KETIKA PIKIRAN MENJADI GELAP

Tetapi Daud berpikir dalam hatinya: "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya." 1 Samuel 27:1

 

Kadang pikiran kita adalah musuh terbesar kita. 

 

Betapa pun sulit keadaannya, Daud selalu menaruh kepercayaannya pada Allah. Memang, dalam percakapan terakhir yang pernah terjadi antara Raja Saul dan Daud, Daud menyatakan kepada Saul bahwa meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi, dia tahu bahwa Allah akan membebaskannya dari kesulitan (1 Samuel 26:23-24). Daud memiliki alasan untuk keyakinannya: pembebasan telah menjadi tema sepanjang hidupnya. Apakah itu dari singa, beruang, atau raksasa Filistin (1 Samuel 17:37), atau, dari pengejaran Saul, Daud dapat bersaksi tentang penyelamatan Allah.

 

Namun anehnya, di pasal berikutnya Daud malah merasa bahwa Saul pada akhirnya akan membunuhnya, padahal di ayat-ayat sebelumnya, dia menyatakan kepercayaannya bahwa Allah akan melindunginya. Alih-alih merenungkan kebaikan dan kesetiaan Allah, dia membiarkan pikirannya mengembara ke tempat-tempat yang gelap. Keyakinannya berubah menjadi depresi dan imannya berubah menjadi rasa takut, sehingga dia pergi mencari keamanan di antara musuh (1 Samuel 27:2)—suatu keputusan yang akan menuntun kepada kekacauan, tipu daya dan kesulitan (ayat 8-11).

 

Pikiran kita benar-benar punya peran penting; karena apa yang kita pikirkan akan menentukan apa yang kita lakukan. Sebuah pepatah lama mengingatkan kita tentang prinsip ini: menabur pikiran, menuai tindakan. Menabur tindakan, menuai kebiasaan. Menabur kebiasaan, menuai karakter. Menabur karakter, menuai takdir.

 

Mungkin Anda juga pernah mengalami saat-saat seperti Daud—mengambil keputusan yang bodoh, dan akhirnya mendapati diri Anda terjebak dalam masalah. Atau mungkin saat ini Anda sedang berjuang melawan pikiran yang berusaha menyeret Anda kepada tindakan yang, jauh di lubuk hati, Anda tahu tidak bijaksana atau bahkan salah. Daud tidak hanya harus diselamatkan dari ancaman yang mengancam hidupnya; Dia harus diselamatkan dari dirinya sendiri—begitu pula Anda dan saya. Kita bukan hanya butuh diselamatkan dari bahaya luar, tetapi juga dari diri kita sendiri.

 

Namun kabar baiknya adalah bahwa kita tidak akan pernah kehabisan kebaikan dan belas kasihan Allah. Bahkan ketika pikiran kita salah arah atau tindakan kita melenceng, Tuhan tetap setia menolong kita. Seperti Allah menyelamatkan Daud, demikian pula Allah telah menyelamatkan kita melalui karya salib Kristus.

 

Karena itu, Ketika Anda menemukan pikiran Anda mulai gelap dan salah arah, renungkan dan ingatkan diri Anda tentang kebaikan, pembebasan, dan kesetiaan Allah. Khotbahkan pada hati Anda: “Tuhan itu setia.” Biarkan kebenaran itu membentuk respons hati Anda dan mengarahkan langkah Anda, sehingga Anda tetap berjalan di jalan yang benar meskipun keadaan sulit.

 

Refleksi

Bacalah Galatia 6:7-10 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

  1. Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  2. Bagaimana saya bisa lebih mengasihi Allah?
  3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-762 Korintus 4