HIDUP DALAM HARMONI
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama. Roma 12:16
Dibutuhkan keterampilan dan sifat yang baik untuk bisa tidak setuju dengan cara yang baik dan sopan. Mudah untuk bergaul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita, di mana tidak ada kekhawatiran tentang perbedaan pendapat. Namun, untuk hidup harmonis dengan orang yang berbeda penampilan dan cara hidupnya dengan kita—itu adalah tanda kedewasaan seorang Kristen yang sejati. Jadi, harapan dari rasul Paulus adalah bahwa sebagai orang Kristen, kita perlu berusaha untuk melakukan hal itu.
Seruan Paulus menuju keharmonisan bukanlah seruan menuju keseragaman, dimana kita semua berpakaian sama, berperilaku sama, memilih dengan cara yang sama, dan berbicara dengan cara yang sama. Memang benar, gereja di Roma terdiri dari sekelompok orang yang beragam, latar belakang dan karunia yang berbeda-beda. Paulus menekankan bahwa perbedaan-perbedaan ini tidak boleh menjadi sumber perpecahan atau rasa malu.
Senada dengan surat ini, di suratnya yang lain, Paulus menghimbau, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1 Korintus 1:10).
Injil tidak menghilangkan perbedaan atau ketidaksepakatan kita. Sebaliknya, kesatuan yang dimiliki oleh umat Tuhan dalam hal-hal utama—yaitu Injil Kristus dan kebenaran firman-Nya—membuat kita bebas untuk mengakui perbedaan dan ketidaksepakatan kita dalam hal-hal yang sekunder. Kesatuan umat Kristen tidak terletak pada pilihan partai politik kita, status sosial kita, atau warna karpet yang kita pilih, melainkan pada Yesus yang kita kenal sebagai "jalan, kebenaran, dan hidup" (Yohanes 14:6).
Sedihnya, gereja-gereja dan orang-orang Kristen dapat teralihkan oleh perbedaan pendapat mereka. Beberapa dari kita sering menganggap masalah pribadi dan preferensi sebagai hal yang sangat penting, sehingga setiap perbedaan menjadi alasan untuk berpisah. Akhirnya, kita menjadi seperti kaum legalis yang suka memperdebatkan hal-hal kecil dan tidak pernah puas sampai kita berada di gereja sendiri. Di sisi lain, ada yang sulit untuk mempertahankan pendirian mereka dan cenderung berkompromi, sehingga mereka menjadi seperti kaum liberal yang membiarkan kebenaran inti Injil menjadi bisa dinegosiasikan.
Paulus mengajarkan kita untuk mencari keharmonisan yang berpusat pada Injil. Kita perlu mengenal diri kita sendiri dengan baik untuk memahami apakah kita cenderung menjadi legalis atau liberal. Kita harus meminta kepada Tuhan agar memberikan kita kejernihan pikiran dan kemurahan hati terhadap saudara-saudari kita dalam Kristus. Selanjutnya, kita harus memeriksa hati kita untuk melihat apakah ada orang yang hubungannya dengan kita tidak harmonis dan mengambil langkah-langkah untuk memajukan dan bukan merusak keharmonisan Injil, di mana Kristus telah mati untuk membawa kita ke dalamnya.
Refleksi
Bacalah Mazmur 133 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yoel 1- 3 : Filipi 4
Truth For Life – Alistair Beg