TRITUNGGAL YANG MULIA
Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan. – Yoel 2:32
Ada beberapa istilah “Alkitabiah” yang sebenarnya tidak tertulis langsung di dalam Alkitab. Misalnya, kata substitusi tidak pernah muncul dalam teks Kitab Suci, tetapi kata itu dengan indah menggambarkan apa yang terjadi ketika Anak Allah mati menggantikan orang berdosa. Demikian juga, kata Tritunggal tidak tertulis di dalam Alkitab, tetapi istilah itu membantu kita memahami ajaran yang benar tentang siapa Allah sebenarnya. Dan kebenaran yang ada di dalamnya sungguh menakjubkan.
Yang membuat doktrin Tritunggal semakin menakjubkan adalah kenyataan bahwa ajaran ini lahir dari iman yang sangat menekankan keesaan Allah. Bagi orang percaya di zaman Perjanjian Lama, keyakinan bahwa Allah itu satu adalah dasar yang tidak tergoyahkan. Setiap orang Yahudi mengenal dan menghafal kalimat yang terkenal ini: “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul. 6:4). Mereka percaya hanya ada satu Allah yang bisa menyelamatkan: “Barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan.” Karena itu, kebenaran tentang keesaan Allah sudah begitu dalam tertanam di hati umat-Nya sejak zaman Perjanjian Lama.
Hal ini terlihat jelas sejak gereja mula-mula berdiri di Yerusalem. Bagi orang-orang seperti Petrus dan Paulus, keyakinan bahwa Allah itu satu sudah tidak terbantahkan. Karena itu, satu-satunya cara mereka bisa mengerti bahwa Allah yang esa hadir dalam tiga Pribadi adalah jika Allah sendiri menyatakannya. Dan itulah yang terjadi melalui pribadi Yesus Kristus. Ia mengklaim memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, lalu membuktikan kuasa itu dengan melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh Allah (Mrk. 2:1–12).
Dengan cara ini, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak yang satu dengan Bapa. Bersama-sama, Mereka menjanjikan untuk mengutus Roh Kudus kepada umat-Nya (Yoh. 14:23–26). Lalu, sebelum naik ke surga, Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam satu nama Allah, yang dinyatakan melalui tiga Pribadi: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus (Mat. 28:19–20).
Para murid pun mengerti bahwa Allah yang mereka kenal di Perjanjian Lama hadir nyata dalam diri Yesus. Mereka pernah menangkap ikan bersama-Nya, duduk di kaki-Nya, dan menyaksikan mukjizat-Nya. Dan mereka sadar, ketika mereka mengajak orang berseru kepada nama Tuhan untuk diselamatkan, sebenarnya mereka sedang mengajak orang untuk berseru kepada Yesus Kristus (Kis. 2:21; Rm. 10:13).
Bagi para murid, pengertian tentang Allah Tritunggal datang ketika Roh Allah bekerja di hati dan pikiran mereka saat mereka mengingat kembali apa yang Yesus ajarkan dan lakukan. Bagi kita sekarang, pemahaman itu hadir ketika kita membaca Kitab Suci dan membiarkan Roh Kudus menerangi firman-Nya bagi kita.
Namun, kebenaran tentang Allah Tritunggal bukan hanya untuk dipikirkan sebagai latihan intelektual. Kebenaran ini seharusnya membuat hati kita dipenuhi dengan penyembahan kepada Allah yang agung, misterius, dan transenden, tetapi sekaligus mau mendekat kepada kita. Dan seperti para murid, kebenaran ini juga seharusnya menyalakan semangat kita untuk pergi ke dunia yang belum percaya dengan keyakinan bahwa Allah Tritunggal—Bapa, Anak, dan Roh Kudus—akan menarik orang-orang datang kepada-Nya ketika Injil diberitakan.
Refleksi
Bacalah Yoel 2:21-32 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 14-15; Yohanes 11:1-27