Pembacaan : 1 Yohanes 4 : 10 - 21

 

Bacaan Alkitab Setahun :

1 Raja-raja 14 - 15

 

Tidak ada yang lebih membuktikan bahwa kita sangat butuh anugerah daripada dua perintah utama: bahwa kita harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Mat. 22:34-40). Panggilan untuk mengasihi mengekspos seberapa gelap dan hancurnya hati kita. Mari kita jujur. Tidak dibutuhkan banyak usaha agar kita merasa terganggu dengan orang lain. Tidak dibutuhkan banyak usaha agar kita merasa tidak sabar. Gangguan kecil, ketidaksetujuan, dan halangan bisa membuat kita marah. Kita mudah sekali mengabaikan orang lain. Terlalu mudah bagi kita menjadi curiga dan menghakimi orang lain. Terlalu mudah bagi kita menjadi rasis dan enophobia (takut orang asing). Dalam berbagai cara, kita merendahkan orang lain, tidak bisa memandang mereka dengan mata penuh kasih dan hati penuh belas kasih. Mudah sekali bagi kita menuduh orang lain bodoh, pemalas, atau tidak kompeten. Saya tahu bukan saya saja yang bergumul dengan ini. Saya rasa kalau kita mau melihat hati kita dalam cermin firman Allah, kita akan kaget melihat betapa tidak naturalnya kasih kita.

Mengasihi sesama saja sudah sulit bagi kita, apalagi mengasihi Allah. Hubungan antara keduanya dijelaskan dalam 1 Yohanes 4:20: “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” Wow! Ini dia. Jika saya bergumul mengasihi orang di sekitar saya, betapa lebih besar dan lebih dalam pergumulan saya untuk mengasihi Allah? Mengenali keberadaan Allah dan percaya kepada kebenaran firman-Nya adalah dua hal berbeda, apalagi untuk berpartisipasi dalam pelayanan formal gereja-Nya. Namun, membiarkan setiap aspek hidup saya dibentuk dan digerakkan oleh kasih kepada-Nya adalah hal yang benar-benar berbeda.

Ya, kuasa dosa telah dikalahkan oleh karya Yesus, tetapi kehadiran dosa masih ada dan secara progresif dikalahkan. Jadi masih ada dosa dalam hati kita. Ini artinya hati kita masih rapuh, kita masih memberontak dan ingin jalan kita sendiri, kita masih melupakan Allah dan kemuliaan-Nya, kita masih menulis peraturan kita sendiri, kita masih mengasihi kerajaan diri sendiri daripada kerajaan-Nya, kita masih menuntut apa yang tidak layak kita dapatkan, dan kita masih mempertanyakan kebaikan Allah ketika kita tidak menemukan jalan keluar. Kita jatuh ke dalam semua itu karena kita tidak mengasihi Allah sebagaimana semestinya. Kita cenderung mengasihi diri sendiri dan mengasihi dunia, tetapi sangat sering kasih Bapa tidak ada dalam diri kita.

Jadi harapan Anda dalam hidup dan kematian tidak pernah ditemukan di dalam tingkat kasih Anda kepada Allah. Itu hanya bisa ditemukan dalam besarnya kasih-Nya bagi Anda. Kasih ini adalah milik Anda sebagaimana anugerah-Nya adalah milik Anda di hari di mana hati Anda mengejar kasih yang lain. Itulah keindahan dan kesetiaan kasih-Nya bagi Anda. 

Harapan Anda bukan dalam kemampuan Anda mengasihi Allah, tetapi dalam kasih-Nya yang tidak tergoyahkan dan besar.