Baca: 2 Tawarikh 36:1-23
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7)


Bacaan Alkitab Setahun: 
Lukas 6-7



Pasal terakhir dari kitab 2 Tawarikh ini diisi dengan kisah para raja yang pernah memerintah Yehuda dan semuanya berlaku jahat di mata Tuhan. Kitab ini pun mengungkapkan perasaan hati Tuhan yang begitu murka menyaksikan ketidaksetiaan umat-Nya itu. Kesabaran-Nya sudah di ambang batas dan hukuman yang sudah lama tertunda pun tidak terelakkan lagi. Kerajaan Yehuda sudah di ambang kehancurannya dan rumah Allah yang disebut sebagai simbol kemuliaan serta kemegahan itu, tinggal sesaat lagi akan musnah. 

Meski demikian, di akhir pasal ini, Tuhan masih menunjukkan belas kasihan dan pengampunan-Nya. Tuhan tetap ingin membawa umat-Nya itu kembali ke Yerusalem. Sebagian besar dari mereka terlahir di tempat pembuangan itu. Mereka hanya mendengar soal kota Yerusalem dari cerita orang. Orang-orang yang pernah menyaksikan kemuliaan dan kemegahan Yerusalem dan rumah Allah menangis dengan pedih di tengah puing-puing reruntuhan. 

Tidak sedikit orang kristiani yang mengeraskan hatinya dan terus melawan Tuhan tanpa menyadari bahwa kehidupan mereka sedang berada di ambang batas kesabaran Tuhan. Sadarilah bahwa ketika kita tidak mau bertobat, sesungguhnya kita telah berdiri di atas reruntuhan keluarga atau hubungan persahabatan yang hancur, serta tanggung jawab yang tak lagi dipercayakan kepada kita. Pada akhirnya kita hanya menangis dalam penyesalan. Mari kita perhatikan peringatan-Nya dan bertobatlah sebelum murka-Nya benar-benar tertumpah dalam hidup kita.


KARENA KEKERASAN HATI KITALAH MAKA SEGALA KEMEGAHAN
ITU AKAN BERUBAH MENJADI PUING-PUING RERUNTUHAN