BERSUKACITA DENGAN ORANG LAIN

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah 

dengan orang yang menangis! Roma 12:15

 

Sukacita yang bisa dibagikan adalah ekspresi simpati yang luar biasa. Kita biasanya menggunakan kata simpati untuk menggambarkan kesedihan yang dialami bersama—tetapi kata ini juga berlaku untuk sukacita. Kita memahami simpati ketika kita menggunakannya dalam sebuah kalimat, tetapi kata itu sendiri sulit untuk didefinisikan. Jadi pertimbangkan kebalikannya: apatis. Jika sikap apatis sama dengan mengatakan, “Saya tidak peduli”, maka simpati sama dengan mengatakan, “Saya peduli”. Simpati adalah identifikasi pengalaman orang lain.

 

Banyak dari kita merasa wajar untuk “menangislah dengan orang yang menangis.” Secara naluriah kita masuk ke dalam kekecewaan dan penderitaan orang-orang yang kita kasihi dan menangis saat melihat atau memikirkan kesedihan mereka. Ini adalah hal yang baik, karena “bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!” berarti “memenuhi hukum Kristus” (Galatia 6:2). Akan tetapi, untuk ikut merasakan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain seringkali merupakan tantangan yang lebih besar karena hal ini menuntut kita untuk melawan sifat manusia yang sudah jatuh, yang rentan terhadap kebencian dan kepahitan. Kesuksesan seseorang bukannya menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada-Nya, tetapi kesuksesan tersebut dengan mudah menjadi sebuah kesempatan untuk merasa iri.

 

Kebanyakan dari kita tahu cara menghindari mengungkapkan rasa iri. Namun ada perbedaan besar antara tidak mengungkapkan rasa iri dan tidak merasa iri. Kita dapat mengubah perilaku kita agar tidak menunjukkannya, tetapidiperlukan transformasi spiritual agar kita tidak merasakannya. Transformasi ini dimulai dengan pemahaman yang benar tentang identitas kita sebagai anggota tubuh Kristus. Paulus mengatakan bahwa “kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus” (Roma 12:5). Berada di dalam Kristus berarti kita menjadi anggota-Nya dan satu sama lain.

 

Dengan kata lain: jika kita berada di dalam Kristus, kita semua berada dalam tim yang sama. Ketika kita memahami hal ini, wajar saja bagi kita untuk merasakan kegembiraan orang lain seperti halnya seorang pemain sepak bola bersukacita atas gol yang dibuat rekan setimnya seolah-olah mereka sendiri yang mencetak gol tersebut. Sebagai umat Allah, kita menang dan kalah—kita bersukacita dan berdukacita—bersama-sama.

 

Allah memanggil Anda “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” (Roma 12:9)—dan kasih yang sejati, seperti Kristus menyesuaikan perasaan Anda sehingga kecemburuan digantikan dengan sukacita dan sikap apatis dengan simpati sejati. Adakah orang yang Anda jauhi dalam hal tertentu, baik dalam suka atau duka? Sudahkah Anda mempertimbangkan siapa yang dapat Anda dorong hari ini? Hampir pasti ada seseorang yang butuh Anda  jangkau dan beri tahu bahwa Anda ada bersama mereka, berdoa untuk mereka dan ada untuk mereka saat mereka berjalan di lembah yang dalam. Demikian pula, akan ada seseorang yang sukacitanya dapat menjadi sukacita Anda, dan Anda cukup memberi tahu mereka bahwa Anda memuji Allah atas berkat-Nya dalam hidup mereka. Jadilah seseorang yang waktu orang menggambarkan Anda mereka akan menjawab “dia orang yang peduli.” Mohonlah kepada Allah yang penuh kasih dan penghiburan untuk bekerja dalam diri Anda dengan Roh-Nya untuk membentuk Anda menjadi orang seperti itu hari ini.

 

Refleksi

Bacalah 2 Korintus 1:2-7 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yeremia 51-52; Filipi 3

Truth For Life – Alistair Beg