PEMELIHARAAN ALLAH YANG MISTERIUS

Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. – Kisah Para Rasul 27:3

 

Dalam Kisah Para Rasul 7:58 kita membaca bahwa Saulus dari Tarsus ikut hadir ketika Stefanus, martir pertama, dirajam dan dilempari orang-orang dengan batu. Ia bahkan menjaga jubah orang-orang yang melempari Stefanus. Tidak lama kemudian, Saulus menjadi pemimpin penganiayaan terhadap jemaat. Karena itu, banyak orang Kristen terpaksa meninggalkan Yerusalem dan tersebar ke berbagai daerah. Tetapi justru lewat penyebaran ini, Injil ikut diberitakan ke mana-mana (Kis. 8:3-4). Luar biasa, kasih karunia Kristus menjangkau Saulus sendiri. Ia bertobat dan diutus menjadi rasul, padahal sebelumnya ia “berkobar-kobar hati untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan” (Kis. 9:1).

 

Yang menarik, dalam Kisah Para Rasul 27:3, Saulus—yang dikenal sebagai Paulus—disebut memiliki sahabat-sahabat Kristen di Sidon. Besar kemungkinan mereka adalah jemaat yang terbentuk akibat penganiayaan yang pernah dipimpinnya sendiri sebelumnya. Jadi, keberadaan gereja di Sidon tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa Saulus dulu adalah penganiaya yang sangat kejam. Benarlah, Allah bekerja dengan cara yang misterius.

 

Coba bayangkan jika kita adalah orang-orang yang dulu dianiaya Saulus. Pasti kita akan merasa sedih dan berkata, “Tuhan, kami tercerai-berai. Keluarga kami terpisah. Komunitas kami hancur. Bukankah ini mengerikan?” Dari sudut pandang manusia, semuanya terlihat pahit. Tetapi justru di balik tragedi itu, kita bisa melihat pemeliharaan Allah yang ajaib. Ironis tapi indah: Paulus yang dulu mengusir mereka, kini malah menerima kasih dan pertolongan dari orang-orang Kristen di kota itu.

 

Pada waktunya, kekacauan hidup kita, kesulitan, dan kekecewaan yang kita alami akan terlihat dalam perspektif yang benar. Kita perlu ingat sebuah kebenaran indah:

 

Bahkan hal yang buruk bisa menjadi baik jika Tuhan memberkatinya.
Kebaikan tanpa berkat-Nya justru bisa berakhir buruk.
Apa yang tampak salah sekalipun, bisa menjadi benar
jika itu adalah kehendak-Nya yang kudus.

Frederick W. Faber, I Worship Thee, Sweet Will of God

 

Kisah kecil dalam hidup Paulus ini sejalan dengan kata-kata Yusuf kepada saudara-saudaranya yang pernah menjualnya ke Mesir: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kej. 50:20). Allah sanggup membalikkan niat jahat manusia menjadi bagian dari rencana-Nya yang indah bagi anak-anak-Nya. Dia setia dan tidak pernah berubah. Karena itu, kita bisa menemukan penghiburan dalam pemeliharaan-Nya yang misterius dengan keyakinan bahwa apa pun yang menimpa kita, pada akhirnya akan dipakai Allah untuk kebaikan kita dan bagi kemuliaan-Nya.

 

Refleksi

Bacalah Kejadian 45:4-15 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?

2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?

3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 18-19; Yohanes 12:1-26