkitab Anda. Mintalah Roh Kudus untuk bekerja dalam diri Anda melalui pedang-Nya—untuk menembus pikiran dan niat hati Anda, menyingkapkan dosa, memperlihatkan Yesus, dan mengingatkan Anda akan kasih dan kuasa-Nya. Firman-Nya hidup. Firman-Nya cukup. Dan Firman-Nya akan selalu menunjukkan kepada kita siapa Dia sebenarnya.

 

 

Refleksi

Bacalah Matius 4:1-11 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 11–12; Wahyu 9

Truth For Life – Alistair Beg