MERASA NYAMAN DALAM KRISTUS

Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.  Roma 12:16

 

Rumah bisa menjadi hal yang luar biasa. Bagi sebagian besar dari kita, rumah adalah tempat kita bisa jujur, tempat kita bersama keluarga, dan tempat segala hal—bahkan kekurangan—akan terasa familier. Namun, mungkin yang paling penting, rumah yang sebenarnya adalah tempat kita bisa menjadi diri kita sendiri, dengan tulus. Hal itulah yang seharusnya menjadi pengalaman kita dalam persekutuan dengan umat Allah.

 

Seruan Paulus kepada orang Kristen untuk “janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana” merupakan cara untuk menyerukan agar kita memperlakukan satu sama lain seperti keluarga dalam rumah Allah. Cara lain untuk menerjemahkan perintah ini adalah “Bersedialah melakukan pekerjaan rendahan.” Kedua terjemahan tersebut benar; kita tidak boleh terlalu sombong sehingga tidak mau bergaul dengan orang-orang tertentu atau menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

 

Di dunia sekuler, kehormatan diukur berdasarkan status, signifikansi, pengaruh, kekayaan, kecerdasan, dan sebagainya. Hal ini tidak boleh terjadi bagi orang Kristen. Seharusnya materialisme, kesombongan, dan fitnah yang menjadi ciri masyarakat luas sudah tidak lagi lazim bagi kita. Bagaimana bisa kita berani menyerah pada pengaruh budaya yang lebih luas ketika Tuhan kita menggambarkan diri-Nya “tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” dan “ lemah lembut dan rendah hati” (Matius 8:20; 11:29)? Dia datang bukan untuk menyelamatkan orang sehat, melainkan orang sakit (Markus 2:17). Dia terus-menerus memanggil orang-orang yang lemah di dunia untuk mempermalukan yang kuat (1 Korintus 1:27). Bahkan rasul Paulus, guru hukum Taurat yang sangat berpegang pada hukum Taurat, menganggap seluruh pencapaiannya sampah untuk mendapatkan Kristus (Filipi 3:8).

Yesus sedang membangun gereja yaitu komunitas orang-orang percaya yang disebut sebagai keluarga Tuhan dimana kita adalah sebagai saudara-saudari dalam iman, berkumpul dan beribadah bersama. Ketika kita berada bersama keluarga gereja kita, cobalah untuk keluar dari zona nyaman kita dan mengenal lebih dekat anggota keluarga gereja yang biasanya tidak kita ajak bicara. Ini berarti kita harus berusaha lebih dalam menjalin hubungan dengan semua anggota gereja, bukan hanya dengan orang yang sudah kita kenal atau yang kita sukai. Juga bersedia melakukan pelayanan atau mengambil peran yang mungkin tidak kita sukai. Misalnya, jika kita diminta membantu dalam kegiatan gereja yang mungkin terlihat kurang penting atau menarik bagi kita, kita seharusnya melihatnya sebagai kesempatan untuk bersikap rendah hati dan melayani orang lain.

Sama seperti Yesus tidak menganggap salib sebagai sesuatu yang hina meskipun itu adalah hukuman yang sangat rendah dan memalukan. Dia rela mati di salib untuk menyelamatkan kita, yang dianggap rendah oleh dunia. Karena di bawah salib Yesus, semua orang dianggap sama dan setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di hadapan Tuhan. Ini berarti kita harus mengasihi satu sama lain tanpa memandang status, kedudukan, atau latar belakang, dan selalu siap melayani dengan sikap yang rendah hati

Refleksi

Bacalah Markus 1:40 – 2:17 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Ulangan 1 – 3; Kisah 1

Truth For Life – Alistair Beg