IA PUNYA BELAS KASIHAN BAGIMU
“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan memukul dadanya dan berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini!’” — Lukas 18:13
Salah satu tragedi besar di dunia ini adalah ketika gereja justru menanamkan gambaran yang keliru tentang Allah. Hal ini terjadi ketika seseorang atau lembaga mencampuradukkan Injil kasih karunia dengan rutinitas keagamaan.
Mungkin Anda pernah mendengar atau bahkan diajarkan bahwa untuk bisa datang kepada Allah, Anda harus berusaha sekuat tenaga memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Bahwa Allah tidak akan menerimamu kecuali jika engkau datang dalam keadaan “layak” atau memiliki sesuatu yang baik untuk ditunjukkan kepada-Nya. Namun, tidak ada hal yang lebih jauh dari kebenaran! Satu-satunya hal yang Allah minta adalah pengakuan bahwa Anda membutuhkan Dia.
Secara alami, kita tidak menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Kita justru menolak Dia. Firman Tuhan berkata, “... Tidak ada seorangpun yang mencari Allah… tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Rm. 3:11–12). Karena itu, sungguh sebuah anugerah yang besar ketika seseorang tiba-tiba disadarkan dan berkata, “Ya Tuhan, keselamatan yang indah dalam Yesus ini adalah satu-satunya yang aku butuhkan.” Melihat dan merasakan betapa kita tidak mampu menyelamatkan diri, lalu menyadari terang kasih Allah yang begitu besar—itu sendiri adalah anugerah.
Ketika Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang datang ke Bait Allah, Ia sedang menunjukkan dua sikap hati yang sangat berbeda. Orang Farisi berdiri dengan sombong dan berkata, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.” (Luk. 18:11).
Namun pemungut cukai itu datang dengan cara yang sangat berbeda. Ia tidak punya kepercayaan diri sedikit pun, tidak punya sesuatu yang dapat ia andalkan di hadapan Allah yang kudus. Satu-satunya yang bisa ia ucapkan hanyalah: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Dan Yesus berkata bahwa orang inilah—bukan orang Farisi itu—yang pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah (ay. 14).
Perumpamaan ini adalah undangan penuh kasih bagi siapa pun di antara kita yang tahu bahwa hidup kita hancur oleh dosa. Sekaligus, ini juga menjadi tantangan bagi kita yang sudah lama menjadi orang Kristen. Sebab Iblis sering kali membuat kita berpikir bahwa kita harus menunjukkan kebaikan kita agar layak diterima Allah, padahal justru pikiran itulah yang menjauhkan kita dari kasih karunia-Nya.
Orang Farisi, dengan segala pengetahuan agamanya, gagal melihat kasih karunia itu. Ia terlalu sibuk dengan “kebaikan”nya sendiri. Tetapi pada akhirnya, Allah hanya meminta satu hal: agar kita datang kepada-Nya bukan dengan tangan penuh jasa, melainkan dengan hati yang kosong—dengan kesadaran bahwa kita butuh belas kasihan-Nya.
Engkau tidak perlu membawa apa pun kepada Allah selain pengakuan bahwa engkau membutuhkan-Nya. Datanglah seperti pemungut cukai itu. Datanglah dengan hati yang hancur, dengan tangan yang kosong, dan terimalah kasih karunia yang tersedia bagimu di dalam Kristus. Datanglah. Kristus berbelas kasihan kepadamu.
Refleksi
Bacalah Lukas 18:9-14 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 3-5; 1 Timotius 6