Pembacaan : Yohanes 10: 1 - 18

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Ayub 38 - 40

 

Kita cenderung menjadikan Allah sebagai “jalan keluar”. Kita senang dengan apa yang bisa Dia lakukan bagi kita dan apa yang bisa Dia berikan kepada kita. Kita mulai berpikir bahwa doa adalah meminta Tuhan menandatangani bagian bawah daftar keinginan kita yang kita susun sendiri, berorientasi pada diri sendiri, dan dipersonalisasi. Tahukah Anda, apa yang kita ingin Tuhan berikan kepada kita yang tidak dapat kita berikan kepada diri kita sendiri? Kita mengarahkan hati kita pada apa yang menurut kita akan membuat kita bahagia. Mungkin itu cinta orang lain dan gambaran detail tentang kebahagiaan perkawinan. Mungkin itu tingkat kemakmuran tertentu dan semua hal yang dapat kita alami dan nikmati sebagai hasilnya. Mungkin itu adalah pelayanan yang sukses, pengaruh, pencapaian. Mungkin itu adalah kesembuhan dari sakit atau penderitaan. Mungkin itu adalah minggu yang menyenangkan atau wawancara kerja yang sukses. Mungkin steak yang lezat, liburan yang menyenangkan, atau anak-anak yang ternyata baik-baik saja. Di satu sisi, tidak satu pun dari hal-hal ini yang secara inheren jahat, tetapi ada yang salah dengan keseluruhan sistem.

            Begitu banyak gagasan kita tentang "hidup yang baik" itu sebenarnya tidak memiliki Tuhan di dalamnya. Kita membayangkan yang "baik" terlepas dari kehadiran, janji, dan ketentuan-Nya. Ini adalah keyakinan bahwa kehidupan entah bagaimana, dengan cara tertentu dapat ditemukan di luar Dia; bahwa dunia mampu menjadi penyelamat kita. Dan karena kita percaya bahwa kehidupan dapat ditemukan di luar Dia, Tuhan bukanlah inti dari impian kita. Dia tidak ada dalam mimpi kita. Satu-satunya cara Dia benar-benar menyentuh banyak impian kita adalah kita melihat-Nya sebagai mekanisme penyampaian kehidupan baik yang kita impikan dan memintanya untuk menghasilkan hal itu. Dia bukan hidup bagi kita, tetapi Dia adalah pembebas kehidupan. Dia bukanlah akhir yang kita inginkan, tetapi sarana mencapai akhir yang kita inginkan.

Seluruh dunia rohani terbalik-balik. Dalam fantasi kita akan kehidupan yang baik, kita berdaulat. Kita memutuskan apa yang benar, baik, penting, dan berharga. Kita mendefinisikan seperti apakah hidup itu. Kita mengendalikan agenda dan menetapkan jadwal. Kita menulis sendiri seperti apa hidup yang baik itu. Kita adalah pusatnya. Tuhan menjadi “pegawai” kita untuk melakukan permintaan kita, dan jika Dia melakukannya, kita akan berterima kasih pada-Nya dan menyatakan kebaikannya. Ini adalah religiusitas yang berpusat pada diri sendiri yang tidak ada kesamaannya dengan iman yang ada di Alkitab. Namun, mudah sekali bagi kita menetapkan diri sebagai yang berkuasa. Kita sangat tergoda untuk berpikir tahu yang terbaik. Adalah sangat natural bagi kita untuk mencari apa yang hanya bisa didapatkan dalam diri Allah, di dalam dunia ini lalu bertanya mengapa Allah tidak melepaskan kita. 

Mazmur 103 mengatakan bahwa Allah adalah “Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.” “Hal baik” itu datang dalam seorang pribadi dan nama-Nya Yesus. Ya, memang benar -- Yesus adalah “kehidupan baik” yang Anda butuhkan, tidak peduli apa pun yang ada dalam daftar Anda.

 

Allah tidak mau menjadi “alat” supaya Anda bisa mendapat “hidup yang baik”. Hubungan Anda dengan-Nya haruslah menjadi definisi dari hidup yang baik itu sendiri.