Pembacaan : 1 Yohanes 3: 1 - 10
Bacaan Alkitab Setahun :
Lukas 14 - 16
Saya tidak menyadari kalau terjebak dalam ilusi akademis yang membuat saya merasa berpengetahuan. Karena selama di seminari saya telah mengisi otak saya dengan teologi Firman Allah yang detail sehingga saya dapat mempertahankan pendapat saya dalam hampir semua debat teologis dan menganggap diri saya sebagai seorang yang beriman lebih dari yang lain. Karena saya memiliki tingkat literasi Alkitabiah yang tinggi, setelah memasukkan banyak bagian Kitab Suci ke dalam memori maka saya melihat diri saya sebagai orang dewasa rohani. Karena saya memiliki karunia pelayanan dan panggilan pelayanan, saya pikir saya menjalani kehidupan iman. Tapi iman saya seperti mobil mewah tanpa mesin. Indah di luar, tetapi tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Jika Anda mempertanyakan iman saya, saya akan sangat tersinggung. Jika Anda menganggap saya tidak dewasa, saya akan segera membela diri. Tetapi kehidupan rohani seperti ini akan segera runtuh.
Kabar baiknya: Allah itu setia dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk membentuk iman yang nyata dalam kita. Iman tidak bisa bertumbuh secara alami dalam kita. Susah bagi kita untuk menyerahkan seluruh masa lalu, masa kini, dan masa depan kita pada seseorang yang tidak dapat kita dengar, lihat, atau sentuh. Keraguan itu wajar. Kecemburuan itu wajar. Ketakutan itu wajar. Khawatir itu wajar. Mencoba mencari tahu apa yang akan terjadi adalah hal yang wajar. Mempercayai kekuatan dan hikmat kita sendiri adalah wajar, tetapi iman tidak bertumbuh secara alami dalam kita. Jadi dalam anugerah penyucian, Allah bekerja untuk mengubah orang percaya bayi menjadi orang orang dewasa. Dia tidak akan mengalah sampai pekerjaan itu selesai. Tidak ada yang bisa menghentikan anugerah-Nya yang mengubahkan. Inilah yang perlu Anda pahami: iman Anda bukanlah harapan Anda; kasih karunia-Nya yang adalah satu-satunya sumber harapan bagi orang-orang berdosa yang tidak percaya.
Jadi Allah menggunakan pernikahan dan pelayanan untuk menopang iman saya yang lemah, dangkal, dan belum dewasa. Oh, saya bekerja keras untuk menyangkali bukti yang dihasilkan oleh pernikahan dan pelayanan. Saya menunjukkan tindakan kebenaran saya untuk membesarkan khayalan saya. Tapi Allah tidak akan menyerah. Saya adalah orang yang sangat pemarah, tetapi saya menyangkal kemarahan itu dan akarnya di hati saya. Saya adalah orang yang sangat sombong, tetapi saya menolak untuk melihatnya. Saya suka mengendalikan, tetapi saya mengatakan saya sedang menggunakan karunia kepemimpinan yang diberikan Allah. Tetapi keadaan tidak menjadi lebih baik, malah menjadi lebih buruk. Istri saya, Luella, mengkonfrontasi saya lagi dan lagi tentang kemarahan saya. Orang-orang di jemaat kami mengkonfrontasi saya tentang harga diri saya. Saya pernah mengkhotbahkan apa yang saya pikir adalah khotbah pamungkas tentang kesombongan. Khotbah itu adalah benar-benar studi kasus yang sama. Allah menggunakan pelayanan dan kehancuran keluarga untuk mulai membentuk iman yang matang dalam diri saya. Saya adalah orang yang sangat berbeda hari ini, tetapi Sang Penjunan masih bekerja, mematangkan iman yang hanya dapat dihasilkan oleh kasih karunia-Nya.
Kepercayaan bukan hanya sekadar fungsi otak. Tidak, kepercayaan adalah investasi hati yang secara mendasar mengubah cara hidup Anda.