HIKMAT ALLAH
Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih. — Pengkhotbah 7:29
Ada seorang pemuda yang pernah menulis surat setelah menempuh pendidikan tinggi di universitas ternama di Amerika dan Inggris. Ia berkata, “Semua pendidikan yang saya terima justru membuat saya menjadi orang yang paling bodoh dan tidak mengerti apa-apa.” Sulit dipercaya kata-kata itu keluar dari seorang sarjana, tetapi sesungguhnya ia sadar bahwa kebodohan sejati bukan soal kepintaran otak, melainkan pemberontakan hati terhadap Allah.
Kebodohan manusia muncul karena kita tidak taat kepada Allah—satu-satunya sumber hikmat dan terang sejati. Ketidaktaatan itu membuat kita terpisah dari Allah dan juga dari sesama. Karena Allah itu adil, kebodohan manusia akhirnya membawa kepada kebinasaan. Kita diciptakan untuk hidup benar di hadapan-Nya, tetapi kita justru memilih jalan yang menyimpang, sombong, dan hidup hanya untuk diri sendiri. Akibatnya, kita menjadi bengkok dan kerdil. Kita bisa tahu banyak hal, tapi sebenarnya tidak memahami apa-apa yang paling penting.
Namun, di tengah keadaan yang tanpa harapan itu, Allah menyatakan hikmat-Nya di dalam Yesus Kristus (Kol. 2:2-3). Hikmat sejati hanya bisa kita miliki bila kita percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebab “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan” (Ams. 1:7). Roh Kudus memampukan kita untuk meninggalkan hidup lama dan memulai hidup yang baru. Ketika kita datang kepada Allah dengan hati bertobat, Dia menerima kita, sekalipun kita masih penuh dosa. Dan dengan kuasa-Nya yang besar, Dia sanggup mengubah kita melalui kasih karunia-Nya.
Itulah hikmat Allah. Hikmat ini tidak bisa ditemukan di buku-buku pengembangan diri dan motivasi. Bahkan universitas terbaik atau dalam filsafat manusia pun tidak bisa memberikannya. Semua jalan itu berakhir buntu. Hikmat sejati hanya dapat ditemukan di dalam Yesus, yang menawarkan diri-Nya untuk menjadi hikmat dan kebenaran bagi kita.
Dalam kebodohan kita, kita semua lari dari Allah. Namun, justru Dialah yang mengejar kita. Dia menyadarkan kita akan keadaan kita yang sebenarnya, lalu dengan kasih-Nya mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan kita.
Karena itu, mari kita bersyukur pada Tuhan atas hikmat-Nya yang tak terbatas dan kasih karunia-Nya yang begitu besar! Lalu renungkanlah: bukankah hidup kita akan berbeda jika setiap keputusan dan arah hidup kita dimulai dengan takut akan Tuhan, bukan dengan akal-akalan atau alasan manusia?
Refleksi
Bacalah Kolose 2:1-4 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun : Yehezkiel 20-21; Yohanes 12:27-50